BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pembahasan
dalam makalah ini menekankan pada topik tentang teori berdasarkan aliran
Idealisme dan Realisme. Kajian didasarkan pada pemahaman tentang landasan
filosofi yang digunakan dalam pengembangan teori pendidikan. Awal pembahasan
dimulai dengan pentingnya mempelajari filsafat dalam pengembangan teori
pendidikan. Selanjutnya dikemukakan tinjauan umum tentang filsafat dan filsafat
pendidikan, serta pengertian aliran Idealisme dan Realisme. Kemudian mengemukakan
pembahasan mengenai pertentangan serta perpaduan aliran filsafat idealisme dan
realisme dalam mewarnai teori dan praktiek pendidikan. Terlebih lagi ditengah
arus globalisasi dan modernisasi yang melaju sangat pesat pendidikan harus
diberi inovasi agar tidak ketinggalan teori dan praktek pendidikan untuk
mencapai keberhasilan subtansif.
B.
Rumusan Masalah
Melihat
dari latar belakang masalah yang telah disebutkan diatas, maka penulis dapat
merumuskan "pendidikan menurut aliran filsafat Idealisme dan
Realisme".
C.
Tujuan Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini penulis memiliki beberapa tujuan yaitu diantaranya: 1.
Ingin mengetahui apa pengertian Idealisme dan Realisme 2. Mengetahui latar
belakang munculnya aliran Idealisme dan Realisme 3. Mengetahui pemikiran para
tokoh-tokoh dan mengetahui karakterisktik dalam aliran Idealisme dan Realisme
secara ontologi, epistemologi dan aksiologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Idealisme dan Realisme
1.
Pengertian Idealisme
Idealisme
adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat
dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Istilah Idealisme diambil dari
kata idea yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini telah dimiliki
oleh Plato dan pada filsafat modern dipelopori oleh J. E. Fichte, Schelling,
dan Hegel (Syadali dan Mudzakir, 1997: 110). Secara umum Idealisme selalu
berhubungan dengan rasionalisme, ini adalah mazhab epistemologi yang
mengajarkan bahwa pengertahuan Apriori atau deduktif dapat diperoleh manusia
dengan akalnya. Lawan Rasionalisme dalam epistemologi adalah empirisme yang
akan mengatakan bahwa pengetahuan bukan diperoleh lewat rasio (akal), melainkan
melalui pengalaman empiris (Syadali dan Mudzakir, 1997: 110). Power (1982: 82)
mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut: a. Tujuan
Pendidikan Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter dan
mengembangkan bakat atau kemampuan dasar serta kebaikan sosial b. Kedudukan
siswa Bebas utnuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/bakatnya c.
Peran guru Bekerja sama degnan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama
bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa d. Kurikulum
Pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional dan pendidikan praktis
untuk memperoleh pekerjaan e. Metode Diutamakan metode dealektika, tetapi
metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan (Sadullah, 2007: 102-103).
2.
Pengertian Realisme
Pada
dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualistis.
Realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis.
Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas adalah terdiri atas dunia fisik dan
dunia rohani. Realisme membagi dua bagian yaitu subjek yang menyadari dan
mengetahui di satu pihak dan pihak lainnya adalah adanya realita diluar
manusia, yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia (Sadullah,
2007: 103). Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam
bentuk. Kneller membagi Realisme menjadi dua bentuk yaitu: Realisme Rasional
dan Realisme Naturalis (Sadulloh, 2007: 103) Power (1982) mengemukakan
implikasi pendidikan realisme sebagai berikut: a. Tujuan pendidikan Penyesuaian
hidup dan tanggung jawab sosial b. Kedudukan siswa Dalam hal pelajaran,
menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam hal disiplin,
peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral
dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik. c. Peran guru Menguasai
pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi
dari siswa. d. Kurikulum Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang
berguna, berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis. e. Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode
penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning (SR) merupakan
metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviourisme (Sadullah, 2007:
112-113).
B.
Latar Belakang Munculnya
Idealisme
dan realisme Berbicara tentang filsafat, tidak bias dilepaskan dari para
pencetusnya filsuf yang sangat kita kenal dan dialah sebagai embahnya filsuf
yaitu Socrates. Ia hidup pada abad ke-6 SM. Socrates menyebarkan pandangannya
lewat lisan, di manapun ia bertemu dengan orang-orang pada saat itu, ia
mengajaknya ngobrol ringan, hingga pada pembicaraan yang berunsur ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu penyebarannya yang terbuka itulah, penguasa di
wilayahnya tersebut marah, karena Socrates dianggap sebagai orang yang membawa
ajaran baru yang bertentangan dengan dewa dan undang-undang penguasa saat itu.
Akhirnya Socrates dibunuh oleh penguasanya dengan cara dipaksa meminum racun.
Sebagai penerusnya kita kenallah dengan nama filsuf yang tidak kalah pentingnya
dalam dunia perfilsafatan yaitu Plato. Plato hidup sekitar abad ke-5 SM. Ketika
Socrates masih hidup, satu-satunya murid yang paling setia adalah Plato, yang
kemudian menulis pemikiran-pemikiran sang gurunya, Socrates. Karena Socrates
sendiri tidak pernah menuliskan padangannya sendiri. Sekitar hampir 20 tahun
berguru dengan Socrates, Plato pun mulai memasuki seluk-beluk bidang keilmuan.
Terutama tentang alam atau makro kosmos, dari sinilah kemudian muncul aliran
filsafat yang kita kenal sekarang dengan nama aliran idealisme. Aliran ini
adalah hak paten Plato, Plato beranggapan bahwa semua yang ada di alam ini
adalah bayangan dari sesuatu yang sesungguhnya (realita) (Nawa, 2011 dalam
http://nawa.blogspot.com) Semasa hidupnya, Plato juga mempunyai seorang murid
yang baik, yang dikenal dengan nama Aristoteles. Setelah Plato meninggal, maka
filsafatnya dikembangkan oleh muridnya Aristoteles. Namun aliran filsafat sang
guru, berbeda dengan sang murid. Aristoteles beranggapan bahwa alam dan semesta
ini adalah nyata, tidak bayang-bayang dari sesuatu yang nyata. Anggapan inilah
kemudian yang melahirkan aliran Realisme, jadi Realisme adalah hak patennya
Aristoteles (Nawa, 2011 dalam http://nawa.blogspot.com)
C.
Pemikiran Tokoh Filsuf Penggagas Idealisme dan Realisme
1.
Pemikiran Idealisme Plato dan pada filsafat modern dipelopori oleh J. E.
Richte, Schelling, dan Hegel, memandang bahwa idealisme adalah suatu aliran
yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya
dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil dari kata Idea yaitu suatu yang
hadir dalam jiwa. Plato sering disebut sebagai seorang Idealis sekalipun
ideanya tidak khusus (spesifik) mental, tapi lebih merupakan objek universal
(mirip dengan definisi Aristoteles, pengertian umum pada Socrates). Akan tetapi
ia sependapat dengan idealisme modern yang mengajarkan bahwa hakikat penampakan
(yang tampak) itu berwatak (khas) spiritual. Ini terlihat jelas pada legenda
manusia guanya yang terkenal. Pandangan ini dikembangkan oleh Platinus (Syadali
dan Mudzakir, 1997: 110-111). a. J.E Fichte (1762-1914 M) Johan Gottlieb Fichte
adalah filosofus Jerman. Secara sederhana dialektika Fichte itu dapat
diterangkan sebagai berikut: manusia memandang objek benda-benda dengan
indranya. Dlaam pengindraan objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang
dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk dan
mengabstaksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang dipikirkannya. Dengan
demikian jelas bahwa realitas merupakan buah hasil aktivitas pikir subjek.
Pandangan dia mengenai etika adalah bahwa tugas moral manusia didasarkan atas
pikiran bahwa manusia berkewajiban menghargai dirinya sebagai makhluk yang
bebas dan bahwa ia senantiasa berbuat dengan tidak memenuhi tugas, dan hanya
tugas dengan tugas. Tugaslah yang menjadi pendorong moral. Isi hukum moral
adalah berbuatlah menurut kata hatimu (Syadali. dan Mudzakir, 1997: 111-112).
b. F.W.S. Schelling (1775-1854 M) Dalam filsafatnya ia mengatakan jikalau kita
memikirkan pengetahuan kita (objek pemikiran), kita akan selalu membedakan
antara objek yang diluar kita dan penggambaran objek-objek itu secara subjektif
di dalam diri kita (subjek) penggambaran yang subjektif itu kemudian menjadi
sasaran pemikiran kita (Syadali dan Mudzakir, 1997: 114). c. E.W.F. Hegel
(1770-1031 M) Yang menjadi aksioma Hegel yaitu: apa yang masuk akal (rasional)
itu sungguh riil, dan apa yang sungguh itu masuk akal (Syadali dan Mudzakir,
1997: 114). 2. Pemikiran Realisme Plato dan Aristoteles. Apa yang dikatakan
Plato sebagai dunia bayangan yang samara-samar bagi Aristoteles merupakan dunia
yang betul-betul nyata. Penjelas filsafat realisme yang sederhana menyatakan
dengan tegas bahwa dunia yang kita huni yang kita alami dengan segenap panca
indera kita ini bukanlah merupakan duplikat dari realitas yang samar-samar dan
bukanlah bayangan saja, akan tetapi betul-betul dunia nyata, terdiri dari
perwujudan dan beda nyata yang sebenar-benarnya (Prasetya, 2002: 106-107).
D.
Karakteristik Pendidikan dalam Aliran
Idealisme dan Realisme
Ditinjau
dari Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi 1. Ontologi/Metafisika Ontologi
adalah teori tentang ada dan realitas meninjau persoalan secara ontologism
dalam mengadakan penyelidikan terhadap sifat dan realitas dengan refleksi
rasional serta analisis dan sintesis logika. Menurut filsafat realisme dalam penafsiran
yang luas dari ontologi ini dapat ditekankan lebih lanjut bahwa mesin realitas
yang objektif itu selalu mengontrol segala kejadian melampaui ilmu-ilmu
pengetahuan physika. Dalam masalah manusia sama seperti dalam masalah alam,
yiatu sama-sama terdapat hukum yang berlaku yang sudah terbina langsung di
dalam alam. Kemudian dalam masalah etika, beberapa penganut filsafat realisme
yang berketuhanan berpegang pada hukum moral yang beroprasi di dalam alam, kita
akan melihat bagaimana seringnya kata-kata alam atau alamiah masuk ke dalam
pembicaraan dan diskusi ahli-ahli filsafat dan penganut realisme. Jadi
demikianlah ontologi filsafat realisme, adanya sebuah dunia yang penuh dengan
benda-benda yang senantiasa bergerak, semacam mekanisme yang dikaruniai pola,
keterangan dan gerakan yang harmonis (Prasetya, 2002: 159). Bagi aliran
idealisme yang nyata atau riil adalah mental atau spiritual. Seluruh hal diluar
mental dan spiritual manusia hanyalah ekspresi manusia. Dalam perspektif
metafisis, "ada" adalah sesuatu yang tidak berubah bukanlah
"ada" yang sebenarnya. Dalam pengertian itu, maka "ada"
bagi kaum idealis adalah pikiran sebagai esensi spiritual. Pikiran manusialah
yang memberikan kepadanya vitalitas dan dinamika menjadi hidup (Kurniasih, 2010
dalam http://inna.blogspot.com). 2. Epistemologi Epistemologi berasal dari
bahasa Yunani yaitu episteme yang berarti pengetahuan. Epistemologi idealisme
adalah pengetahuan yang benar-benar diperoleh melalui instuisi dan pengingatan
mulai berpikir, kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang
mempunyai akal pikiran yang cemerlang, sebagian besar manusia hanya sampai pada
tingkat berpendapat. Menurut idealisme (serba cita) pengetahuan adalah gambaran
subjektif (menurut tanggapan tentang apa yang ada dalam alam sesungguhnya).
Jadi idealisme berpendapat bahwa pengetahuan hanyalah rekaan akal yang jelas
mustahil sama dengan hal yang sebenarnya. Apabila ditelaah lebih jauh idealisme
pun tidak salah kalau orang memahami arti tahu sebgai kegiatan akal, jadi cenderung
bergeser dari semestinya (Prasetya, 2002: 111). Menurut realisme (serta nyata),
pengetahuan adalah salinan objektif (menurut kenyataan) dan apa yang ada dalam
alam sesungguhnya (fakta atau hakikat). Jadi menurut realisme itu tidak lain
adalah potret yang persis sama dengan keadaan yang sebenarnya. Dan apabila
ditelaah lebih jauh pendapat realisme ada benarnya jika diperhatikan dari arti
definitive tahu sebagai camkan objek, jadi menangkap sasaran sebagaimana adanya
(Prasetya, 2002: 111). 3. Aksiologi Aksiologi idealisme adalah kehidupan
manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan dari pendapat
tentang kenyataan metafisika. Menurut aksiologi system nilai dalam pandangan
idealisme adalah suatu yang absolute, abadi dan universal. Nilai-nilai
merefleksikan kebaikan semesta (Admin, 2011 dalam http://www.peutuah.com).
Dalam idealisme, aksiologi berakar pada ontologis karena sebenarnya idealisme
lebih menekankan pada aspek ontologi atau metafisika dari pada aspeknya yang
lain. Dalam praktis pendidikan menurut aliran idealisme, maka titik beratnya
adalah pada tataran ontologi, yaitu di mana peserta didik perlu ditanamkan
konsep bahwa mereka makhluk spiritual dan rasional sehingga pendidikan ini akan
lebih menekankan konsep, gagasan, bagiannya keakademisan dari pada hal-hal
lain. Keberhasilan pendidikan ditinjau dari penguasaan materi secara akademis,
sedangkan sudut pandang religius, pendidikan bertujuan membimbing peserta didik
agar berkepribadian, bermoral dan religius. Aspek nilai dalam pendidikan
idealisme berada pada dataran yang tetap, kokoh, dan teruji oleh waktu. Untuk
mencapai kriterinya itu manusia tinggal meniru otoritasnya yang dianggap
memiliki kebenaran. Bisa jadi otoritas itu tuhan, orang-orang yang ungguh dalam
pemikiran, pemimpin dan lain-lain. Bagi aliran idealisme anak didik merupakan
seorang pribadi tersendiri sebagai makhluk spiritual. Mereka mengatur paham
idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan
ekspresi dan keyakinannya sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai
makhluk spiritual (Kurniasih, 2010 dalam http://inna.blogspot.com). Dalam
aksiologi realisme; tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang
diperoleh melalui ilmu dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan
atau adat istiadat yang telah teruji dalam kehidupan (Kusuma, 2011 dalam http://fajarkusuma.student.umm.ac.id).
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Aliran
filsafat idealisme dalam pendidikan menekankan pada upaya pengembangan bakat
dan kemampuan peserta didik sebagai aktualisasi potensi yang dimilikinya.
Idealisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak
lain dari pada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui
manusia itu terletak diluarnya. 2. Pendidikan menurut aliran realisme adalah
aliran filsafat yang memandang realita sebagai dualistis, aliran ini memandang
dunia ini mempunyai hakikat realitas yang terdiri dari fisik dan dunia rohani.
Aliran filsafat pendidikan menurut idealisme dan realisme juga memiliki
beberapa karakter ditinjau dari ontology/metafisika, epistemology dan
aktiologil.
B.
Penutup
Dengan
terselenggaranya makalah ini penulis mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT,
yang telah mencurahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga makalah ini
dapat kami selesaikan. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
pembaca pada umumnya. Amiin…
DAFTAR PUSTAKA
Sadullah,
Uyoh, 2007. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung; Alfabeta Syadali, Ahmad dan
Mudzakir, 1997. Filsafat Umum. Bandung; Pustaka Setia Admin, Aliran Idealisme
Pendidikan, 22 Mei 2011 dalam http://www.petuah.com Kusuma, Fajar, Filsafat
Pendidikan Realisme, 5 Februari 2011 dalam http://fajarkusuma.student.umm.ac.id
Kurniasih, Inna, Aliran Idealisme Pendidikan, 7 Desember 2010 dalam http://inna.blogspot.com
Nawa, Sejarah Lahirnya Idealisme dan Realisme, 26 Oktober 2011 dalam
http://nawa.blogspot.com