BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum yang dikembangkan
saat ini oleh sekolah dituntut untuk merubah pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student-centered learning). Hal ini sesuai
dengan tuntutan dunia masa depan anak yang harus memiliki kecakapan berpikir
dan belajar (thinking and learning skils). Kecakapan-kecakapan tersebut
diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem solving), berpikir
kritis (critical thinking), kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi. Semua
kecakapan ini bisa dimiliki oleh siswa apabila guru mampu mengembangkan rencana
pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang menantang siswa untuk berpikir
kritis dalam memecahkan masalah. Kegiatan yang mendorong siswa untuk bekerja
sama dan berkomunikasi harus tampak dalam setiap rencana pembelajaran yang
dibuatnya. Selain pendekatan pembelajaran, siswa pun harus diberi kesempatan
untuk mengembangkan kecakapannya dalam menguasai teknologi informasi dan
komunikasi - khususnya komputer. Kegiatan-kegiatan yang harus disiapkan oleh
guru adalah kegiatan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan
teknologi komputer untuk melatih keterampilan berpikir kritisnya dalam
memecahkan masalah melalui kolaborasi dan komunikasi dengan teman sejawat,
guru-guru, ahli atau orang lain yang memiliki minat yang sama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Kegunaan
Sistem
Salah satu pendekatan yang
dapat digunakan untuk menentukan kualitas proses pendidikan adalah pendekatan sistem.
Melalui pendekatan sistem kita dapat melihat berbagai aspek yang dapat
memengaruhi keberhasilan suatu proses.
Sistem adalah satu kesatuan
komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk
mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
Berdasarkan pengertian diatas,
maka ada tiga hal penting yang menjadi karakeristik suatu sistem. Pertama, setiap
sistem pasti memiliki tujuan. Tujuan merupakan ciri utama suatu sistem. Tak ada
sistem tanpa tujuan. Tujuan merupakan arah yang harus dicapai oleh suatu
pergerakan sistem. Semakin jelas tujuan, maka semakin mudah menentukan
pergerakan sistem. Kedua, sistem selalu mengandung suatu proses. Proses
adalah rangkaian kegiatan. Kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan. Semakin
kompleks tujuan, maka semakin rumit juga proses kegiatan. Ketiga, proses
kegaitan dalam suatu sistem selalu melibatkan dan memanfaatkan berbagai
komponen atau unsur-unsur tertentu. Oleh karena itu, suatu sistem tidak mungkin
hanya memiliki satu komponen saja. Sistem memerlukan dukungan berbagai komponen
yang satu sama lin berkaitan.
Atas dasar pengertian diatas,
maka jelas sistem bukanlah hanya sebagai suatu cara, seperti yang banyak
dipahami oleh banyak orang selama ini. Cara, hanyalah bagian dari rangkaian
kegiatan suatu sistem. Yang pasti adalah sistem selalu bertujuan dan seluruh
kegiatan dengan melibatkan dan memanfaatkan setiap komponen diarahkan untuk
mencapai tujuan tersebut.
Oleh karena suatu sistem
merupakan proses untuk mencapai tujuan melalui pemberdayaan komponen-komponen
yang membentuknya, maka sistem erat kaitannya dengan perencanaan. Perencanaan
adalah pengambilan keputusan bagaimana memberdayakan komponen agar tujuan
berhasil dengan sempurna. Oleh karena itu, proses berpikir dengan pendekatan
sistem memiliki daya ramal akan keberhasilan suatu proses. Artinya, apabila
seluruh komponen yang membentuk sistem bekerja sesuati dengan fungsinya, maka
dapat dipastikan tujuan yang telah ditentukan akan tercapai secara optimal,
sebaliknya manakala komponen-komponen yang membentuk sistem tidak dapat bekerja
sesuai dengan fungsinya, maka pergerakan sistem akan terganggu, yang berarti
akan menghambat pendapaian tujuan. Misalnya manusia merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen, seperti
komponen mata untuk melaksanakan fungsi penglihatan, komponen telinga untuk
melaksanakan fungsi pendengaran, komponen mulut untuk melaksanakan fungsi
pencernaan, dan lain sebagainya. Manakala salah satu atau sebagian besar
komponen tidak berfungsi, maka akan merusak sistem secara keseluruhan. Mana
kala telinga kita sakit, misalnya sehingga tidak dapat mendengar, maka akan
mengganggu seluruh sistem tubuh kita.
Sistem bermanfaat uintuk
merancang atau merencanakan suatu proses pembelajaran. Perencanaan adalah
proses dan cara berfikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan.
Oleh karena itulah, proses perencanaan yang sistematis dalam proses
pembelajaran memiliki beberapa keuntungan, diantaranya:
- Melalui sistem perencanaan yang matang, guru akan terhindar dari keberhasilan secara untung-untungan, dengan demikian pendekatan sistem memiliki daya ramal yang kuat tentang keberhasilan suatu proses pembelajaran, karena memang perencanaan di susun untuk mencapai hasil yang optimal
- melalui sistem perencanaan yang sistematis, setiap guru dapat menggambarkan berbagai hambatan yang mungkin akan dihadapi sehingga dapat menentukan berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
- melalui sistem perencanaan, guru dapat menentukan berbagai langkah dalam memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas yang ada untuk ketercapaian tujuan.
B. Faktor-Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Sistem Pembelajaran
1. Faktor guru
Keberhasilan
penerapan strategi berperang untuk menghancurkan musuh akan sangat bergantung
kepada kualitas prajurit itu sendiri. Demikian juga dengan guru. Keberhasilan
implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru
dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Diyakini, setiap
guru akan memiliki pengalaman, pengetahuan, kemampuan, gaya dan bahkan
pandangan yang berbeda dalam mengajar. Guru yang menganggap mengajar hanya
sebatas menyampaikan materi pelajaran, akan berbeda dengan guru yang menganggap
mengajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada peserta didik.
Masing-masing perbedaan tersebut dapat memengaruhi baik dalam penyusunan
strategi atau implementasi pembelajaran.
Guru, dalam proses
pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Peran guru, apalagi untuk
siswa pada usia pendidikan dasar, tidak mungkin dapat digantikan oleh perangkat
lain, seperti televisi, radio, komputer dan lain sebagainya. Sebab, siswa
adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan banguan
orang dewasa.
Efektivitas proses
pembelajaran terletak pada pundak guru. Karena keberhasilan suatu proses
pembelajran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Norman Kriby
(1981) menyatakan: “One underlying emphasis should be not unable, that the
quality of the teacher is the essential, constant feature in the success of any
educational system”.
Menurut Dunkin (1974), ada
sejumlah aspek yang dapat memngaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari
faktor guru, yaitu: “teacher formative experience, teacher experience and
teacher properties”
- Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka.
- Teacher rraining experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru.
- Teacher properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru.
- Pandangan guru terhadap mata pelajaran yang diajarkan juga dapat pula memengaruhi proses pembelajaran.
2. Faktor siswa
Siswa adalah organisme yang
unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak
adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama
perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses
pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu,
disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
Seperti halnya guru,
faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek
siswa meliputi aspek latar belakang siswa yang menurut Dunkin disebut pupil
formative experience serta faktor sifat yang dimiliki siswa (pupil
properties).
Tidak dapat disangkal bahwa
setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokkan pada
siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Siswa yang termasauk berkemampuan
tinggi biasanya ditunjukkan oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhtian
dan keseriusan dalam mengikuti pelajaran, dan lain sebagainya. Sebaliknya siswa
yang tergolong pada kemampuan rendah ditandai dengan kurangnya motivasi
belajar, tidak adanya keseriusan dalam mengikuti pelajaran termasuk
menyelesaikan tugas, dan lain sebagainya. Perbedaan-perbedaan semacam itu
menuntut perlakuan yang berbeda pula baik dalam penempatan atau pengelompokan siswa
maupun dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar. Demikian juga
halnya dengan tingkat pengetahuan siswa. Siswa yang memiliki pengetahuan yang
memadai tentang penggunaan bahasa standar, misalnya akan memengaruhi proses
pembelajaran mereka dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki tentang hal
itu.
Sikap dan penampilan siswa di
dalam kelas, juga merupakan aspek lain yang dapat memengaruhi proses
pembelajaran.
Sarana adalah segala sesuatu
yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran,
misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan
lain sebagainya; sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secra tidak
langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju
sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya. Kelengkapan
sarana dan prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses
pembelajaran; dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting
yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
Apabila mengajar dipandang
sebagai proses penyampaian materi, maka dibutuhkan sarana pembelajaran berupa
alat adan bahan yang dpat menyalurkan pesan secara efektif dan efisien,
sedangkan mana kala mengajar dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar
siswa dapat belajar, maka diibutuhkan sarana yang berkaitan dengan berbagai
sumber belajar yang dapat mendorong siswa untuk belajar.
Ketersediaan sarana yang
lengkap, memungkinkan guru memiliki berbagai pilihan yang dapat digunakan untuk
melaksanakan fungsi mengajarnya; dengan demikian ketersediaan ini dapat
meningkatkan gairah mengajar mereka.
Iklim sosial psikologis secara
internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah,
misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa; antara siswa dengan guru;
antara guru dengan guru bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah. Iklim
sosial psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah
dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan
sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat, dan lain sebagainya.
Sekolah yang memiliki hubungan
yang baik secara internal, yang ditunjukkan oleh kerja sama antarguru, saling
menghargai dan saling membantu, amak memungkinkan iklim belajar menjadi sejuk dan
tenang sehingga akan berdampak pada motivasi belajar siswa. Sebaliknya,
manakala hubungan tidak harmonis, iklim belajar akan penuh dengan ketegangan
dan ketidaknyamanan sehingga akan memengaruhi psikologi siswa dalam belajar.
Demikian juga sekolah yang memiliki hubungan yang baik dnegan lembaga-lembaga
luar akan menambah kelancaran program-program sekolah sehingga upaya-upaya
sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran akan mendapat dukungan dari
pihak lain.
C. Komponen-Komponen Sistem
Pembelajaran
Belajar adalah proses
perubahan tingkah laku. Namun demikian, kita akan sulit melihat bagaimana
proses terjadinya perubahan tingkah laku dalam
diri seseorang, oleh karena perubahan tingkah laku berhubungan dengan perubahan
sistem saraf dan perubahan energi yang sulit dilihat dan diraba. Oleh sebab
itu, terjadinya proses perubahan tingkah laku merupakan suatu misteri atau para
ahli psikologi menamakannya sebagai kotak hitam (black box).
Jantung adalah komponen utama
dalam tubuh manusia. Manusia masih bisa hidup tanpa memiliki tangan, tidak
memiliki mata, tetapi tidak akan dapat hidup tanpa jantung. Oleh karenanya,
tujuan merupakan komponen yang pertama dan utama.
Sesuai dengan standar isi,
kurikulum yang berlaku untuk setiap satuan pendidikan adalah kurikulum berbasis
kompetensi. Dalam kurikulum yang demikian tujuan yang diharapkan dapat dicapai adalah sejumlah
kompetensi yang tergambar baik dalam kompetensi dasar maupun dalam standar
kompetensi.
Menurut W. Gulo (2002) istilah
kompetensi dipahami sebagai kemampuan. Kemampuan itu menurutnya bisa kemampuan
yang tampak dan kemampuan yang tidak tampak. Kemampuan yang tampak itu disebut performance
(penampilan). Performance itu tampil dalam bentuk tingkah laku yang
dapat didemonstrasikan, sehingga dapat diamati, dapat dilihat, dan dapat
dirasakan. Kemampuan yang tidak tampak disebut juga kompetensi rasional, yang
dikenal dalam taksonomi Bloom sebagai kemampuan koginitif, afektif dan
psikomotorik. Kedua kompetensi itu saling terkai. Kemampuan performance akan
berkembang manakala kemampuan rasional meningkat. Seseorang yang memiliki ilmu
pengetahuan luas, akan menampilkan performance yang lebih baik
dibandingkan dengan orang yang memiliki sedikit ilmu pengetahuan.
Isi atau materi pelajaran
merupakan komponen kedua dalam sistem pembelajaran. Dalam konteks tertentu,
materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya, sering
terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi. Hal
ini bisa dibenarkan manakala tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi
pelajaran. Dalam kondisi semacam ini, maka penguasaan materi peljaran oleh guru
mutlak diperlukan. Guru perlu memahami secara detail isi materi pelajaran yang
harus dikuasai siswa, sebab peran dan tugas Guru adalah sebagai sumber belajar.
Materi pelajaran tersebut biasanya tergambarkan dalam buku teks, sehingga
sering terjadi proses pembelajaran adalah menyampaikan materi yang ada dalam
buku. Namun demikian, dalam setting pembelajaran yang berorientasi pada
pencapaian tujuan atau kompetensi, tugas dan tanggung jawab guru bukanlah
sebagai sumber belajar. Dengan demikian, materi pelajaran sebenarnya dapat
diambil dari berbagai sumber.
Strategi atau metode adalah
komponen yang juga memiliki fungsi yang sangat menentukan. Keberhasilan
pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini.
Alat dan sumber, walaupun
fungsinya sebagai alat bantu akan tetapi memiliki peran yang tidak kalah
pentingnya. Dalam kemajuan teknologi seperti sekarang ini memungkinkan siswa
dapat belajar dari mana saja dan kapan saja dengan memanfaatkan hasil-hasil
teknologi. Oleh karena itu, peran dan tugas guru bergeser dari peran sebagai
sumber belajar menjadi peran sebagai pengelola sumber belajar. Melalui
penggunaan berbagai sumber itu diharapkan kualitas pembelajaran akan semakin
meningkat.
Evaluasi merupakan komponen
terakhir dalam sistem proses pembelajaran. Evaluasi bukan saja berfungsi untuk
melihat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, akan tetapi juga
berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan
pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat kekuarngna dalam pemanfaatan
berbagai komponen sistem pembelajaran.
Menentukan dan menganalisis
kelima komponen pokok dalam proses pembelajaran di atas, akan dapat membantu
kita dalam memprediksi keberhasilan proses pembelajaran.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa: Guru dalam proses pembelajaran memegang
peran yang sangat penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia pendidikan
dasar, tidak mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti televisi, radio,
komputer dan lain sebagainya. Sebab, siswa adalah organisme yang sedang
berkembang yang memerlukan bimbingan dan banguan orang dewasa.
Seperti halnya guru,
faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek
siswa meliputi aspek latar belakang siswa yang menurut Dunkin disebut pupil
formative experience serta faktor sifat yang dimiliki siswa (pupil
properties).
Sesuai dengan standar isi,
kurikulum yang berlaku untuk setiap satuan pendidikan adalah kurikulum berbasis
kompetensi. Dalam kurikulum yang demikian tujuan yang diharapkan dapat dicapai adalah sejumlah
kompetensi yang tergambar baik dalam kompetensi dasar maupun dalam standar
kompetensi.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati
dan Mudjiono (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka
Cipta.
blog yea keren.....
ReplyDeletemakasih yea,,,,,
n izin mw share mas
THANKS
ReplyDelete