BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebudayaan Islam
Secara umum, kebudayaan adalah istialh yang menunjukkan segala
hasil karya manusia yang berkaitan dengan pengungkapan bentuk. Kebudayaan
merupakan wadah, tempat, dimana hakikat manusia memperkembangkan diri. Antara
hakikat manusia dengan pengembangan diri (kebudayaan) tersebut terjalin
hubungan, korelasi yang tidak dapat dipisahkan. Dalam perkembangannya,
kebudayaan sering dipengaruhi oleh banyak factor, seperti tempat, waktu dan
kondisi masyarakat, sehingga lahir suatu bentuk kebudayaan khusus, seperti
kebudayaan Islam, kebudayaan Timur, dan kebudayaan Barat (Eksiklopedi
Indonesia: 1705).
Kebudayaan lahir dari olah akal budi, jiwa atau hati nurani
manusia. Bentuk kebudayaan tersebut selalu mencerminkan nilai-nilai kehidupan
yang diyakini, yang dirasa, dan diharapkan memberikan kebaikan dalam hidup.
Oleh karena itu, kebudayaan yang mencerminkan nilai-nilai kehidupan tersebut
juga disebut peradaban. Kebudayaan atau peradaban yang dipengaruhi oleh
nilai-nilai ajaran Islam disebut kebudayaan atau peradaban Islam.
Menurut Musa Asy’arie (Musa Asy’arie, 1992: 93), A.L.Kroeber dan
Clyde Kluckhohn mengelompokkan definisi kebudayaan menjadi enam, berdasarkan
tinjauan dan sudut pandang masing-masing, yaitu:
a. Pendekatan deskriptif dengan menekankan pada sejumlah isi yang
terkandung didalamnya, seperti yang dikemukakan oleh Taylor, bahwa kebudayaan
adalah keseluruhan yang amat komplek, yang meliputi ilmu pengetahuan,
kepercayaan, seni, hokum, moral, adat-istiadat, dan berbagai kemampuan serta
kebiasaan yang diterima manusia sebagai anggota masyarakat.
b. Pendekatan histories degnan menekankan pada warisan social dan
tradisi kebudayaan, seperti definisi kebudayaan yang dikemukakan oleh Park dan
Burgess, bahwa kebudayaan adalah sejumlah totalitas dari organisasi dan warisan
social yang diterima sebagai sesuatu yang bermakna, yang dipengaruhi oleh watak
dan sejarah hidup suatu bangsa.
c. Pendekatan normative, seperti definisi kebudayaan yang
dikemukakan oleh Ralph Linton, bahwa kebudayaan adalah pandangan hidup dari
sekumpulan ide-ide dan kebiasaan-kebiasaan yang mereka pelajari, mereka miliki
kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
d. Pendekatan psikologi, seperti yang dikemukakan oleh Kluckhohn,
bahwa kebudayaan terdiri atas semua kelangsungan proses belajar suatu
masyarakat.
e. Pendekatan structural, seperti yang dikemukakan oleh Turney,
bahwa kebudayaan adalah pekerjaan dan kesatuan aktivitas sadar manusia yang
berfungsi membentuk pola umum dan melangsungkan penemuan-penemuan baik yang
material maupun non material.
f. Pendekatan genetic, seperti yang dikemukakan oleh Bidney, bahwa
kebudayaan dapat dipahami sebagai suatu proses dinamis dan produk dari
pengolahan diri manusia dan lingkungannya untuk pencapaian akhir individu dan
masyarakat.
B. Konsep Kebudayaan Dalam Islam
Dalam ajaran Islam, aktivitas kehidupan manusia dalam bentuk olah
akal-budi nuraninya harus dibimbing oleh wahyu. Akal budi nurani manusia
memiliki keterbatasan dan dipengaruhi oleh pengalaman, baik pengalaman pribadi
maupun masyarakat lingkungannya. Sekalipun aktivitas akal budi nurani manusia
dalam bentuk kebudayaan atau peradaban tersebut diyakini atau diharapkan dapat
memberikan kebaikan bagi masyarakat yang melahirkan kebudayaan-peradaban
tersebut, dalam pandangan masyarakat lain belum tentu dinilai baik. Oleh karena
itu, sejak awal mula manusia dilahirkan, Allah Yang Maha Tahu akan keterbatasan
manusia menurutnkan wahyu sebagai pembiimbing arah olah budi nurani manusia
tersebut, agar tidak berkembang dan melahirkan
kebudayaan atau peradaban yang bertentangan dengan nilai-nilai universal
kemanusiaan yang dianggap menguntungkan sekelompok masyarakat tertentu, tetapi
merugikan sekelompok masyarakat lainnya. Wahyu al-Qur’an sebagai wahyu terakhir
yang diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah Muhammad SAW menjadi pentunjuk dan
pembimbing serta menjaga nilai-nilai universalitas kemanusiaan tersebut,
sekalipun memberikan toleransi perwujudan kebudayaan atau peradaban khusus.
C. Perkembangan Kebudayaan Islam
Islam diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, agar disampaikan
kepada seluruh umat manusia dan menjadi petunjuk kebenaran bagi umat manusia
sampai akhir masa. Rasulullah adalah orang Arab yang hidup dalam kebudayaan
Arab. Oleh karena itu beliau berbicara dalam bahasa Arab dan berpakaian menurut
model pakaian masyarakat Arab. Bagi umat Islam Arab, kebudayaan atau peradaban
Islam berkembang dalam bentuk kebudayaan atau peradaban Islam Arab. Bagi umat
Islam Indonesia, tentunya kebudayaan dan peradabannya adalah kebudayaan atau
peradaban Islam Indonesia. Perbedaan yang lahir dari kekhususan kelompok
masyarakat atau bangsa dalam ajaran Islam tidak dianggap sebagai penyimpangan
atau bertentangan dengan ajaran Islam sepanjang tetap mencerminkan nilai-nilai
ajaran Islam, seperti perbedaan bahasa komunikasi, model pakaian, dan
lain-lain. Oleh karena itu, kebudayaan atau peradaban Islam harus dibedakan
dengan syari’at Islam. Kebudayaan atau peradaban Islam boleh beragam,
berkembang, dan berubah-ubah, tetapi syariat Islam hanyalah satud an tetap, sehingga di mana dan
kapanpun umat Islam hidup, syariatnya tetap sama.
Perkembangan kebudayaan Islam yang paling menonjol dalam sejarah
umat Islam. Sejak abad pertama,
perkembangan Islam (abad ke tujuh Masehi) telah lahir ilmuwan-ilmuwan muslim
yang melahirkan system berpikir atau metode berijtihad dalam disiplin ilmu
tertentu yang dikenal dengan istilah mazhab. Diantara para ilmuwan muslim
tersebut adalah Imam Hanafi, Imama Maliki, Imam Syafi’I dan Imam Hanbali dalam
disiplin ilmu fikih.
D. Nilai-Nilai Kebudayaan Islam
Bentuk kebudayaan dan peradaban yang sangat penting dan perlu
memperoleh perhatian besar dalam kehidupan social, terutama dalam kehidupan
masyarakat intelektual, yang mendorong lahirnya pemikiran-pemikiran intelektual
muslim adalah:
a. Berorientasi pada pengabdian dan kebenaran Ilahi
Tujuan penciptaan manusia berdasarkan firman Allah dalam QS. 51
(Al-Dzariyat): 56 adalah untuk beribadah, mengabdi kepada Allah:
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Al-Dzariyat: 56)
b. Berfikir kritis dan inovatif
Berpikir kritis adalah berpikir secara objektif dan analitis,
sedangkan berpikir inovatif adalah berpikir ke depan untuk menemukan pemikiran-pemikiran
baru. Berpikir kritis dan inovatif inilah yang telah menghantarkan kemajuan
intelektual Islam pada masa keemasannya dalam berbagai disiplin ilmu
pengetahuan.
c. Bekerja keras
Manusia adalah makhluk terbaik yang dianugrahi potensi besar dalam
bentuk akal pikiran, hati nurani dan seluruh aktivitas kehidupan manusia
dinilai oleh Allah.
d. Bersikap terbuka
Sikap terbuka berarti mau menerima masukan dan kebenaran yang
datang dari orang lain, siapapun dia, dan apapun posisinya. Karena itu,
Rasulullah memerintahkan untuk memperhatikan substansi perkataan orang lain dan
bukan siapa yang mengatakannya. Kemajuan akan lebih mudah dicapai dengan sikap
terbuka, serta memanfaatkan pemikiran, dan kemajuan yang dicapai orang lain,
sepanjang tetap sejalan dengan nilai-nilai kebenaran yang diturunkan Allah.
e. Jujur
Dalam kehidupan intelektual, kejujuran mutlak diperlukan, baik
dalam bentuk pengakun terhadap kebenaran pemikiran orang lain, maupun dalam
bentuk pengakuan akan kebenaran pemikiran diri sendiri.
f. Adil
Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil menunjukkan
sikap yang proporsional dalam mengambil keputusan dalam berbagai persoalan yang
berkait dengan banyak pihak yang berkepentingan. Sekalipun sikap adil pada
umumnya berkaitan dengan proses peradilan, tetapi adil diperlukan dalam
berbagai aspek kehidupan. Karena itu dalam QS. 16 (al-Nahl): 90 Allah
berfirman:
•
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. Al-Nahl; 90)
g. Tanggung jawab
Tanggung jawab berarti kesediaan menanggung segala resiko atau
konsekuensi dari setiap perbuatan yang dilakukan. Setiap perbuatan memiliki
konsekuensi baik atau buruk. Hal ini tergantung pada substansi perbuatannya.
h. Ikhlas
Ikhlas berarti murni, bersih dari
segala unsur yang mengotori atau mencemari nilai niat seseorang untuk
berbuat sesuatu wujud pengabdian dalam ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu
ikhlas dalam niat selalu dikaitkan dengan pengabdian kepada Allah.
i. Disiplin
Disiplin adalah sikap yang paling mendasar, yang diperlukan untuk
memenuhi syarat normative dalam setiap perbuatan. Karena itu tanpa
kedisiplinan, kualitas hidup, kualitas produk tidak akan penuh terwujud. Untuk
mewujudkan sikap disiplin, bagi umat Islam cukup mengimplementasikan filosofi sholat. Shalat itu diperintahkan
untuk dikerjakan pada waktu-waktu yang telah ditetapkan, diluar waktu yang
ditetapkan, tidak syah. Dalam QS. 4 (Al-Nisa’): 103 Allah berfirman:
•
•
Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu),
ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.
kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Nisa’: 1030
E. Masjid Sebagai Pusat Kebudayaan Islam
Dari segi bahasa, masjid berarti tepat sujud, menyembah,
menghambakan diri, beribadah kepada Allah. Sujud merupakan wujud ketundukan dan
ketaatan manusia secara total, seperti lahir dalam bentuk mencium bumi, yang
menggambarkan pengakuan rendahnya derajat manusia di hadapan Allah Yang Maha
Tinggi dan secara batin, wujud keikhlasan manusia untuk menuruti kehendak
Allah. Bagi umat Islam, sujud merupakan salah satu rukun dan menjadi cirri khas
kegiatan shalat. Oleh karena itu, salah satu kegiatan yang harus ada dan
dilakukan oleh umat Islam secara rutin di masjid adalah sujud dalam shalat.
Dalam kehidupan bermasyarakat, masjid menjadi cirri kehidupan masyarakat Islam.
Dimana terdapat masjid, maka disitu pasti terdapat umat Islam. Akan tetapi dalam
pengertiannya yang luas, yang menggambarkan ketaatan dan ketundukan manusia
kepada Allah, masjid merupakan tempat pembentukan kepribadian muslim dan
pengembangan kehidupan berdasarkan aturan-aturan Allah.
BAB II
KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa,
kebudayaan adalah istialh yang menunjukkan segala hasil karya manusia yang
berkaitan dengan pengungkapan bentuk. Dalam ajaran Islam, aktivitas kehidupan
manusia dalam bentuk olah akal-budi nuraninya harus dibimbing oleh wahyu. Akal
budi nurani manusia memiliki keterbatasan dan dipengaruhi oleh pengalaman, baik
pengalaman pribadi maupun masyarakat lingkungannya.
Perkembangan kebudayaan Islam yang paling menonjol dalam sejarah
umat Islam. Sejak abad pertama,
perkembangan Islam (abad ke tujuh Masehi) telah lahir ilmuwan-ilmuwan muslim
yang melahirkan system berpikir atau metode berijtihad dalam disiplin ilmu
tertentu yang dikenal dengan istilah mazhab. Bentuk kebudayaan dan peradaban
yang sangat penting dan perlu memperoleh perhatian besar dalam kehidupan
social, terutama dalam kehidupan masyarakat intelektual, yang mendorong
lahirnya pemikiran-pemikiran intelektual muslim adalah:
a. Berorientasi pada pengabdian dan kebenaran Ilahi
b. Berfikir kritis dan inovatif
c. Bekerja keras
d. Bersikap terbuka e. Jujur
f. Adil
g. Tanggung jawab
h. Ikhlas