BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Berbicara
masalah pembentukan akhlak sama berbicara masalah tujuan pendidikan, karena
banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan
pendidikan adalah tujuan akhlak. Menurut muhammah athiyah al-abrasyi yang
dikutip oleh abudin nata mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak
adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam. Demikian pula ahmad D. Marimba bahwa
tujuan utama pendidikan islam adalah identik dengan tujuan hidup setiap muslim,
yaitu menjadi hamba Allah, yaitu hamba yang percaya dan menyerahka diri
kepadanya dengan memeluk agama islam.
Namun
sebelum itu masih ada masalah yang perlu kita dudukkan dengan seksama, yaitu
apakah akhlak dapat dibentuk atau tidak? Jika dapat dibentuk apa alasannya dan
bagaimana caranya? Dan jika tidak, apa pula alasannya dan bagaimana pula
alasannya.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam
penulisan makalah ini, penulis akan merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Insting
2. Pola dasar bawaan
3. Lingkungan
4. Kebiasaan
5. Kehendak
6. Pendidikan
7. Menurut Para Aliran
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut
H. A. Mustafa bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak ada 6,
yaitu insting, pola dasar bawaan, lingkungan, kebiasaan, kehendak dan
pendidikan.[1]
A.
Insting
Definisi
insting oleh para ahli jiwa masih ada perselisihan pendapat. Namun perlu
diungkapkan juga, bahwa menurut james, yang dikutip oleh mustafa bahwa insting
ialah suatu alat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan
dengan berfikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan tiada dengan didahului
latihan perbuatan itu.
Pengertian
insting lebih lanjut ialah sifat jiwa yang pertama yang membentuk akkhlak, akan
tetapi suatu sifat yang masih primitif, yang tidak dapat lengah dan dibiarkan
begitu saja, bahkan wajib di didik dan di asuh. Cara mendidik dan mengasuh
insting kadang-kadang dengan ditolak dan kadang-kadang pula diterima.
Dengan
demikian insting itu berbeda-beda bagi manusia sebagai kita katakan diata. Kadang-kadang seorang
manusia diberi kekuatan dalam suatu insting, dan diberi kelemahan dalam insting lainnya. Demikian juga seorang telah
kuat instingnya sedang lain orang kelihatan lemah, dan begitu sebaliknya.
Banyak dari pemuda-pemuda mempunyai persediaan insting untuk menghasilkan
keahlian dalam cabang kehidupan yang beraneka warna. Keahlian ini akan dapat
kelihatan apabila seorang dapat memelihara keinginannya yang baik dan
mengetahui cara bagaimana memberi semangat dan memberi petunjuk yang seharusnya
dikerjakan dang apa yang seharusnya ditinggalkan. Sehingga matanglah
insting-instingnya.
Macam-macam
insting
1. Insting menjaga diri sendiri
2. Insting menjaga lawan jenis
3. Insting merasa takut
B.
Pola Dasar
Bawaan
Pada
awal perkembangan kejiwaan primitif, bahwa ada pendapat yang mengatakan
kelahiran manusia itu sama. Dan yang membedakan adalah faktor pendidikan.
Tetapi pendapat baru mengatakan tidak ada dua orang yang keluar di alam
keujudan sama dalam tubuh, akal dari akhlaknya.
Ada
teori yang mengemukakan masalah turunan, yaitu:
1.
Turunan
(pembawaan) sifat-sifat manusia.
Dimana-mana tempat orang membawa turunan dengan berbeda-beda sifat yang
bersamaan. Seperti bentuk, pancaindera, perasaan, akal dan kehendak. Dengan
sifat sifat manusia yang diturunkan ini, manusia dapat mengalahkan alam didalam
beberapa perkara, sedang seluruh binatang tidak dapat menghadapinya.
2.
Sifat-sifat
bangsa.
Selain adat kebiasaan tiap-tiap bangsa, ada juga sifat yang diturunkan
sekelompok orang dahulu kepada kelompok orang sekarang. Sifat-sifat ini ialah
menjadikan beberapa orang dari tiap-tiap bangsa berlainan dari beberapa orang
dari bangsa lain, bukan saja dalam bentuk mukanya bahkan juga dalam sifat-sifat
yang mengenai akal.
C.
Lingkungan
Lingkungan
ialah suatu yang melingkungi tubuh yang hidup. Lingkungan tumbuh-tumbuhan oleh
adanya tanah dan udaranya, lingkungan manusian ialah apa yang melingkungi dari
negeri, lautan, sungai, udara dan bangsa.
Lingkungan
ada dua macam, yaitu:
1.
Lingkungan
alam
Lingkungan alam telah menjadikan perhatian para ahli-ahli sejak zaman
plato hingga sekarang ini. Dengan memberikan penjelasan-penjelasan dan sampai
akhirnya membawa pengaruh. Ibnu Chaldun telah menulis dalam kitab
pendahuluannya. Maka tubuh yang hidup tumbuhnya bahkan hidupnya tergantung pada
keadaan lingkungan yang ia hidup didalamnya. Kalau lingkungan tidak cocok
kepada tubuh, maka tubu tersebut akan lemah dan mati. Udara, cahaya, logam di
dalam tanah, letaknya negeri dan apa yang ada padanya dari lautan, sungai dan
pelabuhan adalah mempengaruhi kesehatan penduduk dan keadaan mereka yang
mengenai akal dan akhlak.
2.
Lingkungan
pergaulan
sekolah, pekerjaan, pemerintah, syiar agama, ideal, keyakinan,
pikiran-pikiran, adat-istiadat, pendapat umum, bahasa, kesusastraan, kesenian,
pengetahuan dan akhlak. Pendeknya segala apa yang diperbuahkan oleh kemajuan
manusia.
Manusia dalam masa kemundurannya lebih banyak terpengaruh dalam
lingkungan alam. Apabila ia telah dapat mendapat sedikit kemajuan, lingkungan
pergaulanlah yang banyak menguasainya, sehingga ia dapat mengubah lingkungan
atau menguasainya atau menyesuaikan diri kepadanya.
D.
Kebiasaan
Ada
pemahaman singkat, bahwa kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang terus
sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang. Seperti kebiasaan berjalan,
berpakaian, berbicara, berpidato, mengajar dan lain sebagainya.
Orang
berbuat baik atau buruk karena ada dua faktor dari kebiasaan yaitu:
a. Kesukaan hati terhadap suatu pekerjaan
b. Menerima kesukaan itu, yang akhirnya menampikkan
perbuatan, dan diulang terus menerus.
Orang
yang hanya melakukan tindakan dengan cara berulang-ulang tidak ada manfaatnya
dalam pembentukan kebiasaan. Tetapi hal ini harus dibarengi dengan perasaan
suka didalam hati. Dan sebalikanya tidak hanya senang atau suka hati saja tanpa
diulang-ulang tidak akan menjadi kebiasaan. Maka kebiasaan dapat tercapai
karena keinginan hati dan dilakukan berulang-ulang.
E.
Kehendak
1.
Pengertian
Suatu perbuatan yang ada berdasar atas kehendak dan bukan
hasil kehendak. Contoh berdasarkan kehendak adalah menulis, membaca, mengarang
atau berpidato dan lain sebagainya. Adapun contoh yang berdasarkan bukan
kehendak adala detik hati, bernafas dan gerak mata.
Ahli-ahli mengatakan bahwa keinginan yang menang adalah keinginan yang
alamnya lebih kuat meskipun dia bukan keinginan yang lebih kuat.
Keinginan yang kuat desebut “roghbah”, lalu datang 4 azam
atau niat berbuat. Azam ini ialah yang disebut dengan kehendak kemudian diikuti
dengan perbuatan.
2.
Kehendak
adalah kekuatan
Kehendak adalah suatu kekuatan dari beberapa kekuatan.
Seperti uap atau listrik, kehendak ialah kehendak manusia dan dari padanya
timbul segala perbuatan yang hasil dari kehendak, dan segala sifat manusia dan
kekuatannya seolah olah tidur nyenyak sehingga dibangunkan oleh kehendak. Maka
kemahiran penggunaan, kekuatan akal ahli pikir, kepandaian bekerja, kekuatan
urat, tahu akan wajib dan mengetahui apa yang seharusnya dan tidak seharusnya,
kesemuanya ini tidak mempengaruhi dalam hidup, bila tidak didorongkan oleh
kekuatan kehendak, dan semua tidak ada harganya bila tidak dirubah oleh
kehendak menjadi perbuatan.
Ada dua macam perbuatan atas kehendak yaitu: kadang menjadi
pendorong dan kadang menjadi penolak. Yakni kadang mendorong kekuatan manusia
supaya berbuat, seperti mendorong membaca, mengarang atau berpidato; terkadang
mencegah perbuatan tersebut, seperti melarang berkata atau berbuat.
3.
Obat kehendak
Bagaimana juga kehendak juga dapat sakit. Ada beberapa cara
mengobatinya yaitu:
a.
Bila kehendak itu
lemah, dapat diperkuat dengan latihan. Sepeti tubuh dapat diperkuat dengan
gerak badan dan akal dengan penyelidikan yang dalam.
b.
Wajib bagi kita
jangan membiarkan kehendak kita lenyap dengan tiada ditanfidzkan menurut agama
kita, karena yang demikian itu akan melemahkan kehendak.
c.
Apabila kehendak itu
kuat tetapi penyakitnya di dalam menjuruskan ke arah dosa dan keburukan. Maka
obatnya dengan memperkenalkan jiwa, pada jalan-jalan yang baik dan buruk dan
ditambah keterangan dengan buah dan akibat kedua jalan itu, dan menganjurkan
supaya tunduk kepada maksud kebaikan dan mengelilingi jiwa dengan apa yang
menarik kebaikan sehingga ia menuju ke arah kebaikan.
4.
Kebebasan
berkehendak
Ahli filsafat yunani setengahnya berpendapat bahwa kehendak itu mereka dalam memilih, dan
setengahnya berpendapat bahwa kehendak itu terpaksa menjalani suatu jalan yang
tidak dapat dilampauinya.
Ilmuan arab berkata bahwa: manusia itu terpaksa dan tidak
mempunyai kehendak yang merdeka, bahkan kepastian itu yang menjalankan menurut
apa yang digambarkannya. Dan manusia itu seperti kapas dalam tipuan angin atau
seperti kulit biji diatas gelombang, tiada kehendak dan memilih, hanya
Allah-lah yang berbuat menurut kehendaknya.
Kedua faktor ini mengendalikan kehendak yang menggambarkan
baginya jalan untuk berbuat sehingga dapat menebak apa yang akan dilakukan oleh
manusia yang membentuk akhlak.
F.
Pendidikan
Dunia
pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan prilaku akhlak
seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa memahaminya dan dapat
melakukan perubahan pada dirinya.
Dengan
demikian, setrategis sekali, dikalangan pendidikan dijadikan pusat perubahan
perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju ke prilaku yang baik. Maka
dibutuhkan beberapa unsur dalam pendidikan, untuk bisa dijadikan agen,
perubahan sikap dan perilaku manusia, yaitu:
1. Tenaga pendidik
2. Materi pengajaran
3. Metodologis pengajaran
4. Lingkungan sekolah
G.
Menurut Para
Aliran
Berdasarkan
buku karangan H. Abudin Nata faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada
khususnya, ada 3 aliran yang sudah amat populer. Pertama, nativisme. Kedua,
empirisme. Ketiga, korvengensi.[2]
1.
Aliran
nativisme
Menurut
aliran nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri
seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa
kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki
kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi
baik.
Aliran
ini tampak begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam diri manusia, dan
hal ini kelihatannya erat kaiyannya dengan pendapat aliran intuisisme dalam hal
baik dan buruk sebagaiman telah diuraikan diatas.
2.
Aliran
empirisme
Selanjutnya
menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial,
termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan
yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian jika
sebalikanya. Aliran ini tampak lebih begitu percaya kepada peranan yang
dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.
3.
Aliran
konvergensi
Dalam
pada itu aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh
faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan
dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam
lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan kearah yang baik yang ada didalam
diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.
BAB III
KESIMPULAN
Dari
uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
pembinaan akhlak di anak ada dua, yaitu faktor dari dalam yaitu potensi fisik,
intelektual dan hati yang dibawa si anak dari sejak lahir, dan faktor dari luar
yang dalam hal ini adalah kedua orang tua dirumah, guru disekolah, dan
tokoh-tokoh serta pemimpin dimasyarakat. Melalui kerja sama yang baik anatar
tiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak. Dan inilah
yang selanjutnya dikenal dengan istilah manusia seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf,
Rajawali Pers, Jakarta, Cet.9, 2010.
Mustafa, Akhlak Tasawuf,
Pustaka Setia, Bandung, Cet.3, 2005.
bgus sekali. tapi tidak bisa di copas..hmmm
ReplyDeleteblog kmu bagus tpi sayang gk bisa di blok
ReplyDelete