BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan agama islam pastilah
terdapat berbagai macam problem baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam hal ini sangatlah memerlukan perhatian khusus dari guru agama, karena
guru agama dianggap sebagai kunci sentral dalam membendung dan memfilter pengaruh
negatif dari luar, karena kita mengetahui suatu hal yang paling urgen
dampaknya. Dalam hal ini adalah kenakalan remaja.
Oleh karena itulah kelompok kami akan membahas dan mengupas peranan
agama dan psikologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling, sesuai dengan
referensi yang kami dapatkan dan bermanfaat untuk kami kembangkan, pertamanya
kami acuh tak acuh terhadap pokok bahasan ini karena teori- teori yang banyak
dikembangkan di buku- buku bimbingan dan konseling adalah teori barat yang
sangat minim sekali pada peribahan bimbingan dan konseling dalam sudut pandang
islam.tapi rasab acuh tak acuh itu berkembang menjadisebuah kesadaran untuk
memotifasi kami membuat suatu makalah yang sangat urgen ini,karena kami
menganggap diri kami sebagai kaum intelektual muslim yang masih tahap belajar
sering mendapat suatu pertanyaan-pertayaan” dimnakah peranan agama dan nilai
budaya (Moral) dalam pengembangan anak?”.
Dan diri kami tersentuh dan bertanya tiada henti, ketika seorang remaja
muslim sudah tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam dirinya dan
menghianati apa yang telah ia pelajari mulai awal tentang agama norma tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1)
Bagaimanakah peran agama dalam bimbingan dan konseling?
2)
Bagaimanakah pendekatan agama dalam
bimbingan dan konseling?
3)
Bagaimanakah tujuan bimbingan dan
konseling?
4)
Seperti apakah klien bimbingan dan
konseling islam?
5)
Bagaimanakah konselor islami?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ajaran Islam Yang Berkaitan Dengan
Bimbingan Konseling
Bebicara tentang agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik,
khususnya Agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para Nabi yang
membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para
Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan
(problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari
tipu daya syaiton. Seperti tertuang dalam ayat berikut ini :
ÎóÇyèø9$#ur ÇÊÈ ¨bÎ) z`»|¡SM}$# Å"s9 Aô£äz ÇËÈ wÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur Îö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ
“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian,
kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati
supaya mengikuti kebenaran dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran”.
(Al-Ashr :1-3)
Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai
dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling
agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang
sebenarnya.
ãAqà)tur tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. Iwöqs9 tAÌRé& Ïmøn=tã ×pt#uä `ÏiB ¾ÏmÎn/§ 3
ö@è% cÎ) ©!$# @ÅÒã `tB âä!$t±o üÏökuur Ïmøs9Î) ô`tB z>$tRr& ÇËÐÈ
“Berkata orang-orang tiada beriman:”Mengapa
tiada diturunkan kepadanya (Muhammad) sebuah mukjizat dari Tuhannya?” Jawablah
:”Allah membiarkan sesat siapa yang Ia kehendaki, dan membimbing orang yang
bertobat kepada-Nya.” (Ar-Ra’d :27)
Dari ayat-ayat diatas sehingga dapat dipahami bahwa ada jiwa yang
menjadi fasik dan adapula jiwa yang menjadi takwa, tergantung kepada manusia
yang memilikinya. Ayat ini menunjukan agar manusia selalu mendidik diri sendiri
maupun orang lain, dengan kata lain membimbing kearah mana seseorang itu akan
menjadi, baik atau buruk. Proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat
dikatakan sebagai “bimbingan” dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad SAW,
menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam
yang diketahuinya, walaupun satu ayat saja yang dipahaminya. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa nasihat agama itu ibarat bimbingan (guidance) dalam
pandangan psikologi.
Dalam hal ini Islam memberi perhatian pada proses bimbingan,. Allah
menunjukan adanya bimbingan, nasihat atau petunjuk bagi manusia yang beriman
dalam melakukan perbuatan terpuji, seperti yang tertuang pada ayat-ayat berikut
:
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OÈqø)s? ÇÍÈ ¢OèO çm»tR÷yu @xÿór& tû,Î#Ïÿ»y ÇÎÈ
“Sesungguhnya kami telah menciptakan
manusia dalam keadaan sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ketempat
yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
soleh, maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya” (At-Tiin :4-5)
øÎ)ur xs{r& y7/u .`ÏB ûÓÍ_t/ tPy#uä `ÏB óOÏdÍqßgàß öNåktJÍhè öNèdypkôr&ur #n?tã öNÍkŦàÿRr& àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/ (
(#qä9$s% 4n?t/ ¡
!$tRôÎgx© ¡
cr& (#qä9qà)s? tPöqt ÏpyJ»uÉ)ø9$# $¯RÎ) $¨Zà2 ô`tã #x»yd tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐËÈ
“Dan ingatlah, ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan-keturunan anak-anak Adam dari tulang sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : “Bukankah
Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab : Betul (Engkau Tuhan kami, kami menjadi
saksi). Kami lakukan yang demikian itu agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan
:”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)”. (Al-A’Raf :172)
Ada beberapa ayat yang lebih khusus menerangkan tugas seseorang dalam
pembinaan agama bagi keluarganya.
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pkön=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâxÏî ×#yÏ© w tbqÝÁ÷èt ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur $tB tbrâsD÷sã ÇÏÈ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At Tahrim:6)
öÉRr&ur y7s?uϱtã úüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ
“Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat” (As-Syu’ara:214)
Selanjutnya yang berkaitan dengan perkembangan konseling, khusus
konseling sekolah adalah adanya kebutuhan nyata dan kebutuhan potensial para
siswa pada beberapa jenjang pendidikan, yaitu meliputi beberapa tipe konseling
berikut ini :
a)
Konseling krisis, dalam menghadapi
saat-saat krisis yang dapat terjadi misalnya akibat kegagalan sekolah,
kegagalan pergaulan atau pacaran, dan penyalahgunaan zat adiktif.
b)
Konseling fasilitatif, dalam menghadapi
kesulitan dan kemungkinan kesulitan pemahaman diri dan lingkungan untuk arah
diri dan pengambilan keputusan dalam karir, akademik, dan pergaulan social.
c)
Konseling preventif, dalam mencegah
sedapat mungkin kesulitan yang dapat dihadapi dalam pergaulan atau sexual,
pilihan karir, dan sebagainya.
d)
Konseling developmental, dalam menopang
kelancaran perkembangan individual siswa seperti pengembangan kemandirian,
percaya diri, citra diri, perkembangan karir dan perkembangan akademik.
Dengan demikian, kebutuhan akan hubungan bantuan (helping relationship),
terutama konseling, pada dasarnya timbul dari diri dan luar individu yang
melahirkan seperangkat pertanyaan mengenai apakah yang harus diperbuat
individu. Dalam konsep Islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku
yang sangat disitimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan potensi dirinya,
sehingga menjadi pakar dalam disiplin ilmu pengetahuan dijadikan kedudukan yang
mulia disisi Allah SWT.
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#rãä.ø$# |MyJ÷èÏR «!$# öNà6øn=tæ øÎ) §Nyd îPöqs% br& (#þqäÜÝ¡ö6t öNä3øs9Î) óOßgtÏ÷r& £#s3sù óOßgtÏ÷r& öNà6Ztã (
(#qà)¨?$#ur ©!$# 4
n?tãur «!$# È@©.uqtGuù=sù cqãYÏB÷sßJø9$# ÇÊÊÈ
Artinya: "Hai orang-orang yang
beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di
waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk
berbuat jahat), Maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. dan bertakwalah
kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus
bertawakkal." (QS. Al-Maidah: 11)
B.
Pendekatan Islami Dalam
Pelaksanaan Bimbingan Konseling
Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dalam
pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan,
perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor.
Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang
pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci
yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah.
Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki
ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1)
Selalu memiliki Prinsip Landasan dan
Prinsip Dasar yaitu hanya beriman kepada Allah SWT.
2)
Memiliki Prinsip Kepercayaan, yaitu
beriman kepada Malaikat.
3)
Memiliki Prinsip Kepemimpinan, yaitu
beriman kepada Nabi dan Rasulnya.
4)
Selalu memiliki Prinsip Pembelajaran,
yaitu berprinsip kepada Al-Qur’an Al Karim.
5)
Memiliki Prinsip Masa Depan, yaitu
beriman kepada “Hari Kemudian”
6)
Memiliki Prinsip Keteraturan, yaitu
beriman kepada “Ketentuan Allah”
Jika konselor memiliki prinsip tersebut (Rukun Iman) maka pelaksanaan
bimbingan dan konseling tentu akan mengarahkan counselee kearah kebenaran,
selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing dan konselor perlu memiliki tiga
langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan dan konseling. Pertama, memiliki
mission statement yang jelas yaitu “Dua Kalimat Syahadat”, kedua memiliki
sebuah metode pembangunan karakter sekaligus symbol kehidupan yaitu “Shalat
lima waktu”, dan ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan
disimbolkan dengan “puasa”. Prinsip dan langkah tersebut penting bagi
pembimbing dan konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan
spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Akhlakul Karimah). Dengan mengamalkan hal
tersebut akan memberi keyakinan dan kepercayaan bagi counselee yang melakukan
bimbingan dan konseling.
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôt n<Î) Îösø:$# tbrããBù'tur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztur Ç`tã Ìs3YßJø9$# 4
y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ
“Dan hendaklah ada diantara kamu suatu umat
yang menyeru berbuat kebaikan, dan menyuruh orang melakukan yang benar, serta
melarang yang mungkar. Merekalah orang yang mencapai kejayaan.” (Ali Imran
: 104)
Pada ayat
tersebut memberi kejelasan bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling akan
mengarahkan seseorang pada kesuksesan dan kebijakan, dan bagi konselor sendiri
akan mendapat nilai tersendiri dari Allah SWT. Para pembimbing dan konselor
perlu mengetahui pandangan filsafat Ketuhanan (Theologie), manusia disebut
“homo divians” yaitu mahluk yang berke-Tuhan-an, berarti manusia dalam
sepanjang sejarahnya senantiasa memiliki kepercayaan terhadap Tuhan atau
hal-hal gaib yang menggetarkan hatinya atau hal-hal gaib yang mempunyai daya
tarik kepadanya. Hal demikian oleh agama-agama besar di dunia dipertegas bahwa
manusia adalah mahluk yang disebut mahluk beragama (homo religious), oleh
karena itu memiliki naluri agama (instink religious).
Pada diri counselee juga ada benih-benih agama, sehingga untuk mengatasi
masalah dapat dikaitkan dengan agama, dengan demikian pembimbing dan konselor
dapat mengarahkan individu (counselee) kearah agamanya, dalam hal ini Agama
Islam. Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi), diketahui bahwa manusia
memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan muncullah
berbagai bentuk pelayanan kejiwaaan, dari yang paling ringan (bimbingan), yang
sedang (konseling) dan yang paling berat (terapi), sehingga berkembanglah
psikologi yang memiliki cabang-cabang terapan, diantaranya bimbingan, konseling
dan terapi.
Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam mempunyai
fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling dan terapi dimana filosopinya
didasarkan atas ayat-ayat Alquran dan Sunnah Rosul. Proses pelaksanaan bimbingan,
konseling dan psikoterapi dalam Islam, tentunya membawa kepada peningkatan
iman, ibadah dan jalan hidup yang di ridai Allah SWT.
C.
Tujuan bimbingan dan konseling
Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseli dapat: (1) merencanakan
kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa
yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang
dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan
pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi
hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan
pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan
kesempatan untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas
perkem-bangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di
lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta
rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi
kesulitan-kesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan
dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan
diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) mengembangkan
segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal. Secara khusus
bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat mencapai
tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar
(akademik), dan karir.
1)
Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah:
a)
Memiliki komitmen yang kuat dalam
mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik
dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya,
Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
b)
Memiliki sikap toleransi terhadap umat
beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya
masing-masing.
c)
Memiliki pemahaman tentang irama
kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang
tidak menyenangkan (musibah), serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai
dengan ajaran agama yang dianut.
d)
Memiliki pemahaman dan penerimaan diri
secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun
kelemahan; baik fisik maupun psikis.
e)
Memiliki sikap positif atau respek
terhadap diri sendiri dan orang lain.
f)
Memiliki kemampuan untuk melakukan
pilihan secara sehat
g)
Bersikap respek terhadap orang lain,
menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga
dirinya.
h)
Memiliki rasa tanggung jawab, yang
diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
i)
Memiliki kemampuan berinteraksi sosial
(human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan,
persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.
j)
Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan
konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan
orang lain.
k)
Memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan secara efektif.
2)
Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :
a.
Memiliki kesadaran tentang potensi diri
dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam
proses belajar yang dialaminya.
b.
Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang
positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai
perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar
yang diprogramkan.
c.
Memiliki motif yang tinggi untuk belajar
sepanjang hayat.
d.
Memiliki keterampilan atau teknik belajar
yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat
pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
e.
Memiliki keterampilan untuk menetapkan
tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan
tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha
memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan
yang lebih luas.
f.
Memiliki kesiapan mental dan kemampuan
untuk menghadapi ujian.
3)
Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek karir adalah :
- Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
- Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.
- Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
- Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
- Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
- Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
- Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
- Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.
- Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.
D.
Klien bimbingan dan konseling
Klien konseling adalah manusia itu sendiri, karena manusia pada dasarnya
tidak pernah luput dari masalah (problem). Di bawah ini adalah penjabaran dari
subyek Bimbingan Konseling Islam :
1)
Individu, baik dalam rangka preventif
maupun kuratif, berkaitan dengan,
a)
Kesulitan (kemungkinan menjumpai
kesulitan) dalam pergaulan dengan lawan jenis,
b)
Kesulitan (kemungkinan menjumpai
kesulitan) dalam pergaulan dengan anggota kelompoknya,
c)
Kesulitan (kemungkinan menjumpai
kesulitan) dalam pergaulan dengan masyarakat,
d)
Kesulitan (kemungkinan menjumpai
kesulitan) yang berkaitan dengan konflik nilai, baik dengan nilai kelompok
maupun dengan nilai masyarakat luas.
2)
Kelompok, baik dalam rangka preventif
maupun kuratif, yang mencakup :
a)
Kesulitan (kemungkinan menjumpai
kesulitan) dalam hubungan ketetanggaan (antar rumah tangga),
b)
Kesulitan (kemungkinan menjumpai
kesulitan) dalam hubungan antar kelompok.
E.
Konselor Islami
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan
dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa : seorang manusia diharapkan saling memberi bimbingan satu sama lain
sesuai dengan kemampuan dan keahlian manusia itu sendiri, sekaligus memberi
konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi masalah yang ada di
depan mata kita.
Agar manusia
selalu mendidik diri sendiri maupun orang lain, dan membimbing manusia kearah yang baik.
Menyuruh
manusia untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam sesuai dengan
apa yang diketahui, walaupun satu ayat
yang dipahaminya.
Sebagaimana
seperti ayat-ayat di bawah ini :
ô‰s)s9
$uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þ’Îû Ç`|¡ômr& 5OƒÈqø)s? ÇÍÈ ¢OèO çm»tR÷ŠyŠu‘
Ÿ@xÿó™r& tû,Î#Ïÿ»y™ ÇÎÈ
“Sesungguhnya kami telah menciptakan
manusia dalam keadaan sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ketempat
yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
soleh, maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya” (At-Tiin :4-5)
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããô‰tƒ
’n<Î) Îösƒø:$# tbrããBù‘tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã Ìs3YßJø9$#
4 y7Í´¯»s9‘ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran:104)
äí÷Š$#
4’n<Î) È@‹Î6y™ y7În/u‘ ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# (
Oßgø9ω»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }‘Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u‘ uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/
¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#‹Î6y™ ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïωtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”. (An Nahl:125)
$pkš‰r’¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè%
ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3‹Î=÷dr&ur #Y‘$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou‘$yfÏtø:$#ur
$pkön=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#y‰Ï© w tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr&
tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At Tahrim:6)
ö‘É‹Rr&ur
y7s?uϱtã šúüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ
“Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat” (As-Syu’ara:214)
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Rahman
Saleh dan Muhbib Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif
Islam, Jakarta : Kencana.
Andi
Mappiare AT. 2002. Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Ary Ginanjar
Agustian. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual–
ESQ.Jakarta : Penerbit Arga.
Sahilun A.
Nasir. 2002. Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja.
Jakarta :Kalam Mulia.
Zakiah
Daradjat. 2001. Kesehatan Mental. Jakarta : Toko Gunung Agung.
Zakiah
Daradjat. 2002. Psikoterapi Islami. Jakarta : Bulan Bintang
DAFTAR
RIWAYAT HIDUP
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !