BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Mujiono
(1994:31) dalam proses belajar mengajar ada empat komponen penting yang
berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa, yaitu bahan belajar, suasana
belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subyek pembelajaran.
Komponen-komponen tersebut sangat penting dalam proses belajar, sehingga
melemahnya satu atau lebih komponen dapat menghambat tercapainya tujuan belajar
yang optimal.
Media sebagai
salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar dan sumber belajar yang
digunakan dalam pembelajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan pelajaran yang
telah ditetapkan, oleh karena itu guru sebagai subyek pembelajaran harus dapat
memilih media dan sumber belajar yang tepat, sehingga bahan pelajaran yang
disampaikan dapat diterima siswa dengan baik.
Konsep-konsep
dalam matematika itu abstrak, sedangkan umumnya siswa berpikir dari hal-hal
yang konkret menuju hal-hal yang abstrak, maka salah satu jembatannya agar
siswa mampu berpikir abstrak tentang matematika, adalah dengan menggunakan media
pendidikan dan alat peraga. Sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual anak
SD yang masih dalam tahap operasi konkret, maka siswa SD dapat menerima
konsep-konsep matematika yang abstrak melalui benda benda konkret.
Untuk membantu hal
tersebut dilakukan manipulasi-manipulasi obyek yang digunakan untuk belajar
matematika yang lazim disebut alat peraga. Ketrampilan berhitung merupakan
salah satu tujuan pembelajaran matematika. Dengan adanya media pendidikan atau
alat peraga siswa akan lebih banyak mengikuti pelajaran matematika dengan
senang dan gembira sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin
besar. Siswa akan senang tertarik, terangsang dan bersikap positif terhadap
pembelajaran matematika.
B.
Rumusan masalah
Dari latar
belakang di atas dapat diambil suatu permasalahan yang dihadapi yakni seberapa
pentingkah penggunaan alat peraga dalam meningkatan hasil belajar matematika
melalui proses belajar mengajar.
C.
Tujuan Penulisan
Karena begitu
pentingnya peninjauan terhadap peningkatan kualitas pendidikan sebagai aset di
masa depan. Pendidikan memiliki peran penting yang menjadi tonggak dasar
kemajuan suatu bangsa. Karena begitu pentingnya pendidikan maka perlu suatu
terobosan dalam melakukan pembelajaran. Salah satunya adalah dengan menggunakan
alat peraga dalam membelajarkan materi matematikan.
Melihat begitu
urgennya dan dalam memenuhi tugas mata kuliah Seminar Pendidikan
Matematika maka tulisan ini dibuat. Tujuan utamanya adalah agar penulis secara
pribadi dan calon guru pada umumnya mampu memahami pentingnya alat peraga dalam
menanamkan konsep matematika. Tentu harapannya adalah implementasi dari
suatu ilmu yang akan sangat bermanfaat dalam melaksanakan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Belajar menurut
Sudjana (1989:28) adalah proses ditandai dengan adanya perbuahan-perubahan pada
diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahamannya, daya reaksinya,
daya penerimaannya dan lain-lain aspek individu.
Belajar adalah
suatu proses aktif, dimana terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis
antara siswa dengan lingkungan. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah,
dan jelas bagi siswa, karena tujuan akan menuntut dalam belajar. Belajar
memerlukan bimbingan, baik dari guru atau tuntunan dari buku pelajaran. Jenis
belajar yang paling utama adalah untuk berpikir kritis, lebih baik dari pada
pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis. Belajar berhasil apabila pelajar telah
sanggup mentrasferkan atau menerapkan ke dalam bidang praktek sehari-hari.
Faktor-faktor
dalam pembelajaran antara lain udara, cuaca, waktu, tempat dan gedung,
alat-alat, buku dan sebagainya. Semua faktor yang termasuk golongan ini perlu
dilengkapi dan diatur mengingat situasi dan kondisi tempat.
Motivasi adalah
suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri baik dalam
aspek kognitif, psikomotor, maupun sikap. Motivasi berfungsi sebagai motor
penggerak aktivitas bila motornya tidak ada maka aktivitastidak akan terjadi.
Motivasi belajar berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu
yang sedang belajar itu sendiri.
Belajar matematika
adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur struktur matematika yang terdapat
dalam materi-materi yang dipelajari serta menjalankan hubungan antara
konsep-konsep dan struktur-struktur itu. Lain dari itu peserta didik lebih
mudah mengingat matematika itu, bila yang dipelajari merupakan pola yang
terstruktur. ”Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar matematika mempunyai
empat aspek yaitu fakta, konsep, prinsip dan skill.
Fakta adalah
sesuatu yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Contoh : simbol, angka,
notasi. Konsep adalah ide abstrak yang dimungkinkan untuk mengelompokkan
benda-benda (obyek) ke dalam contoh atau bukan contoh.
Konsep memiliki
tiga dimensi yaitu :
1)
Internalisasi pengembangan pola mental yang memberikan
pada kita
untuk merasakan dan menggunakan konsep tersebut.
untuk merasakan dan menggunakan konsep tersebut.
2)
Verbalisasi atau kemampuan mendefinisikan konsep
tersebut.
3)
Nama. artinya mengetahui nama yang memberikan pada
konsep-konsep
tersebut. Contoh konsep adalah persegi, persegi panjang, lingkaran.
tersebut. Contoh konsep adalah persegi, persegi panjang, lingkaran.
Prinsip sebagai
pola hubungan fungsional antara konsep-konsep, prinsip-prinsip
pokok disebut teorema yang disajikan dalam bentuk rumus. Contoh prinsip adalah penjumlahan dua bilangan real adalah komutatif, dua garis lurus yang tidak sejajar dan terletak dalam suatu bidang datar akan berpotongan di satu titik. Skill (keterampilan) adalah keterampilan mental untuk menjalankan prosedur dalam menyelesaikan masalah atau suatu kemampuan memberikan jawaban yang benar dan cepat. Contoh dari skill adalah kemampuan dapat menyelesaikan materi pengukuran luas daerah persegi dan persegi panjang.
pokok disebut teorema yang disajikan dalam bentuk rumus. Contoh prinsip adalah penjumlahan dua bilangan real adalah komutatif, dua garis lurus yang tidak sejajar dan terletak dalam suatu bidang datar akan berpotongan di satu titik. Skill (keterampilan) adalah keterampilan mental untuk menjalankan prosedur dalam menyelesaikan masalah atau suatu kemampuan memberikan jawaban yang benar dan cepat. Contoh dari skill adalah kemampuan dapat menyelesaikan materi pengukuran luas daerah persegi dan persegi panjang.
Depdiknas (2004)
memaparkan fungsi matematika sekolah adalah sebagai salah satu unsur masukan
instrumental, yang memiliki obyek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran
konsistensi, dalam sistem proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan
sekolah.
Menurut Depdiknas
(2004) tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan
menengah adalah sebagai berikut.
1)
Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkambang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif
dan efisien.
2)
Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematila
dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari., dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan. Dengan demikian tujuan umum pendidikan matematika
pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah memberi tekanan pada
penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta juga memberi tekanan pada
keterampilan dan penerepan matematika.
Menurut Depdiknas
(2004) tujuan pengajaran matematika di SD sebagai berikut.
1)
Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung
(menggunakan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari).
2)
Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan,
melalui kegiatan matematika.
3)
Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal
belajar lebih lanjut di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
4)
Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan
disiplin. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa SD setelah selesai
mempelajari matematika bukan saja diharapkan memiliki sikap kritis, jujur,
cermat, dan cara berpikir logis dan rasional dalam menyelesaikan suatu masalah,
melainkan juga harus mampu menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari,
serta memiliki pengetahuan matematika yang cukup kuat sebagai bekal untuk
mempelajari matematika lebih lanjut dan dalam mempelajari ilmu-ilmu lain.
Pada dasarnya
secara individual manusia itu berbeda-beda. Demikian pula dalam memahami
konsep-konsep abstrak akan dicapai melalui tingkat-tingkat belajar yang
berbeda. Suatu keyakinan bahwa anak belajar melalui dunia nyata menuju ke dunia
abstrak dengan memanipulasi benda-benda nyata dapat digunakan sebagai
perantaranya. Setiap konsep abstrak dalam matematika yang baru dipahami anak
perlu segera diberikan penguatan supaya mengendap, melekat dan tahan lama
tertanam, sehingga menjadi miliknya dalam pola pikir maupun pola tindakan. Alat
peraga merupakan bagian dari media pendidikan penggunaannya diintegrasikan
dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah dituangkan dalam Garis Besar
Program Pengajaran (GBPP) mata pelajaran matematika dan bertujuan untuk
mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar.
Ada beberapa
fungsi penggunaan alat peraga dalam pengajaran matematika, diantaranya sebagai
berikut.
a.
Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak
mengikuti pelajaran matematika dengan gembira, sehingga minatnya dalam
mempelajari matematika semakin besar. Anak senang, terangsang, kemudian
tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran matematika.
b.
Dengan disajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk
konkret, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah
memahami dan mengerti.
c.
Anak akan menyadari adanya hubungan antara pembelajaran
dengan benda-benda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu dengan alam sekitar
dan masyarakat.
d. Konsep-konsep
abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret, yaitu dalam bentuk model
matematika dapat dijadikan obyek penelitian dan dapat pula dijadikan alat untuk
penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi baru.
Dari uraian di
atas dijelaskan bahwa penggunaan alat peraga dapat membantu kelancaran proses
belajar mengajar. Alat peraga dapat mengatasi beberapa masalah pengajaran dan
dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Akan tetapi ini sama dengan
syarat kita untuk dapat memilih dan menggunakannya.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran berupa alat peraga
pada proses pembelajaran Matematika sangat berpengaruh terhadap capaian hasil
belajar siswa SD. Alat peraga tersebut akan mempermudah siswa dalam
mengkonversi dari memahami matematika secara konkret menuju pemahaman yang
abstrak
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2004. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta :
Depdiknas
Depdiknas. 2004. Garis-Garis Besar Program Pengajaran dan
Penilaian Pada Sistem Semester tentang Satuan Pendidikan SD. Jakarta: Depdiknas
Dirjen.
Hamalik, O. 1993. Metode dan Kesulitan Belajar. Bandung:
Tarsito.
Hudojo. 1988. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Mujiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Dirjen
Dikti Depdikbud.
Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Ruseffendi. 1997. Pendidikan Matematika 3. Jakarta :
Uniersitas Terbuka.
Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rajawali
Press.
Press.
Sudjana, N. 1989. Cara Siswa Aktif dalam Proses Belajar
Mengajar, Bandung:
Lembaga Penelitian IKIP Band
Lembaga Penelitian IKIP Band
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !