Headlines News :

Lomba Blog BPJS Ketenagakerjaan

Home » » sunah-sunah shalat

sunah-sunah shalat

BAB I PEMBAHASAN A. Sunat-Sunat Shalat 1) Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram sampai tinggi ujung jari sejajar dengan telinga, telapak tangan setinggi bahu, keduanya dihadapkan ke kiblat. 2) Mengangkat kedua tangan ketika akan rukuk, ketika berdiri dari rukuk dan tatkala berdiri dari tasyahud awal dengan cara yang telah diterangkan pada takbiratul ihram. عن ابن عمر قال كان النبى صلى الله عليه وسلم اذا قام الى الصلاة رفع يديه حتى يكونا بحذومنكبيه هم يكبر فاذااراد انيركع رفعهما مثل ذلك واذا رفع راءسه من الركوع رفعهما كذالك (رواه البخارى ومسلم) “Dari Ibnu Umar: Ia berkata; Apabila Nabi SAW hendak melakukan salat, beliau mengangkat kedua tangannya sehingga keduanya sama tinggi dengan kedua belah bahunya, kemudian baru beliau takbir. Apabila hendak rukuk, beliau mengangkat kedua tangannya seperti demikian; dan apabila bangun dari rukuk, beliau angkat pula kedua tangannya seperti demikian.” (HR. Bukhari dan Muslim). 3) Meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri dan keduanya diletakkan di bawah dada. Menurut sebagian ulama diletakkan dibawah pusat. وعن وائل بن حجر صليت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم فوضع يده اليمنى على يده اليسرى على صدره (رواه ابن خزيمة) “Dari Wail bin Hujrin, “Saya telah shalat beserta Rasulullah SAW, beliau meletakkan tangan kanan beliau diatas tangan kirinya diatas dada beliau”. (HR. Ibnu Khuzaimah). 4) Melihat ke arah tempat sujud, selain pada waktu membaca اشهد ان لااله الا الله dalam tasyahud. Ketika itu hendaklah melihat ke telunjuk. 5) Membaca doa iftitah sesudah takbiratul ihram, sebelum membaca al-Fatihah. Lafaznya: اللهم باعدبينى وبين خطاياى كما باعدت بين المشرق والمغرب. اللهم نقنى من خطاياى كما ينقى الثوب الابيض من الدنس. اللهم اغسلنى من خطاياي بالثلج والماء والبرد 6) Membaca a’uzubillah sebelum membaca bismillah. Lafadznya: اعوذ بالله من الشيطان الرجيم (رواه ابو سعيدالخدرى) “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk”. (HR. Abu Sa’id al-Khudri) 7) Membaca amin sehabis membaca Fatihah. Sebelum membaca amin, disunatkan pula membaca: رب اغفرلى 8) Membaca surat atau ayat Al-Qur’an bagi imam atau orang shalat sendiri sesudah membaca al-Fatihah pada dua rakaat yang pertama (ke1 dan ke 2) dalam tiap-tiap shalat. 9) Sunat bagi makmum mendengarkan bacaan imamnya. 10) Mengeraskan bacaan pada shalat Subuh dan pada dua rakaat yang pertama pada shalat Maghrib dan Isya’, begitu juga shalat Jum’at, shalat Hari Raya, Tarawih, dan Witir dalam bulan Ramadan. 11) Takbir tatkala turun dan bangkit, selain ketika bangkit dari rukuk 12) Ketika bangkit dari rukuk membaca: سمع الله لمن حمده 13) Tatkala I’tidal membaca: ربناولك الحمد 14) Meletakkan dua tapak tangan di atas lutut ketika rukuk 15) Membaca tasbih tiga kali ketika rukuk. Lafadznya: سبحان ربى العظيم (رواه مسلم) “Mahasuci Tuhanku Yang Mahaagung” (HR. Muslim) 16) Membaca tasbih tiga kali ketika sujud. Lafadznya: سبحان ربى الاعلى (رواه مسلم وابوداود) “Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi” (HR. Muslim dan Abu Dawud) 17) Membaca doa ketika duduk antara dua sujud. 18) Duduk iftirasy (bersimpuh) pada semua duduk dalam shalat, kecuali duduk akhir. 19) Duduk tawarruk di duduk akhir. 20) Duduk istirahat (sebentar) sesudah sujud kedua sebelum berdiri 21) Bertumpu pada tanah tatkala hendak berdiri dari duduk. 22) Memberi salam yang kedua. 23) Ketika memberi salam hendaklah diniatkan memberi salam kepada yagn di sebelah kanan dan kirinya. B. Shalat-Shalat Sunah a. Shalat hari raya Hari raya di dalam Islam ada dua: 1. Hari Raya Idul Fitri, yaitu pada setiap tanggal 1 bulan syawal 2. Hari Raya Haji, yaitu pada setiap tanggal 10 bulan Zulhijah Hokum shalat hari raya adalah sunah Muakkad (sunah yang lebih penting) karena Rasulullah SAW, tetap melakukan shalat hari raya selama beliau hidup. Firman Allah SWT:         Artinya: “ Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah (QS. Al-Kautsar: 1-2) b. Shalat gerhana bulan dan matahari Firman Allah SWT:    •                  Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika ialah yang kamu hendak sembah.” (Al-Fushilat: 37) c. Shalat minta hujan (istisqa) Meminta hujan hukumnya sunat ketika ada hajat. Caranya ada tiga: 1. Sekurang-kurangnya berdoa saja, baik sendiri-sendiri ataupun berjamaah. Rasulullah SAW pernah meminta hujan hanya dengan doa. (HR. Abu Dawud) 2. Berdoa di dalam khotbah Jumat. Ini juga pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW (HR. Bukhari dan Muslim) 3. Yang lebih sempurna hendaklah dengan salat dua rakaat. خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم يستسقى فجعلى الى الناس ظهره واستقبل القبلة وحول رداءه (رواه مسلم) “Rasulullah SAW telah keluar (pergi) untuk meminta hujan. Kemudian beliau berpaling membelakangi orang banyak, beliau menghadap ke kiblat dan beliau membalikkan kain selendang” (HR. Muslim). d. Shalat sunat rawatib Shalat sunat Rawatib ialah shalat sunat yang mengikuti shalat fardhu yang lima. Dikerjakan sebelum mengerjakan shalat fardhu yang lima atau sesudahnya. Sunat Rawatib muakkad (penting) 1. Dua rakaat sebelum subuh 2. Dua rakaat sebelum shalat Dhuhur 3. Dua rakaat sesudah shalat Dhuhur 4. Dua rakaat sesudah shalat Maghrib 5. Dua rakaat sesudah shalat Isya’ e. Shalat sunat Jumat Disunatkan shalat dua rakaat atau empat rakaat sesudah shalat Jumat. عن ابن عمر: ان النبى صلى الله عليه وسلم كان يصلى بعد الجمعة ركعتين فى بيته (رواه البخارى ومسلم) “Dari Abu Hurairah; Nabi SAW berkata: “Apabila salah seorang di antara kamu telah salat Jumat, hendaklah ia salat sesudahnya empat rakaat.” (HR. Muslim dan lain-lain) f. Shalat Tahiyatul Masjid Tahiyatul masjid ialah shalat menghormati masjid. Salat ini disunatkan bagi orang yang masuk ke masjid, sebelum ia duduk, yaitu sebanyak dua rakaat. g. Shalat tatkala akan bepergian Orang yang akan bepergian disunatkan shalat dua rakaat tatkala ia hendak keluar rumahnya. h. Shalat sunat wudhu Apabila selesai dari berwudhu, disunatkan shalat dua rakaat. i. Shalat dhuha Shalat dhuha ialah shalat dua rakaat atau lebih, sebanyak-banyaknya dua belas rakaat. Shalat ini dikerjakan ketika waktu duha, yaitu waktu matahari naik setinggi tombak kira-kira pukul 8 atau pukul 9 sampai tergelincir matahari. عن ابى هريرة قال اوصانى خليلى صلى الله عليه وسلم بثلاث بصيام ثلاثة ايام فى كل شهر وركعتى الضحى وان اوتر قبل ان انام (رواه البخاي ومسلم) “Dari Abu Hurairah, ia berkata; “Kekasihku (Rasulullah SAW” telah berpesan kepadaku tiga macam pesan; (!) puasa tiga hari setiap bulan, (2) shalat duha dua rakaat, dan (3) shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim). j. Shalat Tahajud Shalat tahajud ialah shalat sunah pada waktu malam, lebih baik jika dikerjakan sesudah larut malam, dan sesudah tidur. Bilangan rakaat tidak dibatasi, boleh sekuatnya. k. Shalat witir Shalat witir artinya salat ganjil (satu rakaat, tiga rakaat, lima rakaat, tujuh rakaat, sembilan rakaat, atau sebelas rakaat). Sekurang-kurangnya satu rakaat, dan sebanyak-banyaknya sebelas rakaat; boleh memberi salam setiap dua rakaat. l. Shalat tarawih Shalat tarawih ialah shalat malam pada bulan ramadhan, hukumnya sunat mu’akad (penting bagi laki-laki dan perempuan). m. Shalat istikharah Shalat istikharah artnya shalat meminta petunjuk yang baik.umpamanya seseorang akan mengerjakan suatu pekerjaan yang penting, sedangkan ia masih ragu-ragu. n. Shalat sunat mutlaq Shalat sunat mutlaq artinya shalat sunat yang tidak ditentukan waktunya dan tidak ada sebabnya. Jumlah rakaatnya pun tidak ada batas, berapa saja, dua rakaat atau lebih. C. Hal-Hal Yang Membatalkan Shalat 1) Meninggalkan salah satu rukun atau sengaja memutuskan rukun sebelum sempurna, umpamanya melakukan I’tidal sebelum sempurna rukuk. 2) Meninggalkan salah satu syarat. Misalnya berhadas, dan terkena najis yang tidak dimaafkan. 3) Sengaja berbicara Sabda Rasulullah SAW: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لمعاوية ابن الحكم ان هذه الصلاة لايصلح فيها شيئ من كلام الناس انمالذي يصلح فيها هو التسبيح والتكبير وقراءة القران (رواه مسلم واحمد) “Rasulullah SAW berkata kepada Mu’awiyah bin Hakam, Sesungguhnya salat itu tidak pantas disertai dengan percakapan manusia. Yang layak dalam salah ialah tasbih, takbir dan membaca Al-Qur’an.” (HR. Muslim dan Ahmad) 4) Banyak bergerak. Melakukan sesuatu dengan tidak ada perlunya (hajat). Sabda Rasulullah SAW: عن ابن مسعود قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان فى الصلاة لشغلا (رواه البخارى ومسلم) “Dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, “Sesungguhnya dalam shalat itu sudah ada pekerjaan yang tertentu (tidak layak ada pekerjaan yang lain)” (HR. Bukhari dan Muslim). 5) Makan dan minum. D. Hikmah Shalat Allah adalah al-Hakim, pemilik hikmah, tidak ada sesuatu yang Dia syariatkan kecuali ia pasti mengandung hikmah, tidak ada sesuatu dari Allah yang sia-sia dan tidak berguna karena hal itu bertentangan dengan hikmahNya, dan kita sebagai manusia dengan keterbatasan tidak mungkin mengetahui dan mengungkap seluruh hikmah yang terkandung dalam apa yang Allah syariatkan dan tetapkan, apa yang kita ketahui dari hikmah Allah hanyalah sebagian kecil, dan yang tidak kita ketahui jauh lebih besar, “Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-Isra`: 85). Sekecil apapun dari hikmah Allah dalam sesuatu yang bisa kita ketahui, hal itu sudah lebih dari cukup untuk mendorong dan memacu kita untuk melakukan sesuatu tersebut karena pengetahuan tentang kebaikan sesuatu melecut orang untuk melakukannya. Ibadah shalat yang merupakan ibadah teragung dalam Islam termasuk ibadah yang kaya dengan kandungan hikmah kebaikan bagi orang yang melaksanakannya. Siapaun yang mengetahui dan pernah merasakannya mengakui hak itu, oleh karena itu dia tidak akan rela meninggalkannya, sebaliknya orang yang tidak pernah mengetahui akan berkata, untuk apa shalat? Dengan nada pengingkaran. Pertama: Manusia memiliki dorongan nafsu kepada kebaikan dan keburukan, yang pertama ditumbuhkan dan yang kedua direm dan dikendalikan, dan sarana pengendali terbaik adalah ibadah shalat. Kenyataan membuktikan bahwa orang yang menegakkan shalat adalah orang yang paling minim melakukan tindak kemaksiatan dan kriminal, sebaliknya semakin jauh seseorang dari shalat, semakin terbuka peluang kemaksiatan dan kriminalnya. Firman Allah, “Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar.” (Al-Ankabut: 45). Dari sini kita memahami makna dari penyandingan Allah antara menyia-nyiakan shalat dengan mengikuti syahwat yang berujung kepada kesesatan. Firman Allah, “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (Maryam: 59). Kedua: Seandainya seseorang telah terlanjur terjatuh kedalam kemaksiatan dan hal ini pasti terjadi karena tidak ada menusia yang ma’shum (terjaga dari dosa) selain para nabi dan rasul, maka shalat merupakan pembersih dan kaffarat terbaik untuk itu. Rasulullah saw mengumpamakan shalat lima waktu dengan sebuah sungai yang mengalir di depan pintu rumah salah seorang dari kita, lalu dia mandi di sungai itu lima kali dalam sehari semalam, adakah kotoran ditubuhnya yang masih tersisa? Dari Abu Hurairah berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda, أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرَاً بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ؟ قَالُوا: لاَ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ، قَالَ: فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الخَمْسِ يَمْحُو الله بِهِنَّ الخَطَايَا. “Menurut kalian seandainya ada sungai di depan pintu rumah salah seorang dari kalian di mana dia mandi di dalamnya setiap hari lima kali, apakah masih ada kotorannya yang tersisa sedikit pun?” Mereka menjawab,”Tidak ada kotoran yang tersisa sedikit pun.” Rasulullah saw bersabda, “Begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim). Dari Ibnu Mas’ud bahwa seorang laki-laki mendaratkan sebuah ciuman kepada seorang wanita, lalu dia datang kepada Nabi saw dan menyampaikan hal itu kepada beliau, maka Allah menurunkan, “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (Hud: 114) Laki-laki itu berkata, “Ini untukku?” Nabi saw menjawab, “Untuk seluruh umatku.” (Muttafaq Alaihi). Ketiga: Hidup manusia tidak terbebas dari ujian dan cobaan, kesulitan dan kesempitan dan dalam semua itu manusia memerlukan pegangan dan pijakan kokoh, jika tidak maka dia akan terseret dan tidak mampu mengatasinya untuk bisa keluar darinya dengan selamat seperti yang diharapkan, pijakan dan pegangan kokoh terbaik adalah shalat, dengannya seseorang menjadi kuat ibarat batu karang yang tidak bergeming di hantam ombak bertubu-tubi. Firman Allah, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (Al-Baqarah: 45). Ibnu Katsir berkata, “Adapun firman Allah, ‘Dan shalat’, maka shalat termasuk penolong terbesar dalam keteguhan dalam suatu perkara.” Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 153). Ibnu Katsir berkata, “Allah Taala menjelaskan bahwa sarana terbaik sebagai penolong dalam memikul musibah adalah kesabaran dan shalat.” Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Hudzaefah bahwa jika Rasulullah saw tertimpa suatu perkara yang berat maka beliau melakukan shalat. (HR. Abu Dawud nomor 1319). Keempat: Hidup memiliki dua sisi, nikmat atau musibah, kebahagiaan atau kesedihan. Dua sisi yang menuntut sikap berbeda, syukur atau sabar. Akan tetapi persoalannya tidak mudah, karena manusia memiliki kecenderungan kufur pada saat meraih nikmat dan berkeluh kesah pada saat meraih musibah, dan inilah yang terjadi pada manusia secara umum, kecuali orang-orang yang shalat. Orang yang shalat akan mampu menyeimbangkan sikap pada kedua keadaan hidup tersebut. Firman Allah, “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.” (Al-Ma’arij: 19-23). Ibnu Katsir berkata, “Kemudian Allah berfirman, ‘Kecuali orang-orang yang shalat’ yakni manusia dari sisi bahwa dia memiliki sifat-sifat tercela kecuali orang yang dijaga, diberi taufik dan ditunjukkan oleh Allah kepada kebaikan yang dimudahkan sebab-sebabnya olehNya dan mereka adalah orang-orang shalat.” Sebagian dari hikmah yang penulis sebutkan di atas cukup untuk membuktikan bahwa shalat adalah ibadah mulia lagi agung di mana kita membutuhkannya dan bukan ia yang membutuhkan kita, dari sini kita mendapatkan ayat-ayat al-Qur`an menetapkan bahwa perkara shalat ini merupakan salah satu wasiat Allah kepada nabi-nabi dan wasiat nabi-nabi kepada umatnya. BAB II KESIMPULAN Dari pembahasan makalah tersebut di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, Allah adalah al-Hakim, pemilik hikmah, tidak ada sesuatu yang Dia syariatkan kecuali ia pasti mengandung hikmah, tidak ada sesuatu dari Allah yang sia-sia dan tidak berguna karena hal itu bertentangan dengan hikmahNya, dan kita sebagai manusia dengan keterbatasan tidak mungkin mengetahui dan mengungkap seluruh hikmah yang terkandung dalam apa yang Allah syariatkan dan tetapkan, apa yang kita ketahui dari hikmah Allah hanyalah sebagian kecil, dan yang tidak kita ketahui jauh lebih besar, “Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-Isra`: 85). Sekecil apapun dari hikmah Allah dalam sesuatu yang bisa kita ketahui, hal itu sudah lebih dari cukup untuk mendorong dan memacu kita untuk melakukan sesuatu tersebut karena pengetahuan tentang kebaikan sesuatu melecut orang untuk melakukannya. Ibadah shalat yang merupakan ibadah teragung dalam Islam termasuk ibadah yang kaya dengan kandungan hikmah kebaikan bagi orang yang melaksanakannya. DAFTAR PUSTAKA H. Sulaiman Rasjid. Fiqih Islam. Sinar Baru Algensindo. Bandung, 2009
Share this article :

Blog Archive

Followers

Search This Blog

Blogger Themes

Random Post

Bagaimana Pendapat Anda dengan Blog ini?

Trending Topik

EnglishFrenchGermanSpainItalianDutch

RussianPortugueseJapaneseKoreanArabic Chinese Simplified
SELAMAT DATANG
script>
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Berbagai Kumpulan Makalah - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template