BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakakang
Dalam
makalah yang kami susun ini, kami mencoba untuk mengkaji tentag salah satu
unsur proses pendidikan, yaitu mengenai makna dan hakikat metode pendidikan.
Dalam uraian yang akan kami bahas dalam makalah ini yaitu ; pentingnya sebuah
metode dalam pendidkan agar mencapai suatu tujuan sesuai dengan kurikulum yang
dicanangkan, ada sebuah pernyataan bahwa “metode lebih utama dari pada materi”
karena metode itu bagaikan roh, sedangkan materi adalah raganya. Apa gunganya
kemapanan sebuah materi tanapa disertai dengan cara yang baik dalam
penyampaiannya. Sedangkan pembahasan dalam makalah ini bersifat ringkas dan
praktis, sekedar menyebutkan dan membahas masalah yang sangat penting dan
mengkhususkan pada pembahasan mengenai definisi metode pendidikan, fungsi,
macam-macam dan asas-asas umum dalam metode pendidikan. Dan sebelum itu kami
sedikit mengulas pandangan dasar filosofis dan pandangan dasar teoritis
mengenai metode pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
1)
Apa Yang Menjai Dasar Filosofis Dan Dasar Teoritis Metode Pendidikan? 2) Apakah
Pengertian Metode Pendidikan? 3) Bagaimanakah Fungsi Metode Pendidikan? 4) Apa
Sajakah Macam-macam Metode Pendidikan? 5) Dan Apa Sajakah Yanga Menjadi
Asas-asas Umum Metode Pendidikan?
B. Tujuan
Makalah
ini kami buat dengan dasar pemikiran yang sangat sederhana agar para pembaca
gampang dalam memahaminya. sedangkan tujuan pokok dalam makalah ini adalah
memberi pengrtian ringkas singkat dan jeneral tentang sifat-sifat falsafah
dalam metode pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar
Filosofis Dan Dasar Teoritis
Ketika
berbicara mengenai nilai-nilai, makana, dan hakekat, maka filsafat perlu
dipertimbangkan agar pilihan kita menjadi bijaksana. Hal ini sangat relevan
ketika diperbincangkan tentang “Makana Dan Hakekat Metode Pendidikan,” karena
ia menyangkut pembentukan keperibadian manusia dan kualitas hidup mereka.
Dibawah ini kami akan menguraikan hubungan pemilihan metode berkaitan dengan
masalah filsafat. 1) Kalau dipandang dari pemntukan karakter yang berlangsung
dalam diri seriap anak, maka belajar adalah suatu bagian terpaut pada
pengalaman kehidupan yang secara berkumulatif menyerap kedalam sifat-sifat
karakter. Misalnya dalam tanggapan anak terhadap suatu otoritas pada dirinya
mempunyai makna yang sangat berkesan pada dirinya. Tindakan orang tua atau guru
sangat mempengaruhi terhadap mental dan karakter anak, baik itu berdampak pada
kepatuhan ataupun perlawanan anak. Hal ini sangat mempunyai hubungan erat
dengan permasalahan metode. 2) Berbagai cara yang berbeda dalam mendidik dapat
mempengaruhi tipe korelasi tanggapan anak didik dalam membentuk sifat-sifat
karakter. Dengan adanya perbedaan tersebut yang dapat membentuk perbedaan
karakter pula dibutuhkan pememilihan metode yang teliti. 3) Dengan mempertimbangkan
masyarakat sekolah yang menjadi sasaran pendidikan tentunya juga membutuhkan
sebuah metode. Mengenai metode dapat diartikan secara sempit dan juga dapat
diartikan secara luas. Secara sempit ia hanya menyangkut mata pelajaran yang
akan diajarkan dan bagaimana mengelola tipe mengajar yang terbatas. Tetapi
secara luas masalah metode ini menyangkut dengan banyak nilai yang akan
ditegakkan, seperti nilai mata pelajaran, sikap dan karakter yang akan
dibangun, pengaruh kehidupan demokrasi, nilai-nilai masyarakat, dan semua
masalah yang berkaitan dengan situasi khusus. Bagaimana berbuat dengan anak
menyangkut nilai-nilai tersebut tadi, sebenarnya berfilsafat. Distu kita
menimbang-nimbang nilai yang akan dipegang dan mencari mana yang lebih dalam yang
patut di ikuti. Selanjutnya metode dan pelajaran adalah satu-kesatuan yang
tidak boleh dipisahkan, walaupun ada paham dualisme yang menyatakan bahwa “jiwa
dan dunia benda termasuk adalah dua yang terpisah dan mempunyai alam yang
berdiri sendiri.” Namun metode dan pelajaran dalam kenyataannya merupakan bahan
suatu ilmu pengetahuan yang terorganisir dalam satu bentuk dan tidak dapat
dipisahkan, jadi metode itu tak pernah berada diluar pelajaran dan tidak pernah
bertentangan, melainkan metode dapat membawa dan mengarahkan pelajaran sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
B. Pengertian
Metode Pendidikan
Mangenai
metode pendidikan sejauh refrensi yang kami baca tidak dapat kami temukan
definisi yang menyeluruh dan saling melengkapi. Atau menurut ahli logika tidak terdapat
definisi yang melingkupi (genera) dan membatasi (differentia). Namun dengan
definisi etimologi dan penjelsan tokoh skaligus pendefinisian al-Qur’an kiranya
bisa membentuk sebuah definisi yang sesuai dengan jiwa dan falsafah pendidikan.
Secara bahasa metode berasal dari dua perkataan “meta” dan “hodos.” “meta”
berarti ”melalui.” Dan ”hodos” berarti ”jalan atau cara”, bila ditambah “logi”
sehingga menjadi “metodologi” berarti “ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara
yang harus dilalui” untuk mencapai tujuan, oleh karena kata “logi” yang berasal
dari kata yunani (Greek) “logos berarti akal” atau “ilmu”. Dalam pernyataan
beberapa tokoh Edgar Bruce Wesley mendefinisikan metode dalam bidang pendidikan
sebagai: “rentetan kegiatan terarah bagi guru yang menyebabkan timbulnya proses
belajar pada murid-murid, atau ia adalah proses yang melaksanakannya yang
sempurna menghasilkan proses belajar, atau ia adalah jalan yang dengannya
pengajaran itu menhadi berkesan.” Prof. Saleh Abd. Aziz dan Dr. Abd. Aziz Abd. Majid
meminjam dua makna metode pengajaran dari pendidik Amerika Kilpatrick, yaitu
makna yang sempit yang bertujuan menyampaikan maklumat, dan makna yang luas dan
menyeluruh, yaitu memperoleh mklumat-maklumat ditambah dengan pandangan,
kebiasaan berpikir dan lain-lainnya. “Dan pandangan-pandangan atau sikap ini
seperti cinta pada ilmu, guru dan sekolah, menghormati dan mencintai orang
lain, dan bergantung pada diri sendiri”. Metode menurut Imam Barnadib adalah
suatu sarana untuk menemukan, menguji dan menyusen data yang diperlukan bagi
pengembangan disiplin tersebut, maka usaha pengembangan metode itu sendiri
merupakan syarat mutlak. Dengan demikian metode adalah cara untuk mencapai
sebuah tujuan dengan jalan yang sudah ditentukan, dalam metode pendidikan dapat
diartikan sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai kurikulum yang
ditentukan. Apabila ditarik pada pendidikan islam, metode dapat diartikan
sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga
terlihat dalam pribadi obyek sasaran, yaitu pribadi islami. Adapun al-Qur’an
secara eksplisit tidak menjelaskan arti dari metode pendidikan karena al-Qur’an
bukan ilmu pengetahuan tentang pendidikan. Namun kata metode dalam bahasa arab
yang lebih mengenak dibahasakan dengan kata Attariqoh banyak dijumpai dalam
al-Qur’an. Menurut Muhammad Abd al-Baqi didalam al-Qura’an kata Al-Tariqah di
ulang sebanyak sembilan kali. Kata ini taerkadang dihubungkan dengan objek yang
dituju oleh Al-Tariqah. Seperti nerka, sehingga menjadi jalan menuju neraka
(Q.S. : 4:9), terkadang dihubungkan dengan sifat dari jalan tersebut, seperti
al-tariqah al-mustaqimah, yang diartikan jalan yang lurus (Q.S. 46:30). Dan
terkadang al-Qur’an tentang sifat dari jalan yang harus ditempuh itu, dan
terkadang pula berarti suatu tempat. Dengan demikian, metode atau jalan oleh
al-Qur’an dilihat dari sudut objeknya, fungsinya, akibatnya, dan sebagainya.
Ini dapat diartikan bahwa perhatian al-Qur’an terhadap metode demikian tinggi,
dengan demikian al-Qur’an lebih menunjukkan isyarat-isyarat yang memungkinkan
metode ini berkembang lebih lanjut. Dengan berlandaskan pada tiga definitive
diatas dapat kami tegaskan bahwa metode pendidikan merupakan sebuah mediator
yang mengolah dan mengembangkan suatu gagasan sehingga menghasilkan suatu teori
atau temuan untuk menyampaikan sebuah visi pendidikan kepada tujuannya.
C. Fungsi
Metode Pendidikan
Metodologi
pendidikan secara umum dapat dikemukakan sebagai mediator pelaksanaan
operasional pendidikan. Secara khusus biasanya metodologi pendidikan
berhubungan dengan tujuan dan materi pendidikan dan juga dengan kurikulum.
Dengan bertolak pada dua pendekatan ini dapat dikatakan bahwa metode berfungsi
mengantarkan pada suatu tujuan kepada obyek sasaran tersebut. Metodologi
pendidikan harus mempertimbangkan kebutuhan, ketertarikan, sifat dan
kesungguhan para pesrta didik dan juga harus memberikan kesempatan untuk
mengembangkan kekuatan intelektualannya. Pendidik dalam memberikan pelajaran
atau mendidik peserta didik harus bisa memberi keleluasaan sehinnga peserta
didik dapat berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam menyampaikan
materi pendidikan perlu ditetapkan metode yang didasarkan kepada pandangan dan
persepsi dalam menghadapi manusia sesuai dengan unsure penciptaannya, yaitu, jasmani,
akal, dan jiwa yang diarahkan menjadi orang yang sempurna dengan memandang
potensi individu setiap peserta didik, oleh karena itu pendidik dituntut agar
memahami aspek sikologis dan karakter setiap peserta didik, sebagaimana yang
telah dipesankan oleh pemikir besar al-Gazali dan Ibn Kholdun. Dari sini
jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam menyampaikan materi pendidikan,
bahkan ada sebuah adagium yang menyatakan bahwa “metode lebih utama dari pada
materi (al-taiqah aula min al-madah)” disebabkan materi itu bagaikan raga yang
harus digerakkan oleh jiwa. Tanpa adanya penggerak yang membawa pada tujuan
maka proses pendidikan tidak akan tecapai secara maksimal.
D. Macam-macam
Metode Pendidikan
Dalam
menguraikan macam-macam metode pendidikan ini kami akan memaparkan dari tiga
sudut pandang, dan selanjutnya akan memaparkan macam-macam metode penyampaian
materi pendidikan. Adapun tiga sudut pandang tersebut, yaitu, petama metode
yang umum (secara tradisional) dikuasai oleh semua pendidik, kedua metode yang
secara khusus dipelajari oleh pendidik, dan yang ketiga metode yang khusus
digunakan untuk menilai pelaksanaan program pendidikan. 1) Metode Yang Umum
Metode ini sudah dikenal dan dikuasai oleh semua pendidik melalui pengalaman
dan sudah digunakan tanpa ada pendidikan atau diklat khusus. Metode ini
mencakup latihan dan meniru, yaitu, melatih anak didik menguasai tujuan
tertentu dengan disertai peniruan. Dalam metode ini pendidik sudah menguasi
materi yang akan disampaikan pada peserta didik dan sudah dipraktekkan sendiri.
Metode ini digunakan dalam pendidikan di keluarga, lingkungan tetangga, dan
juga disekolah dalam rangka pembentukan kebiasaan, pola tingkah laku,
keterampilan, sikap, dan keyakinan. 2) Metode Yang Secara Khusus Dipelajari
Oleh Pendidik Pendidik harus mempunyai kematangan dalam metode-metode. Dia
harus menguasai ilmu pengajaran (didaktik) untuk menguasai metode-metode
mengajar seperti ceramah, diskusi, bermain peran dan sebagainya. Seorang
pendidik tidak serta-merta bisa mentransformasikan materi pendidikan dengan
baik tanpa menguasai metode-metode khusus, dan dia tidak akan bisa menguasai
metode tersebut tanpa adanya spesialisasi sebuah disiplin ilmu, seperti
wawancara, studi kasus, dan observasi yang harus dipelajari oleh calon knselor
sebagai bimbingan dan konseling. 3) Metode Yang Khusus Digunakan Untuk Menilai
Pelaksanaan Program Pendidikan. Pada umumnya metode ini disebut dengan metode
penelitian pendidikan, jadi metode ini digunakan dalam rangka pengembangan dan
kemajauan pendidikan, antara lain dari metode ini adalah survai, eksperimen
yang menggunakan alat ukur seperti tes, wawancara, observasi, kuesioner.
Selanjutnya dalam menyampaikan materi pendidikan ada beberapa pendekatan dengan
macam-macam metode yang efektif sesuai dengan penawaran al-Qur’an dan metode
para ahli pendidikan islam terdahulu melalui pengalaman mereka. Kami disini
akan mengulas metode penyampaian materi melalui dua sisi, yaitu, metode dari
sisi internal materi dan metode dari sisi eksternal materi. a) Metode Internal
Materi Yang dimaksudkan disini adalah cara penyampaian bahan materi pelajaran
yang efektif agar cepat dipahami oleh peserta didik. Jadi titik tekan metode
ini adalah pemahaman materi pendidikan yang meliputi teks ataupun Non-teks. Di
antra metode-metode tersebut adalah: Metode Induktifv metode ini bertujuan
untuk membibimbing peserta didik untuk mengetahui fakta-fakta dan hukum-hukum
umum melalui jalan pengambilan kesimpulan atau induksi. Dalam melaksanakan
metode ini pendidik hendaknya memulai dari bagian-bagian yang kecil untuk
sampai pada undang-undang umum, pendidik memberi contoh detail yang kecil,
kemudian mencoba memandingkan dan menentukan sisfat-sifat kesamaan untuk
mengambil kesimpulan dan membuat dasar umum yang berlaku terhadap bagian-bagian
dan contoh-contoh yang sudah diberikan maupun yang belum diberikan. Untuk
memudahkan pembaca kami akan mengemukakan contoh: misalnya dalam pembelajaran
gramatika arab (nahwu), misalnya seorang guru membahas tentang satuan-kesatua
yang bisa membentuk kalam, maka dia terlebih dahulu harus memaparkan isim,
fi’il, dan huruf dan yang bersangkutan dengannya, setelah memberikan
contoh-contoh yang detail dan pengklasifikasian yang jelas baru seorang guru
memberi kesimpulan secara umum dari berdirinya kalam itu. Metode ini bisa
digunakan ilmu pengetahuan, seperti fiqhih, matematika, tehnik, fisika, kimia
dan lain sebagainya. Akan tetapi metode ini sangat ketika dilaksanakan pada
pelajaran yang bertujuan untuk pengembangan dan pembinaan keterampilan tangan atau
kesenian, sseperti melukis, menggamar dan bermain musik. Metode induktif ini
telah digunakan oleh para pendidik muslim terdahulu sebelum muculnya Roger Bcon
dan Francis Bacon sang pencetus metode. Metode Perbandinganv Metode ini dapat juga
disebut dengan metode diduktif yang menjadi kebalikan dari induktif, dimana
perpindahan menurut metode ini dari yang umum kepada yang khusus, jadi metode
ini sangat cocok bila digunakan pada pengajaran sains, dan pelajaran yang
mengandung perinsip-perinsip, hukum-hukum, dan fakta-fakta umum yang dibawahnya
mengandung masalah-masalah cabang. Metode ini sebagai pelengkap dari metode
induktif, maka sebaiknya seorang guru menggabungkan diantara dua metode
tersebut. Metode ini juga telah digunakan oleh para tokoh pendidikan islam
sebelumanya dalam perbincangan dan pembuktian kebenaran pikiran dan kepercayaan
terhadap karya-karya mereka, terutama ketika mereka menghubungkan dengan ilmu
logika. Metode Diskusi Atau Dialogv
Untuk lebih mendalam dalam pemahaman meteri maka dimunculakan diskusi atau
dialog yang dikemas dengan tanya jawab. Metode ini juga mendapat respon dari
al-Qur’an pada surat al-Ankabut ayat 125 (dan janganlah kalian berdebat dengan
ahli kitab kecuali dengan cara yang paling baik). Diskusi atau dialog harus dilaksanakan
dengan cara yang baik. Cara yang baik ini perlu dirumuskan lebih lanjut,
sehingga timbullah etika berdiskusi, misalnya tidak memonopoli pembicaraan,
saling menghargai pendapat orang lain, kedewasaan pikiran dan emosi,
berpandangan luas dan sebagainya. b) Metode Eksternal Materi Pelaksanaan proses
pendidikan tentunya tidak cukup hanya pada pemahaman materi saja, namun yang
terpenting dan yang menjadi esensi dari pelaksanaan pendidikan tersebut adalah
pendemonstrasian dan transformasi pada kehidupan riil. Maka hal ini yang kami
sebut dengan sisi eksternal materi yang sangat urgen dalam pemilihan metode
penyampaiannya. Dibawah ini adalah metode yang perlu diperhatikan demi
terwujudnya esensialitas pendidikan: Metode Teladanv Keteladanan merupakan
bahan utama dalam pendidikan, karena mendidik bukan sebatas penyampaian materi
saja, melainkan membangun karakter dalam setiap jiwa peserta didik, oleh karena
itu pendidik mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap peserta didik
mengenai tingkah laku dan perbuatannya yang dapat dibuat contoh dan di
ikutinya. Dalam al-Qur’an kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah yang
kemudian diberi sifat di belakangnya seperti sifat hasanah yang berarti baik.
Sehingga terdapat ungkapan uswatun hasanah yang artinya teladan yang baik.
Kalau dipandang dari ketokohan yang mendapat predikat uswatun hasanah adalah
Nabi Muhammad SAW. Sayyid Quthb, mengisyaratkan bahwa didalam diri Nabi
Muhammad, Allah menyusun suatu bentuk sempurna metodologi islam. Metode ini
sangat penting karena berkaitan dengan tanggung jawab moral bagi pendidik dalam
membentuk jarakter atau akhlak yang mulia dalam diri peserta didik. Metode Kisah-Kisahv metode cerita atau kisah
dianggap efektif dan mempunyai daya tarik yang kuat sesuai dengan sifat alamiah
manusia yang menyenangi cerita, oleh karena itu isalam mengeksplorasikan cerita
menjadi salah-satu tehnik dalam pendidikan. Dalam pernyataannya al-Qur’an
mengulangi kata-kata cerita sebanyak 44 kali. Pada surat al-Baqarah pada ayat
30-39 misalnya berisi tentang dialog tuhan dengan malaikat. Metode cerita
sering kali dipakai oleh para pengajar terutama dijenjang pendidikan
kanak-kanak (TK). Namaun diakui atau tidak peserta ddidik sangat senang ketika
mendengarkan gurunya bercerita, termasuk juga kita sebagai mahasiswa. Metode Pembiasaanv Menjadikan pembiasaan
sebagai sebuah metode pendidikan memang sangat tepat, dalam pembiasaan peserta
didik tidak dituntut secara serta merta menguasai sebuah materi dan
melaksanakannya, memang dalam pemahaman sangat gampang namun dalam pengamalan
yang agak sulit untuk terealisasikan, maka dari itu dibutuhkan sebuah proses
dalam mencapainya, yaitu, melalui pembisaan. Al-Qur’an telah mengisyaratkan
mengenai metode pembiasaan ini, seperti contoh, dalam kasus menghilangkan kebiasaan
minum khamar, al-Qur’an memulai dengan menyatakan bahwa hal itu merupakan
kebiasaan orang-orang kafir Quraisy (Q.S al-Nahl, 16:67), dilanjutkan dengan
menyatakan bahwa dalam khamar itu ada unsure dosa dan manfaat (Q.S al-Baqarah
2:219), dilanjutkan dengan larangan mengerjakan shalat dalam keadaan mabuk (Q.S
al-Nisa’ 4:43). Kemudian dengan menyuruh menjauhi minuman Khamar itu (Q.S
al-Maidah 5:90). Demikianlah al-Qur’an menggambarkan tentang metode pembiasaan
yang mana hal ini merubah dari kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang baik.
Muhammad Quthb dengan analisisnya terhadap ajaran islam dalam hubungan dengan
kebiasaan mengatakan bahwa setiap kebisaan tidak ada hubungannya dengan
asas-asas konsepsi, akidah dan hubungan langsung dengan Allah, telah digunting
oleh islam secara radikal terlebih dahulu, karena ia tak ubahnya seperti
borok-borok busuk dibadan yang harus dibuang, bila tidak, hidup akan berakhir.
E. Asas-asas
Umum Metode Pendidikan
Pembahasan
asas-asas umum dalam metode pendidikan ini merupakan tambahan penjelasan dan
uraian agar kita tahu lebih spesifik sumber umum yang menjadi pertimbangan
dalam mencetuskan sebuah metode pendidikan islam. Sumber-sumber atau
dasar-dasar umum ini dapat digolongkan dibawah macam dan katagore berikut: 1)
Dasar Agama Kalau membahas dasar agama tentunya kita tahu bahwa yang dimaksud
adalah al-Qur’an dan al-Sunnah, begitu juga asas yang mendasari metode
pendidikan dalam dunia islam, disamping kedua rujukan tersebut dalam hal metode
pendidikan islam juga berdasarkan atas penelitian pengalaman-pengalaman
orang-orang terdahulu (al-salafus shalih) dari para sahabat ataupun para
pengikutnya dalam melaksanakan dakwah dan pendidikan sesuai dengan zaman mereka
dan kebutuhan masyarakat setempat. Metode pendidikan yang mengacu pada tiga
landasan, yaitu al-Qur’an, al-Sunnah, dan amalan al-Salafus Salih sangat
memberi peluang yang besar bagi pencerahan dan kemajuan pendidikan islam sejak
pertama-kali munculnya islam hingga sekarang. Jika kita ambil al-Qur’an
misalnya, maka diantara metode pendidikan yang dapat kita temukan sangat
banyak, diantaranya: metode pendidikan sambil bekerja, metode kisah (cerita),
metode ketauladanan yang baik, metode pengajaran dari sejarah, metode
pembahasan akal, metode soal-jawab, metode pemberian contoh, metode perintah
terhadap kebajikan dan larangan dari mengerjakan hal yang mungkar, metode
hukuman dan balasan, metode dedukatif dan lain sebagainya. Kemudian al-Sunnah
dan amalan al-Salafus Shalih memberi tambahan penjelasan dan uraian teradap
metode-metode yang ada dalam al-Qur’an. Tercetusnya metode-metode yang lebih
terperinci sesuai dengan perkembangan zaman dan meluasnya wilayah islam
keberbagai Negara yang telah memiliki metode-metode tersendiri dalam hal
pendidikan, tentunya materi dakwah dan pendidkan islam membutuhkan
metode-metode yang sesuai dengan masa dan keadaan masyarakat setempat, terutama
ketika pendidikan islam berhubungan dengan falsafah dan logika Yunani agar
pendidikan islam selau eksis dan relevan distiap masa dan keadaan. Yang penting
tidak bertentangan dengan ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah. 2) Dasar Biologis
Dasar biologis yang berarti kematangan jasmani sangat mendorong dalam dunia
pendidikan, jadi seorang pendidik harus mempertimbangkan secara seksama dan
memperhatikan keadaan fisik peserta didik agar bisa kondusif dan konsentrasi
dalam dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Pendidik harus memperhitungkan
bahwa peserta didik mempunyai kebutuhan bio-fisik yang harus dipuaskan dan
dipenuhi supaya tercapai penyesuaian jasmani yang sehat, seperti kebutuhan
terhadap udara yang bersih, kebutuhan terhadap gerakan dan aktivitas, dan
kabutuhan terhadap istirahat. Pendidik harus membantu peserta didik mendapatkan
kematangan dalam jasmaninya, karena bagaimanapun kesehatan jasmani sangat mendukung
terhadap aspek sikologis anak dalam menerima pelajaran dan
pentransformasiannya. Telah dibuktikan antara pertalian sisi jasmaniyah dan
sikologis. “Latihan untuk menghafal sesuatu perlu kepada pemusatan yang
berhubungan rapat dengan kematangan urat saraf. Juga telah diketahui bahwa
kekuatan memusatkan perhatian dan jaraknya berpadan secara terbalik sesuai
dengan lanjutnya umur dan sempurnanya kematangan.” 3) Dasar Psikologis Dasar
psikologis disini merupakan kekuatan jiwa seperti motivasi, kebutuhan, emosi,
minat, sikap, keinginan, bakat, dan kecakapan intelektual yang harus
diperhatikan oleh seorang pendidik, karena tingkah laku anak didik secara umum
dan proses belajarnya seca khas sangat dipengaruhi oleh factor-faktor
psikologis dalam pembentukan sebuah karakter. Menurut ahli psikologis, tingkah
laku manusia adalah satu akibat dan bertujuan dalam waktu yang sama. Maka dari
itu seseorang memerlukan motivasi dan penggerak untuk melakukan suatu pekerjaan
hingga berlanjut pada masa tertentu. Guru yang pintar akan menjadikan metode
dan teknik mengajarnya sebagai stimulus bagi kegiatan anak didiknya,dan menjadi
penggerak bagi motivasi-motivasi dan kekuatan-kekuatan pengajaran sehingga
dapat menggali potensi yang ada dalam diri anaka dan mengaktualkannya. Kebuthan
sikologis yang harus dipelihara oleh seorang pendidik adalah ketentraman,
kecintaan, penghargaan, kebebasan, pembaharuan, kejayaan, kebutuhan tergolong
dalam kumpulan, dan kebutuhan kepada perwujudan (self actualization). 4) Dasar
Sosial Disamping dasar-dasar agama, biologis dan psikologis metode pendidikan
perlu juga didasari pada aspek social, hendaknya seorang pendidik bisa menjaga
persesuaian metode dengan nilai-nilai, tradisi yang berlaku ditengah-tengah
masyarakat sesuai dengan tujuan, kebutuhan, dan harapannya. Seorang pendidik
harus bisa menjaga perubahan sesuai dengan tuntutan yang berlaku dalam tatanan
social dengan mengambil manfaat dari fasilitas dan peluang-peluang yang ada
didalamnya dengan didasari atas metode pendidikan yang tepat.
BAB III
KESIMPULAN
Menurut
sudut pandang filosofis dan teoritis materi dan metode merupakan satu-kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, walaupun menurut paham dualisme itu tidak mungkin
terjadi. Metode adalah cara untuk mencapai sebuah tujuan dengan jalan yang
sudah ditentukan, dalam metode pendidikan dapat diartikan sebagai cara untuk
mencapai tujuan pendidikan sesuai kurikulum yang ditentukan. metode sangat
berfungsi dalam menyampaikan materi pendidikan, bahkan ada sebuah adagium yang
menyatakan bahwa “metode lebih utama dari pada materi (al-taiqah aula min
al-madah)”. Dalam menerngkan tentang metode kami memaparkan dari tiga sudut
pandang, dan selanjutnya memaparkan macam-macam metode penyampaian materi
pendidikan. Adapun tiga sudat pandang itu, pertama adalah metode yang umum
diphami oleh smua pendidik, yang kedua adalah metode yang secara khusus
dipelajari oleh pendidik, dan yang terahir adalah metode yang khusus digunakan
untuk menilai pelaksanaan program pendidikan. Adapun cara penyampian materi
pendidikan memakai metode sebagai berikut, pertam metode internal materi yang
meliputi metode induktif, metode perbandingan, dan metode diskusi atau dialog.
Yang kedua adalah metode eksternal materi yang meliputi metode teladan, metode
kisah-kisah, dan metode pembiasaan. Ada empat dasar secara umum yang menjadi
pijakan kami dalam merumuskan metode pendidika, yaitu, dasar agama, dasar
biologis, dasar psikologis, dan dasar social.
DAFTAR PUSTAKA
Zakiyah
Darajat, DKK, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 1,
1996. Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, Yogyaakarta: Pustaka
Pelajar, Cet. 1, 2005. Omar Mohammad al-Tomy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan
Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1975. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta: Gaya Media Pratama, Cet. 1, 2005. Ziznuddin Alavi, Pemikiran
Pendidikan Islam Pada Abad Klasik dan Pertengahan, Bandung: Angkasa, Cet. 1,
2003. Wens Tanlain, Inggridwati Kurnia, A. Samana, G. Hardjanto, Kusdarwati,
Joseph Niron, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, Cet. 2, 1996. Muhammad Quthb, System Pendidikan Islam,
Bandung: PT. al-Ma’arif, Cet. 1, 1984. Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan
Sisitem dan Metode, Yogyakarta: Andi Offset, 1997.