Headlines News :

Lomba Blog BPJS Ketenagakerjaan

Home » » Pendidikan Agama, Sarana, Fasilitas dan Lingkungan

Pendidikan Agama, Sarana, Fasilitas dan Lingkungan

A.    Pendidikan Agama, Sarana, Fasilitas dan Lingkungan
Modal rohaniah dan mental, yaitu kepercayaan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan tenaga penggerak yang tak ternilai harganya bagi pengisian aspirasi-aspirasi bangsa. Pendidikan agama sebagai salah satu aspek dasar daripada pendidikan nasional Indonesia harus mampu memberikan makna dari hakikat pembangunan nasional. Meskipun pendidikan agama tidak termasuk dalam pola dasar pembangunan nasional melainkan sebagai salah satu komponen strategis dalam pembinaan watak bangsa Indonesia karena tergolong ke dalam kelompok dasar dari kurikulum pendidikan nasional. Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, maka tugas dan fungsi pendidikan agama adalah membangun fondasi kehidupan pribadi bangsa Indonesia.
1.      Pelaksanaan Pendidikan Agama di Sekolah dan Lingkungan Kependidikan Lainnya
  1. Program-program pendidikan agama harus ditata kembali sehingga mampu mengantisipasi kebutuhan hidup bangsa yang lebih bermoral dalam modernisme.
  2. Pelaksanaan program pendidikan agama perlu diubah dari pendekatan PPSI menjadi pendekatan edukatif yang berdimensi transcendental sampai mengait dengan permasalahan kehidupan masyarakat yang cenderung mengalami perubahan nilai.
  3. Metode sebagai salah satu sarana penting dalam proses pendidikan agama juga harus dikaji dan dikembangkan.
  4. Sarana-sarana lainnya yang bersifat fisik yang mendorong terciptanya kemampuan kreatif dalam berilmu pengetahuan.
  5. Sarana lain yang tidak kalah pentingnya adalah organisasi POMG yang telah terbentuk di banyak sekolah kita adalah amat penting untuk didayagunakan bagi efektivitas pendidikan agama di sekolah dan rumah. Bagi masyarakat luas perlu dikembangkan lembaga penasihat agama baik dari ormas-ormas keagamaan maupun yayasan-yayasan ataupun lembaga pendidikan tinggi agama dan sebagainya.

2.      Orientasi Pelaksanaan Pendidikan Agama
Tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Memperdalam rasa cinta tanah air, memprtebal semangat kebangsaan, dan rasa kesetiakawanan sosial.
Orientasinya ialah diarahkan kepada kebutuhan pendidikan anak didik bagi kehidupannya di masa depan. Masa depan kehidupan kita adalah masa depan teknologi-industri yang memerlukan ketangguhan sikap mental-spiritual yang mapan dan fleksibel tanpa merusak konfigurasi norma dan nilai agama.
Untuk lebih memantapkan pelaksanaan pendidikan agama diperlukan adanya penilaian secara nasional. Mengenai pengaruh pendidikan agama di sekolah terhadap perubahan sikap  mental dan perilaku anak didik dalam keluarga masyarakat. Penilaian ini dapat dilakukan melalui jalur pemerintah dan organisasi sosial keagamaan atau lainnya yang cemas terhadap pendidikan agama pada khususnya.

3.      Program Prioritas Pendidikan Agama
Prioritas program pendidikan agama adalah meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah, mental-spiritual, sehingga mampu mendorong pengembangan kepribadian yana utuh, dinamis, dan moralis, di mana keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menjadi sumber rujukan kehidupannya. Untuk merealisasikan tujuan tersebut maka program prioritas pendidikan agama di sekolah umum secara hierarkis diarahkan kepada:
a.       Peningkatan kualitas dan kompetensi guru agama dengan kemampuan professional keguruan dengan mempergunakan metode serta kemampuan memilih substansi pendidikan agama
b.      Peningkatan mutu lembaga-lembaga pendidikan formal yang mendidik calon guru.
c.       Substansi pendidikan agama perlu direformasikan dan direformulasikan sesuai dengan program umum pembangunan nasional sektor pendidikan.
d.      Metode pendidikan sebagai sarana nonfisik yang harus dikuasai dan diterapkan guru terhadap anak didik perlu dilakukan renovasi.
e.       Reformulasi tujuan pendidikan nasional di atas secara jelas dan mudah dipahami dan dicapai oleh guru agama.
f.       Meningkatkan manajemen pendidikan agama yang menyangkut pendayagunaan sistem kerja sama antara orang tua murid dan guru di tiap sekolah.
g.      Penyediaan sarana pendidikan di sekolah antara lain berupa kemudahan menjalankan ibadah yang diberikan oleh kepala sekolah dan disediakan tempat-tempat ibadah (mushollah).

4.      Problematika Umum Pendidikan Agama di Sekolah
Pelaksanaan program pendidikan agama di banyak sekolah kita belum berjalan seperti diharapkan masyarakat. Karena berbagai kendala dalam bidang kemampuan pelaksanaannya, metodenya, sarana fisik, dan nonfisiknya. Suasana lingkungan pendidikan pun terkadang kurang menunjang suksesnya pendidikan mental spiritual moral ini.
Berbagai faktor yang diidentifikasikan sebagai penghambat dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.      Faktor-faktor Eksternal
1)    Timbulnya sikap masyarakat atau orang tua di beberapa lingkungan sekitar sekolah yang kurang concerned kepada pentingnya pendidikan agama, tidak mengacuhkan akan pentingnya pemantapan pendidikan agama di sekolah yang berlanjut di rumah.
2)    Situasi lingkungan sekitar sekolah disubversi oleh godaan-godaan setan yang beragam bentuknya.
3)    Timbulnya sikap frustrasi di kalangan orang tua atau masyarakat bahwa tingkat pendidikan yang dengan susah payah diraih, akan menjamin anaknya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
4)    Produksi pendidikan sekolah yang dicapai dalam waktu yang relative singkat dengan dana yang seminimal mungkin, namun berhasil meluluskan sejumlah murid yang lebih besar.
b.      Faktor-faktor Internal Sekolah
1)      Guru kurang kompeten untuk menjadi tenaga professional pendidikan atau jabatan guru yang disandangnya hanya merupakan pekerjaan alternative terakhir, tanpa menekuni tugas sebenarnya sebagai selaku guru yang berkualitas baik.
2)      Penyalahgunaan manajemen penempatan yang mengalih tugaskan guru agama ke bagian administrasi.
3)      Pendekatan metodologis guru masih terpaku kepada orientasi tradisionalistis.
4)      Kurangnya rasa solidaritas antara guru agama dengan guru-guru bidang studi umum.
5)      Kurangnya waktu persiapan guru agama dalam mengajar karena disibukkan dengan usaha nonguru untuk mencukupi kebutuhan ekonomis sehari-hari.
6)      Hubungan guru dan murid hanya bersifat formal.
7)      Belum mantapnya landasan perundangan yang menjadi dasar berpijaknya pengelolaan pendidikan agama dalam sistem pendidikan nasional, termasuk pengelolaan lembaga-lembaga pendidikan islam.
c.       Pola pemecahan problema kependidikan islam
Problema kependidikan di negeri kita yang sedang membangun ini menyangkut tiga faktor antara lain:
1)      Faktor idiil yang melandasi pelaksanaan pendidikan islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadis memerlukan interpretasi baru dari para pakar muslim yang concerned kepada kemajuan kependidikan islam.
2)      Faktor structural kelembagaan pendidikan islam yang telah eksis dalam masyarakat, perlu dilakukan inovasi yang benar-benar dapat mendukung tujuan pendidikan nasional.
3)      Faktor teknis operasional agama di semua jenjang pendidikan umum perlu lebih diaktualisasikan ke dalam proses yang integralistik dengan pendidikan intelektual dan keterampilan sehingga terwujud keserasian dan keselarasan dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Blog Archive

Followers

Search This Blog

Blogger Themes

Random Post

Bagaimana Pendapat Anda dengan Blog ini?

Trending Topik

EnglishFrenchGermanSpainItalianDutch

RussianPortugueseJapaneseKoreanArabic Chinese Simplified
SELAMAT DATANG
script>
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Berbagai Kumpulan Makalah - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template