BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar.
Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar
yang telah dicapai.
Jika ada guru yang mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam
mengajar, adalah ungkapan seorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari
kepribadian seorang guru
Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai seorang guru
berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program pengajarnya dengan
baik dan sistematik.
B.
Rumusan Masalah
- Apakah Pengertian Keberhasilan?
- Apa Sajakah Indikator Keberhasilan?
- Dengan Apa Penilaian Keberhasilan itu?
- Apa Sajakah Tingkat Keberhasilan itu?
- Apakah Program Perbaikan itu?
- Apa Sajakah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan itu?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Keberhasilan
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil,
setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan tes
formatif setiap selesai menyajikan satu bahasa kepada siswa. Penilaian formatif
ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai Tujuan Instruksional
Khusus (TIK) yang ingin dicapai. Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan
umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan
melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil.
B.
Indikator Keberhasilan
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap
berhasil adalah hal-hal sebagai berikut:
- Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik sebacara individual maupun kelompok.
- Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
Namun demikian, indicator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur
keberhasilan adalah daya serap.
C.
Penilaian Keberhasilan
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut
dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang
lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian
sebagai berikut:
1.
Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu
atau beberapa pokok bahasan tertentu dan
bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok
bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2.
Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran
tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk
memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi
belajar siswa. Hasil tes subsumatiif ini diimanfaatkan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3.
Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap
siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu
semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan
tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa
dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini
dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau
sebagai ukuran mutu sekolah.
D.
Tingkat Keberhasilan
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah
yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah
dicapai. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
Istimewa/maksimal : Apabila
seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa
Baik sekali/optimal : Apabila
sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat
dikuasai oleh siswa
Baik/minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75% saja
dikuasai oleh siswa
Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang
dari 60% dikuasai oleh siswa
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam
pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK tersebut,
dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan siswa
dan guru.
E.
Program Perbaikan
Taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar dapat
dimanfaatkan untuk berbagai upaya.
Pengukuran tentang taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar
mengajar ini ternyata berperan penting. Karena itu, pengukurannya harus
betul-betul syahih (valid), andal (reliable), dan lugas (objective).
Hal ini mungkin tercapai bila alat ukurannya berdasarkan kaidah, aturan, hokum
atau ketentuan penyusunan butir tes.
Pengajaran perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
a.
Mengulang pokok bahasan seluruhnya
b.
Mengulang bagian dari pokok bahasan yang
hendak dikuasai
c.
Memecahkan masalah atau menyelesaikan
soal-soal bersama-sama
d.
Memberikan tugas-tugas khusus
F.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keberhasilan
Jika ada guru yang mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam
mengajar, adalah ungkapan seorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari
kepribadian seorang guru. Mustahil setiiap guru tidak ingin berhasil dalam
mengajar. Apalagi jika guru itu hadir ke dalam dunia pendidikan berdasarkan
tuntutan hati nurani. Panggilan jiwanya pasti merintih atas kegagalan mendidik
dan membina anak didiknya.
Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai seorang guru
berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program pengajarnya dengan
baik dan sistematik. Berbagai factor tersebut akan dijelaskan satu per satu
sebagai berikut:
1.
Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai
sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tercapainya tujuan
sama halnya keberhasilan pengajaran.
Sedikit banyaknya perumusan tujuan akan
mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru, dan secara langsung guru mempengaruhi
kegiatan belajar anak didik. Guru dengan sengaja menciptakan lingkungan belajar
guna mencapai tujuan. Jika kegiatan belajar anak didik dan kegiatan mengajar
guru bertentangan, dengan sendirinya tujuan pengajaran pun gagal untuk dicapai.
Karena
sebagai pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam setiap kali
kegiatan belajar mengajar, maka guru selalu diwajibkan merumuskan tujuan
pembelajarannya.
2.
Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan
sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak anak didik di sekolah. Guru adalah orang
yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya,
dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas.
Setiap guru mempunyai kepribadian
masing-masing sesuai dengan latar belakang kehidupan sebelum mereka menjadi
guru. Kepribadian guru diakui sebagai aspek yang tidak bias dikesampingkan dari
kerangka keberhasilan belajar mengajar untuk mengantarkan anak didik menjadi
orang yang berilmu pengetahuan dan berkepribadian.
Guru yang bukan berlatar belakang pendidikan
keguruan dan ditambah tidak berpengalaman mengajar, akan banyak menemukan
masalah di kelas.
3.
Anak Didik
Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang
ke sekolah. Orang tuanyalah yang memasukkannya untuk dididik agar menjadi orang
yang berilmu pengetahuan di kemudian hari.
Tanggung jawab guru tidak hanya terdapat
seorang anak, tetapi dalam jumlah yang cukup banyak. Kepribadian mereka ada
yang pendiam, ada yang periang, ada yang suka bicara, ada yang kreatif, ada
yang keras kepala, ada yang manja, dan sebagainya.
Dengan demikian, dapat diyakini bahwa anak
didik adalah unsure menusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar
berikut hasil dari kegiatan itu, yaitu keberhasilan belajar mengajar.
4.
Kegiatan Pengajaran
Pola umum kegiatan pengajaran adalah
terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai
perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar. Maka guru adalah
orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik.
Anak didik adalah orang yang digiring ke dalam lingkungan belajar yang telah
diciptakan oleh guru.
Strategi penggunaan metode mengajar amat
menentukan kualitas hasil belajar mengajar. Hasil pengajaran yang dihasilakan
dari penggunaan metode ceramah tidak sama dengan hasil pengajaran yang
dihasilkan dari penggunaan metode Tanya jawab atau metode diskusi.
Jarang ditemukan guru hanya menggunakan satu
metode dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan rumusan
tujuan yang guru buat tidak hanya satu, tetapi bias lebih dari dua rumusan
tujuan.
5.
Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang
terdapat didalam kurikulum yang sudah dipelajar oleh anak didik guna
kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran
itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak
didik. Setiap anak didik dan guru wajib mempunyai buku paket tersebut guna kepentingan kegiatan belajar
mengajar di kelas.
Alat-alat evaluasi yang umumnya digunakan
tidak hanya benar-salah (true-false) dan pilihan ganda (multiple-choice),
tapi juga menjodohkan (matching), melengkapi (completion), dan essay.
6.
Suasana Evaluasi
Selain factor tujuan, guru, anak didik,
kegiatan pengajaran, serta bahan dan alat evaluasi, factor suasana evaluasi
juga merupakan factor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar.
Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Semua anak didik
dibagi menurut kelas masing-masing. Kelas I, kelas II dan kelas III dikumpulkan
menurut tingkatan masing-masing. Besar kecilnya jumlah anak didik yang
dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi suasana kelas. Sekaligus
mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan.
Sikap yang merugikan pelaksanaan evaluasi
dari seorang pengawas adalah membiarkan anak didik melakukan hubungan kerja
sama di antara anak didik. Pengawas seolah-olah tidak mau tau apa yang
dilakukan oleh anak didik selama ulangan. Tidak peduli apakah anak didik
nyontek, membuka kertas kecil yang berisi catatan yang baru diambil dari balik
pakaian, atau membiarkan anak didik bertanya jawab dalam upaya mendapatkan
jawaban yang benar. Lebih merugikan lagi
adalah sikap pengawas yang dengan sengaja menyuruh anak didik membuka
buku atau catatan untuk mengatasi ketidakberdayaan anak didik dalam menjawab
item-item soal.
Suasana evaluasi yang demikian tentu saja, disadari atau tidak,
merugikan anak didik untuk bersikap jujur dengan sungguh-sungguh belajar dirumah
dalam mempersiapkan diri menghadapi ulangan.
Dapak di kemudian hari dari sikap pengawas
yang demikian itu adalah mengakibatkan anak didik kemungkinak besar malas
belajar dan kurang memperhatikan penjelasan guru ketika belajar mengajar
berlangsung. Hal inilah yang seharusnya tidak boleh terjadi pada diri anak
didik. Inilah dampak yang merugikan terhadap keberhasilan belajar mengajar.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka kami dapat menyimpulkan
bahwa, Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil,
setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya.
Indicator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya
serap. Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut
dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar.
Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat
digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut:
1.
Tes Formatif
2.
Tes Subsumatif
3.
Tes Sumatif
Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Istimewa/maksimal c. Kurang
b. Baik sekali/optimal d. Baik/minimal
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan
1.
Tujuan 4.
Guru
2.
Anak Didik 5. Kegiatan Pengajaran
3.
Suasana Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Syaiful
Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. Rineka
Cipta, Jakarta. 2001
Tom
Hutchinson and Alan Waters, English for Specific Purpose. A
Learning-Centered Approach, Cambridge University Press, Cambridge, 1987
Makalahnya, bagus dan teruslah untuk menulis
ReplyDeletemakasih makalahnya mudah difahami... :)
ReplyDelete