BAB I
PEMBAHASAN
A. Kelahirannya
Biografi Syaikh Abdul Qadir Al Jailani termuat dalam kitab Adz Dzail
'Ala Thabaqil Hanabilah I/301-390, nomor 134, karya Imam Ibnu Rajab Al Hambali.
Tetapi, buku ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.[1]
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang 'alim di Baghdad yang lahir pada
tahun 490/471 H di kota
Jailan atau disebut juga Kailan. Sehingga di akhir nama beliau ditambahkan kata
Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliy.
Beliau adalah seorang ulama besar sehingga suatu kewajaran jika
sekarang ini banyak kaum muslimin menyanjungnya dan mencintainya. Akan tetapi
kalau meninggi-ninggikan derajat beliau berada di atas Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam, maka hal ini merupakan suatu kekeliruan. Karena Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah rasul yang paling mulia di antara para
nabi dan rasul yang derajatnya tidak akan pernah bisa dilampaui di sisi Allah
oleh manusia siapapun.
Ada juga sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syaikh Abdul Qadir Al
Jailani sebagai wasilah (perantara) dalam do’a mereka. Berkeyakinan bahwa do’a
seseorang tidak akan dikabulkan oleh Allah, kecuali dengan perantaraannya. Ini
juga merupakan kesesatan.
Menjadikan orang yang sudah meninggal sebagai perantara tidak ada
syari’atnya dan ini sangat diharamkan. Apalagi kalau ada yang berdo’a kepada
beliau. Ini adalah sebuah kesyirikan besar. Sebab do’a merupakan salah satu
bentuk ibadah yang tidak boleh diberikan kepada selain Allah. Allah melarang
makhluknya berdo’a kepada selainNya. Allah berfirman,
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah
kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di
samping (menyembah) Allah.” (QS. Al Jin:18)
Suatu ketika Abu Sa’ad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil di
sebuah daerah yang bernama Babul Azaj dan pengelolaannya diserahkan sepenuhnya
kepada Syaikh Abdul Qadir. Beliau
mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil
memeberikan nasehat kepada orang-orang yang ada di sana, sampai beliau meninggal
dunia di daerah tersebut.
Banyak sudah orang yang bertaubat demi
mendengar nasihat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah
beliau. Sehingga sekolah ini tidak kuat menampungnya. Maka diadakan perluasan.
Imam Adz Dzahabi dalam menyebutkan
biografi Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A’lamin Nubala, menukilkan
perkataan Syaikh sebagai berikut, “Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku,
dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat.”
Murid-murid beliau banyak yang menjadi
ulama terkenal, seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil
Anam. Ibnu Qudamah penyusun kitab fiqh terkenal Al Mughni.
B.
Pendidikannya
Pada usia yang masih muda beliau telah merantau ke Baghdad dan meninggalkan tanah kelahirannya. Di sana beliau belajar
kepada beberapa orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthath, Abul Husein Al
Farra' dan juga Abu Sa'ad Al Mukharrimi sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu
ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama.
C.
Pemahamannya
Beliau seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab
ini pada masa hidup beliau. Beliau adalah seorang alim yang beraqidah ahlus
sunnah mengikuti jalan Salafush Shalih. Dikenal banyak memiliki
karamah-karamah. Tetapi banyak pula orang yang membuat-buat kedustaan atas nama
beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah, perkataan-perkataan,
ajaran-ajaran, "thariqah" yang berbeda dengan jalan Rasulullah
shallallaahu 'alaihi wa sallam, para sahabatnya dan lainnya.
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani menyatakan dalam kitabnya, Al Ghunyah,
"Dia (Allah) di arah atas, berada di atas 'ArsyNya, meliputi seluruh
kerajaanNya. IlmuNya meliputi segala sesuatu. "Kemudian beliau menyebutkan
ayat-ayat dan hadits-hadits, lalu berkata, "Sepantasnya menetapkan sifat
istiwa' (Allah berada di atas 'ArsyNya) tanpa takwil (menyimpangkan kepada
makna lain). Dan hal itu
merupakan istiwa' dzat Allah di atas 'Arsy.
D. Dakwahnya
Suatu ketika Abu Sa'ad Al Mukharrimi
membangun sekolah kecil di sebuah daerah yang bernama Babul Azaj dan
pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada Syaikh Abdul Qadir. Beliau
mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil
memeberikan nasehat kepada orang-orang yang ada di sana, sampai beliau
meninggal dunia di daerah tersebut.
Banyak sudah orang yang bertaubat demi
mendengar nasihat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada
beliau, lalu datang ke sekolah beliau. Sehingga sekolah ini tidak kuat
menampungnya. Maka diadakan perluasan.
Imam Adz Dzahabi dalam menyebutkan biografi Syaikh
Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A'lamin Nubala, menukilkan perkataan Syaikh
sebagai berikut, "Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku,
dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat."
Murid-murid beliau banyak yang menjadi
ulama terkenal, seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun Umdatul Ahkam Fi
Kalami Khairil Anam. Ibnu Qudamah penyusun kitab fiqh terkenal Al Mughni.
Beliau Wafat pada hari Sabtu malam,
setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi'ul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.
Ketika ditanya tentang Syaikh Abdul Qadir
Al jailani, Ibnu Qudamah menjawab, "Kami sempat berjumpa dengan beliau di
akhir masa kehidupannya. Beliau
menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat perhatian kepada kami. Kadang
beliau mengutus putra beliau Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Terkadang
beliau juga mengirimkan makanan buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam
shalat fardhu."
Ibnu Rajab di
antaranya mengatakan, "Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang
diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para syaikh, baik ulama dan
para ahli zuhud. Beliau memiliki banyak keutamaan dan karamah. Tetapi ada seorang yang bernama Al Muqri' Abul Hasan Asy Syathnufi
Al Mishri (orang Mesir) mengumpulkan kisah-kisah dan keutamaan-keutamaan Syaikh
Abdul Qadir Al Jailani dalam tiga jilid kitab. Dia telah menulis
perkara-perkara yang aneh dan besar (kebohongannya). Cukuplah seorang itu
dikatakan berdusta, jika dia menceritakan segala yang dia dengar. Aku telah
melihat sebagian kitab ini, tetapi hatiku tidak tenteram untuk meriwayatkan apa
yang ada di dalamnya, kecuali kisah-kisah yang telah masyhur dan terkenal dari
kitab selain ini. Karena kitab ini banyak berisi riwayat dari orang-orang yang
tidak dikenal. Juga terdapat perkara-perkara yang jauh (dari agama dan akal),
kesesatan-kesesatan, dakwaan-dakwaan dan perkataan yang batil tidak terbatas.
Semua itu tidak pantas dinisbatkan kepada Syaikh Abdul Qadir Al Jailani.
Kemudian aku dapatkan bahwa Al Kamal Ja'far al Adfawi telah menyebutkan bahwa
Asy Syathnufi sendiri tertuduh berdusta atas kisah-kisah yang diriwayatkannya
dalam kitab ini."
Ibnu Rajab juga
berkata, "Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki pendapat yang bagus dalam
masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan ilmu-ilmu ma'rifat yang sesuai
dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab
yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya
mengumpulkan perkara-perkara yang banyak berkaitan dengan nasehat dari
majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia
berpegang pada sunnah. "
Imam Adz Dzahabi mengatakan, "intinya
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki kedudukan yang agung. Tetapi terdapat kritikan-kritikan terhadap
sebagian perkataannya, dan Allah menjanjikan (ampunan atas kesalahan-kesalahan
orang-orang beriman). Namun sebagian perkataannya merupakan kedustaan atas nama
beliau." (Syiar XX/451).
Imam Adz Dzahabi
juga berkata, "Tidak ada seorangpun para ulama besar yang riwayat hidup
dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain Syaikh Abdul Qadir Al
Jailani, dan banyak di antara riwayat-riwayat itu yang tidak benar bahkan ada
yang mustahil terjadi."
Syaikh Rabi' bin
Hadi Al Makhdali berkata dalam kitabnya, Al Haddul Fashil, hal.136, "Aku telah
mendapatkan aqidah beliau (Syaikh Abdul Qadir Al Jailani) di dalam kitabnya
yang bernama Al Ghunyah. Maka aku mengetahui dia sebagai seorang Salafi. Beliau
menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah dan aqidah-aqidah lainnya di atas
manhaj salaf. Beliau juga membantah kelompok-kelompok Syi'ah, Rafidhah,
Jahmiyyah, Jabariyyah, Salimiyah, dan kelompok lainnya dengan manhaj Salaf.
E.
Wafatnya
Beliau Wafat pada
hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi’ul Akhir tahun 561 H di
daerah Babul Azaj.
Di Abad ke enam
tumbuh suburlah apa yang di namakan tarekat-tarekat yang merupakan metode dalam
pendekatan diri kepada Allah SWT, dengan wiridan-wiridan tertentu yang di
pimpin oleh seorang syech atau mursyid. Tarekat yang berkembang luas antara
lain adalah tarekat Qadiriyah yang dibangsakan ( dinisbatkan) kepada Syech
Abdul Qadir Al Jailani, Rifa'iyah yang dinisbatkan kepada Ahmad bin Abil Hasan
Ar Rifai dan sebagainya.
Sepeninggal Imam
Ghazali, lalu tampil seorang ulama besar bernama Abdul Qadir Al Jailani. Ia
dikenal sebagai pendiri tarikat Qadariah dan mulai menyebarkan ajarannya di
wilayah Baghdad. Disusul Tarikat Maulawiyah yang dipimpin oleh Jalal al-Din
al-Rumi. Sementara Syekh Bahaudin Naqsabandy mendirikan tarikat Naqsabandiyah.
Demikianlah sekilas
sejarah perkembangan gerakan sufi. Hal ini perlu diketahui bagi orang yang
hendak menempuh jalan sufi. Sebab sangat berbahaya jika seseorang memiliki
pengetahuan yang dangkal tentang tasawuf atau tentang ilmu syariat, tetapi
tiba-tiba taklik dan ikut melakukan riyadah tarikat. Dikhawatirkan ia tidak
pernah tahu, apakah tarikat itu menyimpang (penuh dengan bid`ah) atau
benar-benar berjalan di atas Al Qur`an dan As Sunnah.
BAB II
KESIMPULAN
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani termuat
dalam kitab Adz Dzail 'Ala Thabaqil Hanabilah I/301-390, nomor 134, karya Imam
Ibnu Rajab Al Hambali. Tetapi, buku ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia.
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah
seorang 'alim di Baghdad yang lahir pada tahun 490/471 H di kota Jailan atau disebut
juga Kailan. Sehingga di akhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al
Kailani atau juga Al Jiliy.
Banyak sudah orang yang bertaubat demi mendengar
nasihat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke
sekolah beliau. Sehingga sekolah ini tidak kuat menampungnya.
Pada usia yang masih muda beliau telah merantau ke
Baghdad dan meninggalkan tanah kelahirannya. Beliau
seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup
beliau. Beliau adalah seorang alim yang beraqidah ahlus sunnah mengikuti jalan
Salafush Shalih. Dikenal banyak memiliki karamah-karamah. Tetapi banyak pula
orang yang membuat-buat kedustaan atas nama beliau.
Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama terkenal, seperti Al
Hafidz Abdul Ghani yang menyusun Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Ibnu Qudamah penyusun kitab fiqh terkenal Al Mughni.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !