BAB
I
PENDAHULUAN
Sistematika Filsafat Pendidikan Islam, meliputi Filsafat Pendidikan Islam
yang bercorak tradisional, sebagai dan dalam bentuk aliran-aliran filsafat
Islam yang pernah berkembang dalam sejarah dalam hal pandangan dan pengaruh
pandangan terhadap pendidikan; dan filsafat Pendidikan Islam yang bercorak
filsafat kritis, sebagai hasil analisa filsafat secara kritis terhadap problema
umat Islam dan pendidikannya yang dihadapi yang dipikirkan secara sadar untuk
mengadakan perbaikan-perbaikan dan pembaharuan-pembaharuan. Filsafat pendidikan
Islam dalam corak yang kedua ini menimbulkan pemikiran-pemikiran baru dalam
dunia pendidikan Islam.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Pemikiran Filsafat
Pendidikan Islam
Dalam perkembangannya filsafat Islam telah melahirkan pemikiran-pemikiran
yang khas dalam berbagai bidang hidup dan kehidupan manusia dan dalam
hubungannya dengan Tuhan dan alam semesta. Dan berkembang pula berbagai macam
system berpiir yang becorak filsafat. Macam-macam system berpikir yang
menghasilkan bermacam-macam pula pandangan filsafat dalam masalah hdiup dan
kehidupan manusia itu, sedikit banyaknya tentu berpengaruh dalam pendidikan,
atau setidak-tidaknya memberikan corak tertentu terhadap pelaksanaan
pendidikan.
Diantara pandangan filosofis yang masuk ke dalam dunia Islam tentang hakikat
manusia, yang juga diterima serta dikembangkan di kalangan umat Islam, adalah
pandangan Jabbariyah dan Qadariyah. Pandangan Jabbariyah, berpendapat bahwa
pada hakikatnya manusia itu bersifat ijbar, segala perbuatannya adalah terpaksa
dikerjakan. Manusia hanya sekedar pelaksana dari kehendak dan perbuatan Tuhan.
Manusia tidak menguasai perbuatan-perbuatannya dan tidak menentukan sendiri,
dan tidak ada pilihan lain.
Berbeda dengan pandangan Jabbariyah tersebut, pandangan Qadariyah
berpendapat bahwa manusia menguasai perbuatan-perbuatannya. Manusia mempunyai
hak dan kuasa untuk menentukan pilihan, manusia memiliki freedom of will. Kedua
aliran/pandangan tersebut tentunya akan memberikan pengaruh kependidikan yang
berbeda di kalangan umat Islam. Pandangan pertama (Jabbariyah) mengandung
implikasi yang negative terhadap pendidikan, yaitu manusia akan bersikap pasif
dan selalu menanti serta tidak mau berusaha untuk memecahkan problema hidup dan
kehidupannya. Sedangkan pandangan kedua mempunyai dampak positif terhadap
pendidikan. Karena adanya free will dan free act, maka manusia akan menjadi
aktif dalam hidup dan kehidupannya. Daya penalarannya akan berkembang karena
harus memilih di antara perbuatan-perbuatan, dan ia akan terdidik bertanggung
jawab terhadap segala karyanya.
Masuknya kedua aliran paham tersebut ke dalam dunia Islam ternyata
menjadi salah satu factor penyebab timbulnya perpecahan di kalangan umat Islam.
Timbulnya aliran-aliran dalam Ilmu Kalam, bermula dari perbedaan
pandangan filosofis tentang hakikat Kalam Allah. Pendukung Ahl al-Sunnah,
berpendapat bahwa Kalam Allah, yaitu al-Qur’an yang diwahyukan kepada Muhammad
SAW adalah merupakan kalam azali, sedangkan pendukung Ahl al-Kalam, berpendapat
bahwa al-Qur’an itu adalah makhluk. Kedua pandangan yang berbeda tersebut, juga
memberikan pengaruh kependidikan yang berbeda pula. Ahl Sunnah, karena
memandang al-Qur’an itu qadim/azali, maka menimbulkan sikap ta’dhim yang
kadang-kadang berlebihan tentang al-Qur’an, misalnya harus berwudhu kalau akan
menyentuh al-Qur’an, dianggap tabu dan membacanya saja (tanpa mengerti
maksudnya pula) dianggap sebagai ibadat. Sebagai konsekuensinya pembacaan
al-Qur’an, sebagai realisasi perintah wahyu yang pertama kali turun, menjadi
kosong yang jauh dari maksud semula. Tidak membangkitkan minat belajar di
kalangan umat Islam.
Sebaliknya ahl al-kalam, yang berpendapat bahwa kalam Allah yang azali
itu hanya ada pada zat Allah, berarti bahwa al-Qur’an yang diturunkan kepada
Muhammad adalah makhluk, sebagaimana makhluk-makhluk lainnya. Al-Qur’an tidak
diperlakukan sebagai sesuatu yang tabu yang tidak tersentuh oleh akla, tetapi
akal bebas untuk memikirkan dan mengambil pelajaran dari padanya. Membaca
al-Qur’an berarti mengkaji isinya, pengertiannya dan ajaran-ajaran yang
dikandungnya. Dan dengan demikian akan memberikan dampak positif terhadap
perkembangan duni ilmu pengetahuan. Bahkan al-Qur’an dipandang sebagai sumber
ilmu pengetahuan yang tidak akan kering.
Selanjutnya para ahli Tasawuf, lebih banyak memberikan petunjuk-petunjuk
pelaksanaan pendidikan secara praktis. Ilmu yang benar adalah ilmu yang
diperleh melalui pengalaman inderawi dan batini.
Kurikulum menurut para filosof tentunya adlaah segala hal yang bisa
mengembangkan akal, yaitu berupa berbagai macam ilmu pengetahuan alamiah yang
dikembangkan. Dampak positifnya dalam kehidupan masyarakat/manusia, adalah
berkembangnya bermacam-macam ilmu pengetahuan alamiah yang menunjang kehidupan
material umat manusia. Akibat negatifnya (kalau dianggap sebagia negative)
adalah timbulnya kehidupan yang mateiralistis, yang mengabaikan kehidupan
batin.
Demikian, secara ringkas gambara filsafat pendidikan Islam (filsafat
pendidikan yang berkembang di kalangan umat Islam) sepanjang sejarah. Ternyata
bahwa berkembangnya pandangan-pandangan filosofis dan dunia Islam, membawa
akibat kehidupan umat Islam yang controversial, di satu pihak degnan kehidupan material yang serba megah dan
mewah, di lain pihak degnan kehidupan batin yang nampak terasing dan tersingkir
dari kehidupan ramai.
B.
Pemikiran-Pemikiran Baru dalam
Pendidikan Islam
Dalam kehidupan umat Islam, pandangan filosofis yang sufistis, dan
pandangan filosofis yang rasional, nampak berebutan pengaruh dan pendukungnya.
Ternyata pandangan filosofis yang sufistis mendapatkan tempat dan dukungan dari
umat Islam di bagian Timur, sedangkan pandangan filosofis yang rasionalistis
berkembang dan mendapatkan dukugnan pada umat Islam di bagian Barat wilayah
Islam. Kemudian setelah umat Islam mundur dari Eropa, ternyata pandangan
filosofis yang rasionalistis dikembangkan oleh dunia Barat, dalam arti Bangsa
Eropa Barat masa itu.
M.M Sharif dalam “Muslim Thought”nya mengungkapkan bahwa: … telah kita
saksikan bahwa pikiran Islam telah melaksanaan satu kemajuan yang hebat dalam
jangka waktu yang terletak diantara abad ke VIII dan abad ke XI M. … kemudian
kita semua memperhatikan hasil-hasil yang diberikan kaum muslimin kepada Eropa,
sebagai satu perkebekalan yang matang untuk
menjadi dasar pokok dalam mengadakan pembangkitan Eropa (renaissance).
Selanjutnya diungkapkan oleh M.M. Sharif, bahwa pikiran Islam menurun
setelah abad ke-13 dan terus melemah sampai abad ke 18.
Diantara sebab yang melemahkan pikiran di alam Islami tersebut antara
lain dilukiskan oleh M.M. Sharif sebagai berikut:
- Telah berkelebihan filsafat Islam yang dimasukkan oleh Gazali dalam Alam Islami di Timur dan berkelebihan pula Ibnu Rusyd dalma memasukkan filsafat Islamnya ke dunia Islam di Barat
- Umat Islam, terutama para pemerintahnya (Khalifah, Sultan, Amir-Amir) melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan tidak memberi kesempatan untuk berkembang.
- Terjadi pemberontakan-pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar, sehingga menimbulkan kehancuran-kehancuran yang akibatnya berhentinya kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di dunia Islam.
Gerakan-gerakan pemikiran pembaharuan pada garis besarnya dapat dibagi
menjadi tiga kelompok yang mempunyai dasar pandangan/pemikiran yang berbeda,
yaitu:
- Yang berdasarkan dan berorientasi pada dunia Barat, seperti Muhammad Ali Pasya di Mesir dan Gerakan Turki Muda di Turki.
- Yang berorientasi pada pengembangan kehidupan social dan pandangan masyarakat setempat, yang kemudian menimbulkan pandangan wataniyah (kebangsaan), seperti nampak pada gerakan pemikiran di Mesir, di India dan juga di Indonesia.
- Gerakan pembaharuan yang berorientasi pada pemikiran-pemikiran Islam yang murni, dengan semboyan kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadits, yang nampak misalnya pada gerakan Muhammad bin Abdul Wahab yang terkenal dengan gerakan Wahabi.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa, Dalam perkembangannya filsafat Islam telah melahirkan
pemikiran-pemikiran yang khas dalam berbagai bidang hidup dan kehidupan manusia
dan dalam hubungannya dengan Tuhan dan alam semesta. Dan berkembang pula
berbagai macam system berpiir yang becorak filsafat. Macam-macam system
berpikir yang menghasilkan bermacam-macam pula pandangan filsafat dalam masalah
hdiup dan kehidupan manusia itu, sedikit banyaknya tentu berpengaruh dalam
pendidikan, atau setidak-tidaknya memberikan corak tertentu terhadap
pelaksanaan pendidikan.
M.M Sharif dalam “Muslim Thought”nya mengungkapkan bahwa: … telah kita
saksikan bahwa pikiran Islam telah melaksanaan satu kemajuan yang hebat dalam
jangka waktu yang terletak diantara abad ke VIII dan abad ke XI M. … kemudian
kita semua memperhatikan hasil-hasil yang diberikan kaum muslimin kepada Eropa,
sebagai satu perkebekalan yang matang untuk
menjadi dasar pokok dalam mengadakan pembangkitan Eropa (renaissance).
DAFTAR
PUSTAKA
Dra. Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta. Bumi Aksara,
2009
Dr. Jalaludin dan Drs. Usman Said, Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta. Rajawali Pers. 1994
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !