BIOGRAFI IMAM IBN MAJJAH
A. Lahirnya Imam
Ibn Majjah
Ibnu Majah Imam atau yang lebih dikenal dengan Abu Abdullah Muhammad
bin Yazid Ar-Rabi’I bin Majah Al-Qazwini Al-Hafidz. Nama ibnu (anak) Majah
dinisbatkan kepada ayahnya Yazid, yang juga dikenal dengan sebutan Majah Maula
Rab'at. Selain itu sebagin ulama berpendapat, Majah adalah ayah dari Yazid.
Namun pendapat, nama Ibnu Majah yang dinisbahkan kepada ayahnya lebih mashur di
kalangan muhadditsin.
Sejak remaja, Ibnu Majah dikenal sebagai sosok yang tekun dan cinta
ilmu. Pada usia 15 tahun, Ibnu Majah belajar hadits pada seorang guru besar
kala itu, Ali bin Muhammad At-Tanafasy (233 H). Bakat dan kegigihan yang
dimiliki Ibnu Majah membawanya berkelana ke penjuru negeri untuk menekuni
bidang hadits. Sepanjang hayatnya, seluruh pikiran dan usahanya untuk menulis
baik di bidang fikih, tafsir, hadits, dan sejarah.
Tidak hanya itu, di bidang sejarah, Ibnu Majah menyusun At-Târîkh.
Buku ini secara terperinci mengulas biografi para muhaddits yang hidup
sebelumnya hingga biografi ualama hadits yang semasa dengannya. Di bidang
tafsir, Ibnu Majah juga menulis Al-Qur'ân Al-Karîm. Namun sayang, buku
At-Tarikh dan buku Al-Qur'an Al-Karim tidak sampai ke generasi berikutnya
hingga sekarang.
Seperti ama halnya dengan para imam muhadits sebelumnya, Ibnu Majah
juga melakukan perjalanan ilmiahnya untuk mencari hadits. Ibnu Majah pernah
melakukan rihlah ke kota-kota di Iraq, Hijaz, Syam, Pârs, Mesir,
Bashrah, Kufah, Mekah, Madinah, Damaskus, Teheran maupun ke Konstatinopel.
Pada rihlah ilmiahnya ini, Ibnu Majah bertemu banyak pakar hadits.
Dari para pakar inilah Ibnu Majah mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang dalam,
terutama seputar hadits. Para
guru inilah yang sangat berperan bagi keintelektualan Sang Imam. Selama
perjalanan ilmiahnya, tercatat banyak para guru tempatnya menimba ilmu.
Khusus dalam bidang hadits, para pakar
yang sempat ditemui Sang Imam diantaranya, Abdullah dan Usman, kedua anak dari
Syeikh Syaibah. Namun Imam Ibnu Majah lebih banyak meriwayatkan hadits dari Abdullah
bin Abi Syaibah. Selain dari Abdullah, Imbu Majah juga banyak meriwayatkan
hadits dari Abu Khaitsamah Zahir bin Harb, Duhim, Abu Mus'ab Az-Zahry,
Al-Hâfidz Ali bin Muhammad At-Tanâfasy, Jubârah bin Mughallis, Muhammad bin
Abdullah bin Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-Azhar, Basyar bin Adam dan
para pengikut perawi dan ahli hadits imam Malik dan Al-Lays.
Berkat para guru dan kecenderungannya di
bidang hadits, Ibnu Majah juga melahirkan para murid yang mewariskan ilmu
kesereusannya memelihara Hadits Nabawi. Tidak heran, murid-murid Ibnu Majah
termasuk orang-orang yang pakar di bidang ini. Sederet nama besar seperti Abu
Al-Hasan Ali bin Ibrahim Al-Qatthân tercatar sebagai muridnya. Selain itu,
pakar lain yang lahir dari Imam Ibnu Majah adalah Sulaiman bin Yazid, Abu
Ja'far Muhammad bin Isa Al-Mathû'î dan Abu Bakar Hamid Al-Abhâry. Dalam
periwayan hadits, keempat muridnya ini adalah para perawi hadits yang yang
dihimpun Ibnu Majah.
Atas kegigihan dan warisan yang ditinggalkannya ini, tidak sedikit para ualama memberi komentar dan sanjugan pisitif kepada Sang Imam. Menurut Abu Ya'la Al-Kahlily Al-Qazwiny, bahwa Imam Ibnu Majah adalah seorang yang sangat terpercaya, disepakati kejujurannya, pendapatnya dapat dijadikan argumentasi yang kuat, disamping itu juga mempunyai pengetahuan yang luas dan banyak menghapal hadits.
Atas kegigihan dan warisan yang ditinggalkannya ini, tidak sedikit para ualama memberi komentar dan sanjugan pisitif kepada Sang Imam. Menurut Abu Ya'la Al-Kahlily Al-Qazwiny, bahwa Imam Ibnu Majah adalah seorang yang sangat terpercaya, disepakati kejujurannya, pendapatnya dapat dijadikan argumentasi yang kuat, disamping itu juga mempunyai pengetahuan yang luas dan banyak menghapal hadits.
Seperti Abu Ya'la, sanjungan senada juga
dilontarkan Abu Zar'ah Ar-Râzî dan Zahaby dalam bukunya Tazkiratu Al-Huffâdz.
Keduanya menyebut Imam Ibnu Majah sebagai ahli besar di bidang hadit, sosok
pengembara ilmu, pengarang kitab sunan dan tafsir, dan ahli hadits kenamaan
negerinya.
Atas kecerdasan dan kebesaran Imam Ibnu
Majah ini, “memaksa” salah seorang ualam sebesar Ibnu Kasir turut memberi
komentar yang sangat positf. Dalam buku karyanya Al-Bidayah, Ibnu Katsir
mengatakan : "Muhammad bin Yazid (Ibnu Majah) adalah pengarang kitab Sunan
yang masyhur. Kitabnya itu bukti atas ilmu dan amalnya, keluasan pengetahuan
dan pandangannya, kredibilitas dan loyalitasnya terhadap hadits, ushul serta furû'.
Tentunya, apa yang disanjungkan kepada
Imam Ibnu Majah, sebenarnya tidak terlepas dari metode yang diterapkan dalam
menulis hadits, terutama dalam kitab haditsnya, Sunan Ibnu Majah. Dalam
penulisan kitab Sunannya, Ibnu Majah biasa memulai dengan mengumpulkan hadits
dan menyusunnya berdasarkan bab yang berkaitan dengan masalah seputar fiqih.
Setelah menyusun dalam bentuk bab, Ibnu
Majah tidak terlalu fokus pada kritik al-Hadits yang diangakatnya, namuan Ibnu
majah lebih fokus mengkritisi hadits-hadits yang menurutnya lebih penting dan
perlu penjelasan. Termasuk juga, Ibnu Majah tidak menyebutkan pendapat para
ulama fâqih setelah penulisan hadits. Disamping itu, ia juga sedikit melakukan
pengulangan hadits sebagaimana yang dilakukan Imam Muslim.
Menurut Az-Zahabi, Sunan Ibnu Majah
terdiri dari 32 kitab, 1500 bab menurut Abu Al-Hasan Al-Qatthanî, dan terdiri
dari 4000 hadits menurut Az-Zahabî. Namun, setelah diteliti ualng dan di-tahqîq
oleh Muhammad Fuad Abdul Bâqî rahimahullah, buku ini berjumlah 37 kitab, 515
bab dan terdiri dari 4341 hadits.
Ibn Majah adalah seorang kepercayaan yg besar yg
disepakati tentang kejujurannya dapat dijadikan argumentasi
pendapat-pendapatnya. Ia
mempunyai pengetahuan luas dan banyak menghafal hadits. Nama Lengkap Kelahiran
dan Wafatnya Imam Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi’i
al-Qarwini pengarang kitab As-Sunan dan kitab-kitab bemanfaat lainnya.
Kata “Majah” dalam nama beliau adl dgn huruf “ha” yg dibaca sukun; inilah
pendapat yg sahih yg dipakai oleh mayoritas ulama bukan dgn “ta” sebagaimana
pendapat sementara orang. Kata itu adl gelar ayah Muhammad bukan gelar kakeknya
seperti diterangkan penulis Qamus jilid 9 hal. 208. Ibn Katsr dalam Al-Bidayah
wan-Nibayah jilid 11 hal. 52. Imam Ibn Majah dilahirkan di Qaswin pada tahun
209 H dan wafat pada tanggal 22 Ramadhan 273 H. Jenazahnya dishalatkan oleh
saudaranya Abu Bakar. Sedangkan pemakamannya dilakukan oleh kedua saudaranya
Abu Bakar dan Abdullah serta putranya Abdullah. Pengembaraannya Ia berkembang
dan meningkat dewasa sebagai orang yg cinta mempelajari ilmu dan pengetahuan
teristimewa mengenai hadits dan periwayatannya. Untuk mencapai usahanya dalam
mencari dan mengumpulkan hadits ia telah melakukan lawatan dan berkeliling di
beberapa negeri. Ia melawat ke Irak Hijaz Syam Mesir Kufah Basrah dan
negara-negara serta kota-kota lainnya utk menemui dan berguru hadits kepada
ulama-ulama hadits. Juga ia belajar kepada murid-murid Malik dan al-Lais
rahimahullah sehingga ia menjadi salah seorang imam terkemuka pada masanya di
dalam bidang ilmu nabawi yg mulia ini. Aktivitas Periwayatannya Ia belajar dan
meriwayatkan hadits dari Abu Bakar bin Abi Syaibah Muhammad bin Abdullah bin
Numair Hisyam bin ‘Ammar Muhammad bin Ramh Ahmad bin al-Azhar Bisyr bin Adan
dan ulama-ulama besar lain. Sedangkan hadits-haditsnya diriwayatkan oleh
Muhammad bin ‘Isa al-Abhari Abul Hasan al-Qattan Sulaiman bin Yazid al-Qazwini
Ibn Sibawaih Ishak bin Muhammad dan ulama-ulama lainnya. Penghargaan Para Ulama
Kepadanya Abu Ya’la al-Khalili al-Qazwini berkata “Ibn Majah adl seorang
kepercayaan yg besar yg disepakati tentang kejujurannya dapat dijadikan
argumentasi pendapat-pendapatnya. Ia mempunyai pengetahuan luas dan banyak
menghafal hadits.” Zahabi dalam Tazkiratul Huffaz melukiskannya sebagai seorang
ahli hadits besarm mufasir pengarang kitab sunan dan tafsir serta ahli hadits
kenamaan negerinya. Ibn Kasir seorang ahli hadits dan kritikus hadits berkata
dalam Bidayah-nya “Muhammad bin Yazid adl pengarang kitab sunan yg masyur.
Kitabnya itu merupakan bukti atas amal dan ilmunya keluasan pengetahuan dan
pandangannya serta kredibilitas dan loyalitasnya kepada hadits dan usul dan
furu’.”
B. Karya-Karyanya Imam Ibn Majah
Mempunyai banyak karya tulis di antaranya
Kitab As-Sunan yg merupakan salah satu Kutubus
Sittah .
Kitab Tafsir Al-Qur’an sebuah kitab tafsir yg
besar manfatnya seperti diterangkan Ibn Kasir.
Kitab Tarikh berisi sejarah sejak masa sahabat
sampai masa Ibn Majah.
Sekilas Tentang Sunan Ibn Majah
Kitab ini adl salah satu kitab karya Imam Ibn
Majah terbesar yg masih beredar hingga sekarang. Dengan kitab inilah nama Ibn
Majah menjadi terkenal. Ia menyusun sunan ini menjadi beberapa kitab dan
beberapa bab. Sunan ini terdiri dari 32 kitab 1.500 bab. Sedan jumlah haditsnya
sebanyak 4.000 buah hadits. Kitab sunan ini disusun menurut sistematika fiqh yg
dikerjakan secara baik dan indah. Ibn Majah memulai sunan-nya ini dgn sebuah
bab tentang mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Dalam bab ini ia menguraikan
hadits-hadits yg menunjukkan kekuatan sunnah kewajiban mengikuti dan
mengamalkannya. Kedudukan Sunan Ibn Majah di antara Kitab-kitab Hadits Sebagian
ulama tidak memasukkan Sunan Ibn Majah ke dalam kelompok “Kitab Hadits
Pokok” mengingat derajat Sunan ini lbh rendah dari kitab-kitab hadits yg lima.
Sebagian ulama yg lain menetapkan bahwa kitab-kitab hadits yg pokok ada enan
kitab yaitu
Sahih Bukhari karya Imam Bukhari.
Sahih Muslim karya Imam Muslim.
Sunan Abu Dawud karya Imam Abu Dawud.
Sunan Nasa’i karya Imam Nasa’i.
Sunan Tirmizi karya Imam Tirmizi.
Sunan Ibn Majah karya Imam Ibn majah. Ulama pertama yg memandang Sunan
Ibn Majah sebagai kitab keenam adl al-Hafiz Abul-Fardl Muhammad bin Tahir
al-Maqdisi dalam kitabnya Atraful Kutubus Sittah dan dalam risalahnya Syurutul
‘A’immatis Sittah. Pendapat itu kemudian diikuti oleh al-Hafiz ‘Abdul Gani
bin al-Wahid al-Maqdisi dalam kitabnya Al-Ikmal fi Asma’ ar-Rijal.
Selanjutnya pendapat mereka ini diikuti pula oleh sebagian besar ulama yg
kemudian. Mereka mendahulukan Sunan Ibn Majah dan memandangnya sebagai kitab
keenam tetapi tidak menkategorikan kitab AlMuwatta’ karya Imam Malik sebagai
kitab keenam padahal kitab ini lbh sahih daripada Sunan Ibn Majah hal ini
mengingat bahwa Sunan Ibn Majah banyak zawa’idnya atas Kutubul Khamsah. Berbeda
dgn Al-Muwatta’ yg hadits-hadits itu kecuali sedikit sekali hampir seluruhnya
telah termuat dalam Kutubul Khamsah. Di antara para ulama ada yg menjadikan Al-Muwatta’
susunan Imam Malik ini sebagai salah satu Usulus Sittah bukan Sunan Ibn
Majah. Ulama pertama yg berpendapat demikian adl Abul Hasan Ahmad bin Razin
al-Abdari as-Sarqisti dalam kitabnya At-Tajrid fil Jam’i Bainas-Sihah.
Pendapat ini diikuti oleh Abus Sa’adat Majduddin Ibnul Asir al-Jazairi
asy-Syafi’i . Demikian pula az-Zabidi asy-Syafi’i dalam kitabnya Taysirul
Wusul. Nilai Hadits-hadits Sunan Ibn Majah Sunan Ibn Majah memuat
hadits-hadits sahih hasan dan da’if bahkan hadits-hadits munkar dan maudu’
meskipun dalam jumlah sedikit. Martabat Sunan Ibn Majah ini berada di bawah
martabat Kutubul Khamsah . Hal ini krn kitab sunan ini yg paling banyaknya
hadits-hadits da’if di dalamnya. Oleh krn itu tidak seyogyanya kita menjadikan
hadits-hadits yg dinilai lemah atau palsu dalam Sunan Ibn Majah ini sebagai
dalil. Kecuali setelah mengkaji dan meneliti terlebih dahulu mengenai keadaan
hadits-hadits tersebut. Bila ternyata hadits dimaksud itu sahih atau hasan maka
ia boleh dijadikan pegangan. Jika tidak demikian adanya maka hadits tersebut tidak boleh dijadikan
dalil. Sulasiyyat Ibn Majah Ibn Majah telah meriwayatkan beberapa buah hadits
dgn sanad tinggi sehingga antara dia dgn Nabi SAW hanya terdapat tiga perawi.
Hadits semacam inilah yg dikenal dgn sebutan Sulasiyyat. Sumber Kitab Hadis
Sahih yg Enam Muhammad Muhammad Abu Syuhbah Al-Islam Pusat Informasi dan
Komunikasi Islam Indonesia.
C. Wafatnya
Ibnu Majah yang wafat Senin tanggal 22
Ramadhan 273 H yang dimakamkan di tanah kelahirannya Qazwîn, Iraq setelah
selesai menyumbangkan segenap usaha dan kesungguhan untuk umat Islam.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !