BAB I
PEMBAHASAN
A. Ciri-Ciri Tes Hasil Belajar Yang Baik
Setidak-tidaknya ada empat ciri atau
karakteristik yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar, sehingga tes tersebut
dapat dinyatakan sebagai tes yang baik, yaitu: (1) valid (shahih = صØÙŠØ ); (2)
reliabel (tsabit = ثابت ); (3) obyektif (maudu'iy = موضوعى ) dan (4) praktis ('amaliy = عملى ).
Ciri pertama dari Tes Hasil Belajar
yang baik adalah bahwa tes hasil belajar tersebut bersifat valid atau memiliki
validitas.
Ciri kedua dari tes hasil belajar yang
baik adalah bahwa tes hasil belajar tersebut telah memiliki reliabilitas atau
bersifat reliabel.
Guna mengetahui, apakah sebuah tes
hasil belajar telah memiliki reliabilitas yang tinggi ataukah rendah, dapat
digunakan tiga jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan single test atau single
trial, (2) pendekatan test retest, dan (3) pendekatan alternate forms.
Ciri ketiga dari tes hasil belajar yang
baik adalah, bahwa tes hasil belajar tersebut bersifat obyektif.
Ciri keempat dari tes hasil belajar
yang baik ialah, bahwa tes hasil belajar tersebut bersifat praktis (practicability)
dan ekonomis.
B. Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Penyusunan Tes Hasil Belajar
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu
dicermati di dalam menyusun tes hasil belajar.
Pertama, tes hasil belajar harus dapat
mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan
sesuai dengan tujuan instruksional.
Kedua, butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap mewakili seluruh performance yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti suatu unit pengajaran.
Kedua, butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap mewakili seluruh performance yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti suatu unit pengajaran.
Ketiga, bentuk soal yang dikeluarkan
dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi, sehingga betul-betul cocok
untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu
sendiri.
Keempat, tes hasil belajar harus
didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
Kelima, tes hasil belajar harus
memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan.
Keenam, tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.
Keenam, tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.
C. Bentuk-Bentuk Tes Hasil Belajar Dan Teknik Penyusunannya
Sebagai alat pengukur perkembangan dan
kemajuan belajar peserta didik, apabila ditinjau dari segi bentuk soalnya,
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tes hasil belajar bentuk uraian
(selanjutnya disingkat dengan tes uraian), dan tes hasil belajar bentuk
obyektif (selanjutnya disingkat dengan tes obyektif).
1) Tes Hasil Belajar Bentuk Uraian
- Pengertian Tes Uraian
Tes uraian (essay test), yang juga
sering dikenal dengan istilah tes subyektif (subjective test), adalah salah
satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik sebagaimana
dikemukakan berikut ini.
Pertama, tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
Pertama, tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
Kedua, bentuk-bentuk pertanyaan atau
perintah itu menuntut kepada testee untuk memberikan penjelasan, komentar,
penafsiran, membandingkan, membedakan dan sebagainya.
Ketiga, jumlah butir soalnya umumnya
terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai dengan sepuluh butir.
Keempat, pada umumnya butir-butir
soal tes uraian itu diawali dengankata-kata: "Jelaskan......",
"Terangkan......", "Uraikan ......",
"Mengapa ......",
"Bagaimana ......" atau kata-kata lain yang serupa dengan itu.
- Penggolongan Tes Uraian
Sebagai salah satu jenis tes hasil
belajar, tes uraian dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: tes uraian
bentuk bebas atau terbuka dan tes uraian bentuk terbatas.
Pada tes uraian bentuk terbuka,
jawaban yang dikehendaki muncul dari testee sepenuhnya diserahkan kepada testee
itu sendiri. Artinya, testee mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya dalam
merumuskan, mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian.
Adapun pada tes uraian bentuk terbatas, jawaban yang dikehendaki muncul dari testee adalah jawaban yang sifatnya sudah lebih terarah (dibatasi).
Adapun pada tes uraian bentuk terbatas, jawaban yang dikehendaki muncul dari testee adalah jawaban yang sifatnya sudah lebih terarah (dibatasi).
- Ketepatan Penggunaan Tes Uraian
Tes hasil belajar bentuk uraian
sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, tepat dipergunakan apabila
pembuat soal (guru, dosen, panitia ujian dan lain-lain) disamping ingin
mengungkap daya ingat dan pemahaman testee terhadap materi pelajaran yang
ditanyakan dalam tes, juga dikehendaki untuk mengungkap kemampuan testee dalam
memahami berbagai macam konsep berikut aplikasinya. Kecuali itu, tes subyektif
ini lebih tepat dipergunakan apabila jumlah testee terbatas.
- Segi-segi Kebaikan dan Kelemahan Tes Uraian
Tes hasil belajar bentuk uraian,
disamping memiliki keunggulan-keunggulan juga tidak terlepas dari
kekurangan-kekurangan.
Di antara keunggulan yang dimiliki oleh tes uraian adalah, bahwa:
Di antara keunggulan yang dimiliki oleh tes uraian adalah, bahwa:
-
Tes uraian adalah merupakan jenis tes
hasil belajar yang pembuatannya dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
-
Dengan menggunakan tes uraian, dapat
dicegah kemungkinan timbulnya permainan spekulasi di kalangan testee.
-
Melalui butir-butir soal tes uraian,
penyusun soal akan dapat mengetahui seberapa jauh tingkat kedalaman dan tingkat
penguasaan testee dalam memahami materi yang ditanyakan dalam tes tersebut.
-
Dengan menggunakan tes uraian, testee
akan terdorong dan terbiasa untuk berani mengemukakan pendapat dengan
menggunakan susunan kalimat dan gaya bahasa yang merupakan hasil olahannya
sendiri.
Adapun kelemahan-kelemahan yang
disandang oleh tes subyektif antara lain adalah, bahwa:
-
Tes uraian pada umumnya kurang dapat
menampung atau mencakup dan mewakili isi dan luasnya materi atau bahan
pelajaran yang telah diberikan kepada tes¬tee, yang seharusnya diujikan dalam
tes hasil belajar.
-
Cara mengoreksi jawaban soal tes uraian
cukup sulit.
-
Dalam pemberian skor hasil tes uraian,
terdapat kecenderungan bahwa tester lebih banyak bersifat subyektif.
-
Pekerjaan koreksi terhadap lembar-lembar
jawaban hasil tes uraian sulit untuk diserahkan kepada orang lain.
-
Daya ketepatan mengukur (validitas) dan
daya keajegan mengukur (reliabilitas) yang dimiliki oleh tes uraian pada
umumnya rendah sehingga kurang dapat diandalkan sebagai alat pengukur hasil
belajar yang baik.
- Petunjuk Operasional dalam Penyusunan Tes Urai¬an
Bertitik tolak dari
keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh tes hasil
belajar bentuk uraian seperti telah dikemukakan di atas, maka beberapa petunjuk
operasional berikut ini akan dapat dijadikan pedoman dalam menyusun butir-butir
soal tes uraian.
Pertama, dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, sejauh mungkin harus dapat diusahakan agar butir-butir soal tersebut dapat mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan, atau telah diperintahkan kepada testee untuk mempelajarinya.
Pertama, dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, sejauh mungkin harus dapat diusahakan agar butir-butir soal tersebut dapat mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan, atau telah diperintahkan kepada testee untuk mempelajarinya.
Kedua, untuk menghindari timbulnya
perbuatan curang oleh testee (misalnya: menyontek atau bertanya kepa¬da testee
lainnya), hendaknya diusahakan agar susunan kalimat soal dibuat berlainan
dengan susunan kalimat yang terdapat dalam buku pelajaran atau bahan lain yang
diminta untuk mempelajarinya.
Ketiga, sesaat setelah butir-butir
soal tes uraian dibuat, hendaknya segera disusun dan dirumuskan secara tegas,
bagaimana atau seperti apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki oleh tester
sebagai jawaban yang betul.
Keempat, dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintahnya jangan dibuat seragam, melainkan dibuat secara bervariasi.
Keempat, dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintahnya jangan dibuat seragam, melainkan dibuat secara bervariasi.
Kelima, kalimat soal hendaknya
disusun secara ringkas, padat dan jelas.
Keenam, suatu hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh tester ialah, agar dalam menyusun butir-butir soal yang harus dijawab atau dikerjakan oleh testee, hendaknya dikemukakan pedoman tentang cara mengerjakan atau menjawab butir-butir soal tersebut.
Keenam, suatu hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh tester ialah, agar dalam menyusun butir-butir soal yang harus dijawab atau dikerjakan oleh testee, hendaknya dikemukakan pedoman tentang cara mengerjakan atau menjawab butir-butir soal tersebut.
2) Tes Hasil Belajar Bentuk Obyektif (Objective Test)
- Pengertian Tes Obyektif
Tes objektif adalah tes yang dalam
pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan
untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai (uraian)
- Kebaikan-kebaikannya
v
Mengandung lebih banyak segi-segi
yang positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih
objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi
siswa maupun segi guru yang memeriksa.
v
Lebih mudah dan cepat cara
memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan
teknologi.
v
Pemeriksaannya dapat diserahkan
orang lain.
v
Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur
subjektif yang mem-pengaruhi.
- Kelemahan-kelemahannya
v
Persiapan untuk menyununnyajauh
lebih sulit daripada tes esai karena soalnya banyak dan harus teliti untuk
menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.
v
Soal-soalnya cenderung untuk
mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur
proses mental yang tinggi.
v
Banyak kesempatan untuk main
untung-untungan.
v
"Kerja sama" antarsiswa
pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
- Macam-Macam Tes Objektif
1) Tes benar-salah (true-false)
Soal-soalnya berupa
pernyataan-pernyataan (statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada
yang salah.
a) Kebaikan tes benar-salah
-
Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak
banyak memakan tempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya singkat saja.
-
Mudah menyusunnya.
-
Dapat digunakan berkali-kali.
-
Dapat dilihat secara cepat dan objektif.
-
Petunjuk cara mengerjakannya mudah
dimengerti.
b) Keburukannya
-
Sering membingungkan.
-
Mudah ditebak/diduga.
-
Banyak masalah yang tidak dapat
dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan benar atau salah.
-
Hanya dapat mengungkap daya ingatan dan
pengenalan kembali.
c) Petunjuk penyusunan
-
Tulislah huruf B-S pada permulaan
masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah mengerjakan dan menilai
(scoring).
-
Usahakan agar jumlah butir soal yang
harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya
pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya: B-S-B. S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
-
Hindari item yang masih bisa
diperdebatkan:
Contoh: B-S. Kekayaan lebih penting daripada kepandaian.
Contoh: B-S. Kekayaan lebih penting daripada kepandaian.
-
Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang
persis dengan buku.
-
Hindarilah kata-kata yang menunjukkan
kecenderungan mem¬beri saran seperti yang dikehendaki oleh item yang
bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah, dan sebagainya.
2) Tes pilihan ganda (multiple choice test)
Multiple choice test terdiri atas
suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum
lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan
jawaban yang telah disediakan. Atau multiple choice test terdiri atas bagian
keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options).
Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci
jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).
a) Penggunaan tes pilihan ganda
Tes bentuk pilihan ganda (PG) ini
merupakan bentuk tes objektif yang paling banyak digunakan karena banyak sekali
materi yang dapat dicakup.
b) Petunjuk penyusunan
Pada dasarnya, soal bentuk pilihan
ganda ini adalah soal bentuk benar-salah juga, tetapi dalam bentuk jamak.
Tercoba (testee) diminta membenarkan atau menyalahkan setiap stem dengan tiap
pilihan jawaban. Kemungkinan jawaban itu biasanya sebanyak tiga atau empat
buah, tetapi adakalanya dapat juga lebih banyak
c) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes pilihan ganda
-
Instruksi pengerjaannya harus jelas, dan
bila dipandang perlu baik disertai contoh mengerjakannya.
-
Dalam multiple choice test hanya ada
"satu" jawaban yang benar. Kalimat pokoknya hendaknya mencakup dan
sesuai dengan rangkaian mana pun yang dapat dipilih.
-
Kalimat pada tiap butir soal hendaknya
sesingkat mungkin.
-
Usahakan menghindarkan penggunaan bentuk
negatif dalam kalimat pokoknya.
-
Kalimat pokok dalam setiap butir soal,
hendaknya tidak tergantung pada butir-butir soal lain.
-
Gunakan kata-kata: "manakah jawaban
paling baik", "pilihlah satu yang pasti lebih baik dari yang
lain", bilamana terdapat lebih dari satu jawaban yang benar.
-
Jangan membuang bagian pertama dari suatu
kalimat.
-
Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir
soal jangan terlalu sukar.
-
Tiap butir soal hendaknya hanya
mengandung satu ide. Meskipun ide tersebut dapat kompleks.
-
Bila dapat disusun urutan logis antar
pilihan-pilihan, urutkanlah (misalnya: urutan tahun, urutan alfabet, dan
sebagainya).
-
Susunlah agar jawaban mana pun mempunyai
kesesuaian tata bahasa dengan kalimat pokoknya.
-
Alternatif yang disajikan hendaknya agak
seragam dalam panjangnya, sifat uraiannya maupun taraf teknis.
-
Alternatif-alternatif yang disajikan
hendaknya agak bersifat homogen mengenai isinya dan bentuknya.
-
Buatlah jumlah alternatif pilihan ganda
sebanyak empat. Bilamana terdapat kesukaran, buatlah pilihan-pilihan tambahan
untuk mencapai jumlah empat tersebut. Pilihan-pilihan tam¬bahan hendaknya
jangan terlalu gampang diterka karena bentuknya atau isi.
-
Hindarkan pengulangan suara atau
pengulangan kata pada kalimat pokok di alternatif-alternatifnya.
-
Hindarkan menggunakan susunan kalimat
dalam buku pelajaran.
-
Alternatif-alternatif hendaknya jangan
tumpang-suh, jangan inklusif, dan jangan sinonim.
-
Jangan gunakan kata-kata indikator
seperti selalu, kadang-kadang, pada umumnya.
3) Menjodohkan (matching test)
a) Pengertian
Matching test dapat kita ganti dengan
istilah mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching
test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
b) Petunjuk penyusunan
Petunjuk-petunjuk yang perlu
diperhatikan dalam menyusun tes bentuk matching ialah:
-
Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching
test hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal (item).
-
Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus
lebih banyak daripada jumlah soalnya (lebih kurang 1 1/2 kali).
-
Antara item-item yang tergabung dalam
satu seri matching test harus merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar
homogen.
4) Tes isian (completion test)
a) Pengertian
Completion test biasa kita sebut
dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion
test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan.
Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan
pengertian yang kita minta dari murid.
b) Petunjuk penyusunan
Saran-saran dalam menyusun tes bentuk
isian ini adalah sebagai berikut:
-
Perlu selalu diingat bahwa kita tidak
dapat merencanakan lebih dari satu jawaban yang kelihatan logis.
-
Jangan mengutip kalimat/pernyataan yang
tertera pada buku/ catatan.
-
Diusahakan semua tempat kosong hendaknya
sama panjang.
-
Diusahakan hendaknya setiap pernyataan
jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong.
-
Jangan mulai dengan tempat kosong.
D. Teknik Pelaksanaan Tes Hasil Belajar
Dalam praktek, pelaksanaan tes hasil
belajar dapat diselenggarakan secara tertulis (tes tertulis), dengan secara
lisan (tes lisan) dan dengan tes perbuatan.
1. Teknik Pelaksanaan Tes Tertulis
Dalam melaksanakan tes tertulis ada
beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu sebagaimana dikemuka¬kan
berikut ini.
Pertama, agar dalam mengerjakan soal
tes para peserta tes mendapat ketenangan, seyogyanya ruang tempat
berlangsungnya tes dipilihkan yang jauh dari keramaian, kebisingan, suara hiruk
pikuk dan lalu lalangnya orang.
Kedua, ruangan tes harus cukup longgar,
tidak berdesak-desakan, tempat duduk diatur dengan jarak tertentu yang
memungkinkan tercegahnya kerja sama yang tidak sehat di antara testee.
Ketiga, ruangan tes sebaiknya memiliki
system pencahayaan dan pertukaran udara yang baik.
Keempat, jika dalam ruangan tes tidak
tersedia meja tulis atau kursi yang memiliki alas tempat penulis, maka sebelum
tes dilaksanakan hendaknya sudah disiapkan alat berupa alat tulis yang terbuat
dari triplex, hardboard atau bahan lainnya.
Kelima, agar testee dapat memulai
mengerjakan soal tes secara bersamaan, hendaknya lembar soal-soal tes
diletak¬kan secara terbalik.
Keenam, dalam mengawasi jalannya tes,
pengawas hendaknya berlaku wajar.
Ketujuh, sebelum berlangsungnya tes,
hendaknya su¬dah ditentukan lebih dahulu sanksi yang dapat dikenakan kepada
testee yang berbuat curang.
Kedelapan, sebagai bukti mengikuti tes,
harus disiapkan daftar hadir yang harus ditandatangani oleh seluruh peserta
tes.
Kesembilan, jika waktu yang ditentukan
telah habis, hendaknya testee diminta untuk menghentikan pekerjaannya dan
secepatnya meninggalkan ruangan tes.
Kesepuluh, untuk mencegah timbulnya
berbagai kesulitan di kemudian hari, pada Berita Acara Pelaksanaan Tes harus dituliskan
secara lengkap, berapa orang testee yang hadir dan siapa yang tidak hadir,
dengan menuliskan identitasnya (nomor urut, nomor induk, nomor ujian, nama dan
sebagainya), dan apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan atau
kelainan-kelainan harus dicatat dalam berita acara pelaksanaan tes tersebut.
2. Teknik Pelaksanaan Tes Lisan
Beberapa petunjuk praktis berikut ini
kiranya akan dapat dipergunakan sebagai pegangan dalam pelaksanaan tes lisan.
Pertama, sebelum tes lisan
dilaksanakan, seyogyanya tester sudah melakukan inventarisasi berbagai jenis
soal yang akan diajukan kepada testee dalam tes lisan tersebut.
Kedua, setiap butir soal yang telah
ditetapkan untuk diajukan dalam tes lisan itu, juga harus disiapkan sekaligus
pedoman atau ancar-ancar jawaban betulnya.
Ketiga, jangan sekali-kali menentukan
skor atau nilai hasil tes lisan setelah seluruh testee menjalani tes lisan.
Skor atau nilai hasil tes lisan harus sudah dapat ditentukan di saat masing-masing
testee selesai dites.
Keempat, tes hasil belajar yang
dilaksanakan secara lisan hendaknya jangan sampai menyimpang atau berubah arah dari
evaluasi menjadi diskusi.
Kelima, dalam rangka menegakkan prinsip
obyektivitas dan prinsip keadilan, dalam tes yang dilaksanakan secara lisan itu,
tester hendaknya jangan sekali-kali "memberikan angin segar" atau
"memancing-mancing" dengan kata-kata, kalimat-kalimat atau kode-kode
tertentu yang sifatnya menolong testee tertentu alasan "kasihan" atau
karena tester menaruh "rasa simpati" kepada testee yang ada
dihadapinya itu.
Keenam, tes lisan harus berlangsung
secara wajar.
Ketujuh, sekalipun acapkali sulit untuk
dapat diwujudkan, namun sebaiknya tester mempunyai pedoman atau ancar-ancar
yang pasti.
Kedelapan, pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam tes lisan hendaknya dibuat bervariasi.
Kesembilan, sejauh mungkin dapat
diusahakan agar tes lisan itu berlangsung secara individual (satu demi satu).
3. Teknik Pelaksanaan Tes Perbuatan
Tes perbuatan pada umumnya digunakan
untuk mengukur taraf kompetensi yang bersifat keterampilan (psiko-motorik), di
mana penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil akhir
yang dicapai oleh testee setelah melaksanakan tugas tersebut.
Dalam melaksanakan tes perbuatan itu,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh tester.
Pertama, tester harus mengamati dengan
secara teliti, cara yang ditempuh oleh testee dalam menyelesaikan tugas yang
telah ditentukan.
Kedua, agar dapat dicapai kadar
obyektivitas setinggi mungkin, hendaknya tester jangan berbicara atau berbuat
sesuatu yang dapat mempengaruhi testee yang sedang mengerjakan tugas tersebut.
Ketiga, dalam mengamati testee yang
sedang melaksa¬nakan tugas itu, hendaknya tester telah menyiapkan instrumen
berupa lembar penilaian yang di dalamnya telah diten¬tukan hal-hal apa sajakah
yang harus diamati dan diberikan penilaian.
BAB
II
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah tersebut diatas
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, Ada beberapa prinsip dasar yang perlu
dicermati di dalam menyusun tes hasil belajar.
Pertama, tes hasil belajar harus dapat
mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan
sesuai dengan tujuan instruksional.
Kedua, butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap mewakili seluruh performance yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti suatu unit pengajaran.
Kedua, butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap mewakili seluruh performance yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti suatu unit pengajaran.
Ketiga, bentuk soal yang dikeluarkan
dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi, sehingga betul-betul cocok
untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu
sendiri.
Keempat, tes hasil belajar harus
didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
Kelima, tes hasil belajar harus
memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan.
Keenam, tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.
Keenam, tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.
Dalam praktek, pelaksanaan tes hasil
belajar dapat diselenggarakan secara tertulis (tes tertulis), dengan secara
lisan (tes lisan) dan dengan tes perbuatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005
Sudjiono, Anas,
Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !