BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Psikologi yang dalam istilah lama
disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa inggris, psychology. Kata
psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek
(Yunani), yaitu psyche yang artinya jiwa, dan logos yang
berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Beberapa macam
definisi psikologi yang satu sama lain berbeda, seperti
- Psikologi adalah ilmu kehidupan mental (the scence of mental life)
- Psikologi adalah ilmu menganai pikiran (the science of mine)
- Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku (the science of behavior)
Pada makalah ini akan dibahas
bagian dari psikologi yaitu tentang sikap emosi, dalam hal emosi para ahli
mengemukakan beberapa teori. Salah satu teori menyebutkan bahwa emosi timbul
setelah terjadinya reaksi psikologis. teori lain berpendapat bahwa karena
gejolak emosi itu menyiapak seseorang untuk mengatasi keadaan genting, orang
primitif yang membuat respon semacam itu bisa survive dalam perjuangan
hidupnya, lalu darimanakah emosi itu tinggal? Dari pikiran atau dari tubuh?
Tentunya untuk mengungkap kebenaran hal itu sulit sekali.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa itu
emosi?
2.
Darimana
itu emosi? Dan bagaimana perkembangannya?
3.
Bagaimanakah
cara mengendalikan emosi?
BAB II
PEMBAHSAAN
A.
Hakekat
Emosi
Darimana emosi itu muncul? Apakah
dari pikiran atau dari tubuh? Pada hakikatnya setiap orang mempunyai emosi,
dari bangun tidur pagi sampai malam hari, kita mengalami macam-macam pengalaman
yang menimbulkan berbagai emosi pula.
Lantas apa yang dimaksud dengan
emosi? Menurut William James (dalam Wedge, 1995), menurut beliau mendefinisikan
emosi adalah kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan
dengan objek tertentu dalam lingkungannya. Crow dan Crow (1962), dia mengartikan
emosi sebagai suatu kedaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi
sebagai inner adjustment (penyesuaian diri dalam) terhadap lingkungan untuk
mencapai kesejahtraan dan keselamatan individu.
Dari definisi tersebut jelas bahwa
emosi tidak selalu jelek, emosi meminjam ungkapan Jalaludin Rakhmat (1994),
memberikan bumbu kepada kehidupan tanpa emosi hidup ini kering dan gersang.
Memang semua orang memiliki jenis
perasaan yang serupa, namun intensipnya berbeda-beda, emosi-emosi ini dapat
merupakan kecenderungan yang membuat kita frustasi, tetapi juga bisa menajdi
modal untuk meraih kebahagiaan dan kesuksesan hidup. Semua itu tergantung pada
emosi yang kita pilih dalam reaksi kita terhadap orang lain, kejadian-kejadian,
dan situasi disekitar kita.
Disisi lain juga emosi itu
kebanyakan cenderung untuk melakukan sesuatu hal yang jelek, dan jarang ada
emosi yang bertujuan untuk hal yang baik.
B.
Teori-Teori
Emosi
1.
Teori
emosi dan faktor Schacter Sinyer
Teori emosi dua faktor
schacer-singer dikenal sebagai teori yang klasik yang berorientasi pada
rangsangan. Reaksi fsiologik dapat saja sama (hati berdebar, tekanan darah
naik, nafas bertambah cepat, adrenalin di alirkan dalam darah dan sebagainya),
namun jika rangsangannya menyenangkan emosi yang timbul dinamakan senang.
Sebaliknya jika rangsangan yang membahayakan emosi yang dinamakan takut. Para
ahli psikologi melihat teori ini lebih sesuai dengan teori kognisi.
2.
Teori
emosi James-lange
Dalam tori ini disebutkan bahwa
emosi timbil setelah terjadinya reaksi psikologik.
William James (1884), dari Amerika
Serikat dan Carl Lange (1885), dari Denmark telah mengemukakan pada saat yang
hampir bersamaan suatu teori tentang emosi mirip satu sama lainnya, sehingga
teori ini terkenal dengan nama teori James-Lange (Effendi dan Praja, 1993;
mahmud, 1990; Dirgagunarsa, 1996).
Menurut teori ini emosi adalah
hasil prsepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh
sebagai respon terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar. Misalkan
jika seseorang melihat harimau, reaksinya adalah peredaran darah cepat karena
denyut jantung makin cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara dan sebagainya.
Respon-respon tubuh ini kemudian di persepsikan dan timbulah rasa takut.
Mengapa rasa takut itu timbul? Ini disebabkan oleh hasil pengalaman dan proses
belajar. Orang bersangkutan dari hasil pengalamnnya telah mengetahui bahwa
harimau adalah makhluk yang berbahaya karena itu debaran jantung di persepsikan
takut.
3.
Teori
Emergency Cannon
Teori ini dikemukakan oleh Walter.
B Cannon (1929), seorang psikolog dari Harvard University, Cannon dalam
teorinya menyatakan bahwa karena gejolak emosi itu menyiapkan seseorang untuk
mengatasi keadaan yang genting.
Teori ini menyebutkan emosi sebagai
pengalaman subjektif psikologik, timbul bersama-sama dengan reaksi fsikologik
(hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin di alirkan
dalam darah dan sebagainya).
Teori Cannon selanjutnya diperkuat
oleh Philip Bard, sehingga lebih dikenal dengan teori Cannon-Bard atau teori
“emergency” teori ini mengatakan pula bahwa emosi adalah reaksi yang diberikan
oleh organisme dalam situasi emergency (darurat). Teori ini didasarkan pada
pendapat bahwa ada antagonisme (fungsi yang bertentangan) antara saraf-saraf
simpatis dengan cabang-cabang oranial dan secral daripada susunan saraf otonom.
Jadi kalau saraf-saraf simpatis aktif sarat otonom nonaktif, dan begitu
kebalikannya.
C.
Menggolongkan
Emosi
Membedakan suatu emosi lainnya dan
menggolongkan emosi-emosi yang sejenis kedalam suatu golongan atau suatu tipe
sangat sukar dilakukan karenaa hal-hal sebagai berikut?
- Emosi yang sangat mendalam, misalnya sangat marah atau sangat takut menyebabkan aktivitas badan sangat tinggi, sehingga seluruh tubuh aktif, dalam keadaan seperti ini sukar menentukan apakah seseorang itu sedang takut atau marah
- Penghayatan, satu orang yang dapat menghaytai satu macam emosi dengan berbagai cara misalnya kalau marah aseorang akan gemetar di tempat, tetapi lain kali ia memaki-maki atau mungkin lari
- Nama emosi, nama yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi didasarkan oleh sifat rangsangannya, bukan pada keadaan emosinya sendiri, jadi takut adalah emosi yang timbul terhadap suatu bahaya yang menjengkelkan.
- Pengenalan emosi, pengenalan emosi secara subjektif dan introspektif sukar dilakukan karena selalu saja ada pengaru dari lingkungan
Perubahan-perubahan pada tubuh saat
terjadi emosi, terutama pada emosi yang kuat sering kali terjadi
perubahan-perubahan pada tubuh kita antara lain :
- Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona
- Peredaran darah : bertambah cepat bila marah
- Denyut jantung : bertambah cepat bila berdenyut
- Perubah rnapasan : bernapsas panjang bila kencang
- Pupil mata : membesar bila sakit atau marah
- Liur : mongering bila takut dan tegang
- Bulu roma : berdiri bila takut
- Percernaan : mencret-mencret bila tegang
- Komposisi darah : komposisi darah akan pucat berubah dalam keadaa emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif.
- Perkembangan emosi
Para ahli psikolog sering
menyebutkan bahwa dari semua aspek perkembangan, yang paling sukar untuk di
klasifikasikan adalah perkembangan emosional. Orang-orang dewasapun sukar
mendapat kesukaran dalam menyatakan perasaannya. Reaksi pada emosi pada
dasarnya sanat dipengaruhi oleh lingkungan, kebudayaan dan sebagainya, sehingga
mengukur emosi itu agaknya hampir tidak mungkin.
Dalam pertumbuhan yang normal,
hubungan saraf-saraf itu berkembang di dalam otak baru dan otak lama.
Disaat kematangan ini tumbuh respon-respon emosional berkembang melalui empat
jalan, hal ini sesuai dengan empat aspek emosi yaitu : (1) Stimulus, (2)
perasaan, (3) respon-respon internal, (4) pola-pola tingkah laku.
D.
Gangguan
Emosi
Sekarang ini banyak teori yang
muncul untuk mencoba menjelaskan sebab-musabab terjadinya gangguan emosional.
Teori-teori tersebut dapat dikelompokan dalam tiga kategori; lingkungan,
afektif, dan kongnitif (Hauck, 1967).
1.
Teori
lingkungan
Teori lingkungan ini menganggap
bahwa penyakit mental diakibatkan oleh berbagai kejadian yang menyebabkan
timbulnya stres. pandangan tersebut beranggapan bahwa kejadian ini sendiri
adalah penyebab langsung dari keterangan emosi.
Pada umumnya, orang menganggap
teori ini sesuai dengan akal sehat dan menerima pandangan in begitu saja.
Ucapan-ucapan seperti “ia membuat saya marah”, “film lucu itu membuat saya
tertawa”, merupakan bukti nyata bahwa berbagai kejadian di dalam hidup kita
mempunyai hubungan langsung dan satu terhadap satu dengan perasaan emosional
kita.
Teori ini sama sekali tidak bisa
menjelaskan mengapa pada suatu waktu kejadian tertentu membawa kesedihan,
tetapi tidak demikian pada saat lain. Atau mengapa seorang bisa bersikap sangat
tenang terhadap kejadian yang tidak menguntungkan, sedangkan orang lain bil
aberhadapan dengan kejadian yang sama akan mengalami kecemasan.
Seperti yang kita lihat teori ini
memang sangat masuk akal, namun hanya sampai batasan tertentu. Betapapun
populernya teori tersebut tidak cukup untuk menerangkan secara luas gejala dari
pergolakan emosional.
Menurut pandangan ini, tekanan
emosional baru bisa dihilangan kalau masalah “penyebab” ketegangan tersebut di
tiadakan. Selama masalh tersebut masih ada, biasanya tidak banyak yang
bisa dilakukan untuk menghilangkan perasaan-perasaan yang menyertainya. Karena
yang disebut lebih dahulu diduga sebagai penyebab dari yang belakangan, secara
logis bisa dikatakan bahwa penghilangan masalah selalu dapat menghilangkan
kesukaran. Memang demikianlah yang sering terjadi tetapi ini belum tentu dapat
menghilangkan reaksi emosional yang kuat sekali jika reaksi ini terjadi (Hauck
1967).
2.
Teori
afektif
Pandangan profesional yang paling
luas dianut mengenai gangguan mental adalah pandangan yang berusaha menemukan
pengalaman emosional bawah sadar yang dialami seorang anak bermasalah dan
kemudian membawa ingatan yang dilupakan dan ditakuti ini ke alam sadar,
sehingga dapat di lihat dari sudut yang lebih realistik. Sebelum rasa takut dan
rasa salah tersebut disadari, anak-anak itu diperkirakan hidup dengan pikiran
bawah sadar yang ipenuhi dengan bahan-bahan yang menghancurkan yang tidak bisa
dilihat, tetapi masih sangat aktif dan hidup. Ia bisa cemburu dan membenci
ayahnya yang ditakutkan akan melukainya karena pikiran-pikiran jahat tersebut,
anak itu mngkin merasa bersalah karena rasa benci itu sehingga amat berharap mendapat
hukuman atas kejahatannya. Karena tidak menyadari kebencian itu si anak tidak
menyadari bahwa si anak banyak kejadian tidak masuk akal terjadi atas dirinya
sebenarnya adalah alat untuk menghukum dirinya sendiri.
Menurut pandangan ini bukan
lingkungan seperti si ayah yang menimbulkan gangguan, tetapi perasaan bawah
sadar sianak (atau dikatakan afeksi), kelepasan hanya bisa dicapai bila
perasaan tersebut dimaklumi dan dihidupkan kembali dengan seorang yang tidak
akan menghukum anak tersebut atas keinginan-keinginan berbahaya.
3.
Teori
kongnitif
Sekarang ini hanya teori kognitif
utama yang patut dibicarakan, yakni “Psikoterapi Rasional Emotif” yang
ditemukan oleh Albert Ellis (1962), menurut teori ini penderitaan
mental tidak disebabkan langsung oleh masalah kita atau perasaan bawah sadar
kita akan masalah tersebut melainkan dari pendapat yang salah dan irasional.
Yang di sadari maupun yang tidak disadari akan masalah-masalah yang kita
hadapi.
E.
Macam-Macam
Emosi
Atas dasar aktivitasnya tingkah
laku emosinal dapat dibagi menjadi empat macam yaitu : (1) marah, orang
bergerak menentang sumber frustasi, (2) takut, orang bergerak
meninggalkan sumber frustasi, (3) cinta, orang bergerak menuju
sumber kesenangan, (4) defresi, orang menghentikan respon-respon
terbukanya dan mengalihkan emosi ke dalam dirinya sendiri (Mahmud, 1990:167).
Dari hasil penelitiannya John B
Watson, (dalam Mahmud 1990) menemjukan bahwa tiga dari ke empat respon
emosional tersebut terdapat pada anak-anak, yaitu : takut, marah, dan cinta.
1.
Ekspresi
dan emosi
Apakah ekspresi itu? Wullur
(1970:16) melukiskan ekspresi sebagai “pernyataan batin seseorang dengan cara
berkata, bernyanyi, bergerak, dengan catatan bahwa ekspresi itu selalu tumbuh
karena dorongan akan menjelmakan perasaan atau buah pikiran”.
Ekspresi menurut Wullur, juga
bersifat membersihkan, membereskan (katarsis), karena itu ekspresi dapat
mencegah timbulnya kejadian-kejadian yang tidak diberi kesempatan untuk
menjelmakan perasaannya dan menghadapi perasaannya. Tanpa ekspresi, bahan yang
terpendam itu dapat membahayakan, dan terkadang bisa menjadi letusan kecil
ataupun juga menjadi letusan besar. Misalnya mengamuk bahkan membunuh, letusan
yang lebih besar lagi adalah terjadinya letusan revolusi suatu bangsa yang
bertahun-tahun atau berabad-abad tertindas.
Dalam kaitannya dengan emosi, kita
dapat membagi ekspresi emosional (emotional expression) dalam
tiga macam (Dirgagunarsa, 1996:138) yakni : (1) startle response atau
reaksi terkejuit, (2) facial and vocal expression atau ekspresi wajah
dan suara, (3) posture and gesture atau ekspresi sikap dan gerak
tubuh.
2.
Perasaan
dan emosi
Perasaan adalah suatu keadaan dalam
kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan
positif dan negatif’ (Koentjaraningrat, 1980).
Dalam mempelajari perasaan para
ahli tidak mengadakan pembedaan yang tegas dengan emosi. Hal ini tampak pada
pembagian perasaan yang dilakukan oleh beberapa ahli dibawah ini (Dirgagunarsa,
1996) yakni : (1) perasaan pengindraaan, (2) perasaan vital, (3) perasaan
psikis (4) perasaan pribadi.
W. Stern mengadakan pembagian
perasaan sebagai berikut: (1) perasaan yang bersangkutan dengan masa kini, (2)
perasaan yang bersangkutan dengan masa lampau, (3) perasaan yang bersangkutan
dengan masa yang akan datang.
Watson menyatakan bahwa manusia
pada dasarrnya mempunyai tiga emosi dasar yakni: (1) fear, yang
nantinya bisa berkembang menjadi anxiety atau cemas, (2) rage, yang
akan berkembang antara lain menjadi anger (marah), (3) love, yang akan
berkembang menjadi simpati.
Descrates juga mengemukakan
emosi-emosi dasar sebanyak enam macam yakni : (1) desire, keinginan,
(2) hate, benci, (3) wonder, kagum, (4) sorrow,kesedihan,
(5)love, cinta, (6) joy, kegembiraan.
F.
Mengendalikan
emosi
Mengendalikan emosi itu penting sekalai,
karena kenapa? hal ini didasrkan atas kenyataan bahwa emosi mempunyai kemampuan
untk mengomunikasikan diri kepada orang lain.
Supaya pergaulan kita sehari-hari
dapat berjalan lancar dan dapat menikmati kehidupan yang tentram, kita tidak
hanya mampu mengendalikan emosi, namun juga harus memiliki emosi yang tepat
dengan mempertimbangkan keadaan, waktu, dan tempat. Maka menurut Wedge (1995),
rahasia hidup yang bahagia dapat dinyatakan dalam suatu kalimat singkat, “pilihlah
emosi anda seperti anda memiliki sepatu anda”.
Sehubungan dengan hal tersebut ada
beberapa peraturan untuk mengendalikan emosi (Mahmud, 1990) yakni : (1)
hadapilah emosi tersebut, (2) jika mungkin, tafsirkanlah kembali situasinya,
(3) kembangkanlah rasa humor dan sikap realistis, (4) atasilah problem-problem
yang menjadi sumber emosi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara garis besar pisikologi dapat
di artikan sebagai salah satu cabang ilmu yang mempelajari tentang pola tingkah
laku manusi pada umumnya.
Dari pembahasan di atas yang di
ungkapkan oleh beberapa tokoh psikologi, mengenai apa itu emosi, perkembangan
emosi dalam diri kita, bahkan bagaimana cara pengendalian emosi. Namun yang
perlu kita ketahuii juga bahwa para ahli psikologi dalam melacak tentang emosi
itu tentunya sangat berbeda dan juga beragam peafsiran.
Dalam PSIKOLOGI UMUM dalam lintas
sejarah / Drs. Alex Sobur, M.Si – Cet 1 Bandung : Pustaka Setia, september
2003, 568 halm: 16 x 24 cm, telah di bahas dimana emosi itu menurut
William James (dalam Wedge, 1995), emosi adalah kecenderungan untuk memiliki
perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya.
Crow dan Crow (1962), mengartikan emosi sebagai suatu kedaan yang bergejolak
pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian diri
dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahtraan dan keselamatan
individu.
Berdasarkan definisi yang du
ungkapan oleh beliau, jadi pada intinya emosi itu akan selalu ada dan timbul
pada setiap individu, baik tua maupun muda pasti mempunyai emosi, yang dimana
emosi itu akan selalau muncul pada setiap individu sesuai dengan keadaan jiwa
si individu tersebut, emosi itu bermacam-macam ada takut, marah dan cinta.
Kemudian emosi tersebut biasanya di
luapkan oleh seseorang melalui ekspresi, agresi dan juga melalui sebuah
perasaan.
Ketika kita berbicara tentang emosi
tentu perasaan kita selslu ke arah negatif, karena kenapa? Karena emosi hampir
dominan itu sangat membahayakan, tentunya hal yang tidak dinginkan menimpa pada
kita.
Kita sebagai makhluk sosial yang
selalu berhubungan dengan orang lain tentunya tidak ingin hubungan kita
terputus karena dengan adanya emosi tersebut, ada beberapa cara untuk
mengendalikan emosi diantaranya: (Mahmud, 1990) yakni : (1) hadapilah emosi
tersebut, (2) jika mungkin, tafsirkanlah kembali situasinya, (3) kembangkanlah
rasa humor dan sikap realistis, (4) atasilah problem-problem yang menjadi
sumber emosi.
Dan yang lebih penting kita harus
sadar betul akan diri kita, bahwa kita hidup perlu lingkungan yang sehat, perlu
sosialisai, jadi kita membutuhkan teman-teman di sekelilking kita. Jika
seandainya kita tidak bisa menjaga emosi kita tentu kita akan jauh dari
temen-temen kita.
B.
Saran
Emosi yang ada diri kita tentunya
harus bisa kita jaga sesuai dengan lingkungan, waktu dan juga tempat, apalagi
kita sebagai Mahasiswa umumnya untuk seluruh individu manusia, kita harus bisa
menjaga emosi jangan sampai emosi yang kita luapkan tidak sesuai dengan
keadaan, karena kenapa? Karena emosi itu ada pada setiap individu termasuk
kita, tidak mungkin seorang individu tidak punya individu. Oleh karena itu kita
harus mawas diri dalam mengendalikan emosi tersebut.
Dalam hal lain selain kita harus
bisa harus mawas diri, kita juga harus lebih mendekatkan diri kepada Allah,
dengan menjauhi segala larangannya, karena seseorang yang jauh dari sifat buruk
itu akan senan tisa mendapat Nurullah yaitu cahaya Allah, yang
senantiasa perbuatannya selalu terjaga dengan hati-hati.
DAFTR PUSTAKA
Sobur, Alex, 2003. Psikologi Umum, Bandung :
Pustaka Setia
Syah, Muhibbin, 2009. Psikologi Pendidikan, Bandung
: PT Remaja Rosdakarya
Shaleh, Abdul Rahman, 2008. Psikologi Suatu Pengantar
Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Kencana
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !