Headlines News :

Lomba Blog BPJS Ketenagakerjaan

Home » » islam, iman dan ikhlas

islam, iman dan ikhlas

PENDAHULUAN Sesungguhnya segala puji hanya milik Alloh swt. Kepadanya kita memuji, meminta pertolongan, dan memohon ampunan. Dan kepadanya pula kita berlindung dari kejelekan diri kita dan kejelekan amalan kita. Barang siapa yang di beri petunjuk oleh Alloh maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang di sesatkan-nya maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Saya bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Alloh satu-satunnya, tiada sekutu baginya. Dan saya bersaksi bahwasannya Muhammad adalah hamba dan utusannya. Shalawat dan salamnya atas beliau dan atas keluarganya dan para sahabatnya. Karena di antara tugas Muhammad saw. Nabi ummat ini adalah menyucikan jiwa, sebagaimana telah alloh swt. Katakan dalam firmannya:                       Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,(Al-Jum’ah 2) IMAN Iman menurut bahasa adalah Pembenaran hati di sertai pengetahuan terhadap Tuhan yang di percayai. Menurut Syari’at ialah Pembenaran, yaitu Pengetahuan tentang Alloh dan Sifat-sifatnya di samping melakukan semua ketaatan yang wajib dan Sunnah serta menjauhi semua kesalahan dan maksiat. Boleh di katakana bahwa iman adalah Agama dan Syari’at, karena agama adalah pelaksanaan semua ketaatan dan menjauhi semia larangan. Itu adalah sifat iman. Adapun islam, maka ia termasuk iman. Setiap Iman adalah Islam dan bukanlah setiap Islam adalah Iman. Karena islam berarti penyerahan diri dan tunduk. Maka setiap orang mukmin menyerahkan diri dan tunduk kepada Alloh Ta’ala dan tidaklah setiap mukmin beriman kepada Alloh, karena boleh jadi ia masuk islam karena takut pedang. Maka iman itu mencakup banyak perkataan dan pperbuatan sehingga meliputi semua ketaatan. Sedangkan islam adalah Ibarat pengucapan dua kalimat syahadat di sertai ketenangan hati dan pelaksanaan ibadat yang lima. Demikianlah yang di katakan oleh Sayyidi Asy-Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani. Nabi SAW. bersabda : Iman adalah pengetahuan dengan hati dan perkataan dengan lisan serta pengamalan rukun-rukun . Yang dimaksud ialah Bahwa amal perbuatan adalah syarat bagi kesempatan iman, sedangkan pernyataan lisan mengungkapkan pembenaran jiwa. Demikianlah dikatakan oleh Al-Azizi dengan mengutipkan dari Ibnu Hajar. (H.R. Ibnu Majah dan Thabrani dari Ali dan ia hadis dlo’if) Nabi SAW. Bersabda : Iman itu telanjang dan pakaiannya adalah ketakwaan , perhiasannya adalah rasa malu dan buahnya adalah Ilmu. Yang dimaksud ialah pembersihan hati dari dosa-dosa dan rasa malu terhadap Allah Ta’ala untuk mengerjakan larangan-nya dan ilmu yang disertai amal. Nabi SAW. Bersabda : Tiada iman bagi siapa yang tidak memelihara amanat. Yakni orang mukmin itu siapa yang di amanati oleh orang banyak untuk menjaga diri dan harta mereka. Maka siapa yang berkhianat dan berbuat dzalim bukanlah seorang mukmin. Nabi SAW. Bermaksud menafikan kesempurnaan, bukan hakikat iman. ( H.R. Ahmad dan Ibnu Hibban dari Anas ). Nabi SAW. Bersabda: لاَيُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَى يُحِبُ لاَ خِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ “Tidaklah seorang dari kamu beriman sempurna, hingga ia menyukai pada saudaranya apa yang ia sukai pada dirinya.” ( H.R. Ahmad, Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Nasa’iy, dan Ibnu Majah dan Anas ). Berkata Ibrahim Asy- Syabarkhti: di sebutkan dalam riwayat Al-Isma’ili : “Hingga ia menyukai pada saudaranya yang muslim kebaikan yang ia sukai untuk dirinya.” Yang jelas : Ungkapan saudara muslim berlaku secara umum. Karena patutlah setiap muslim menyukai orang kafir yang masuk islam dan berbagai ketaatan yang di lakukannya. Berkata An-Nawawi dalam Syarh Al-Arba’in dan Ibnu Imaad : Yang lebih utama ialah mengartikan hal itu sebagai persaudaraan secara umum hingga meliputi orang kafir dan muslim.maka ia menyukai saudaranya yang kafir bila masuk islam sebagaiman ia menyukai saudaranya yang muslim tetap dalam islam. Itulah sebabnya di anjurkan berdoa agar oaring kafir mendapat hidayah. Nabi SAW. Bersabda : “Iman itu tempatnya di dalam dada orang mukmin dan tidaklah iman itu menjadi sempurna, kecuali dengan menyempurnakan amalan-amalan Fardhu dan Sunnah. Tidaklah iman menjadi rusak, kecuali dengan mengingkari amalan-amalan Fardhu dan Sunnah. Maka siapa yang mengurangi satu amalan fardhu tanpa mengingkari kewajibannya, ia pun di hukum atas perbuatannya. Dan siapa menyempurnakan amalan-amalan fardhu, wajiblah shorga baginya”. Kemudian apabila ia menyempurnakan Sunnah-sunnah, maka bertambahlah derajatnya di surga. Wallohu a’lam. Berkata As-Suyuthi dalam An-Nuqayah : Orang mukmin yang sempurna dalam imannya ialah siapa yang sempurna cabang-cabang iman padanya.barang siapa berkurang salah satu cabangnya, ia pun berkurang imannya sesuai dengan kadarnya. Para ulama Salaf sepakat, Bahwa iman itu bertambah dan berkurang. Pertambahannya dengan melakukan ketaatan dan kekurangannya dengan melakukan berbagai maksiat. Cabang-cabang iman ada enam puluh lebih sediki atau tujuh puluh lebih sedikit, sebagaiman di riwayatkan oleh Syaikhain. Atau 76 bagian atau 77 bagian sebagaiman di sebutkan dalam Hadist yang di riwayatkan oleh Abu Uwanah. Atau 64 bagian sebagaimana di riwayatkan oleh Tirmidzi. Berkata Sayyidi As-Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani : Kita beritikad bahwa Iman ialah Ucapan dengan lisan dan penetahuan dengan hati seta pengamalan rukun-rukun. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kedurhakaan. Ia menjadi kuat dengan ilmu dan menjadi lemah dengan kebodohan. Dengan taufiq ia terwujud. Sebagaimana di riwayatkan dari Ibnu Abbas, Abu Hurairah, dan Abi Darda’,Bahwa mereka berkata “ Iman itu bertambah dan berkurang”. Pertambahan iman terjadi setelah memastikan pelaksanaan perintah dan meninggalkan larangan dan menerima takdir, tidak menyanggal Alloh Azza Wa Jalla mengenai perbuatan-Nya terhadap semua makhluk-Nya, tidak mergukan semua janji- Nya mengenai rezeqi, bertawakal kepada-Nya, berserah diri dan bersabar atas cobaan, mensyukuri nikmat, mensucikan al-haq dan tidak menuduh-Nya dalam seluruh keadaan. Adapun shalat dan puasa semata-mata, makia tidaklah menambah iman. Berkata Al-Ghazali : Amal tidak termasuk bagian-bagian iman dan rukun keberadaanya, tetapi tambahan yang menambahinya. Yang bertambah itu dan yang berkurang itu ada sedangkan sesuatu itu tidak bertambah dengan sendirinya. Maka tidak boleh di katakana : Manusia menambah kepalanya, tetapi di katakan : ia menambah janggutnya dan kegemukannya. Tidak boleh di katakan shalat itu bertambah dengan rukuk dan sujud, tetapi bertambah dengan adab-adab dan sunnah-sunnah. Ini penegasan bahwa iman mempunyai wujud, kemudian setelah wujud, berbeda keadaanya dengan pertambahan dan kekurangan. Nabi SAW. Bersabda : Iman itu ada dua bagian. Separuh dalam kesabaran ( Dari perbuatan yang di haramkan ) dan Separuh dalam rasa syukur ( Dengan mengamalkan ketaatan ). ( H.R. Baihaqi dari Anas ). Nabi SAW. Bersabda : Alloh SWT. Menciptakan iman dan menghiasinya seta memujinya dengan kemurahan hati dan rasa malu. Dan Alloh SWT. Kufur dan mencelanya dengan kekikiran dan kedurhakaan. Nabi SAW. Bersabda : Apabila penghuni surga memasuki surga dan penghuni neraka memasuki neraka, Alloh Ta’ala menyuruh mengeluarkan dari neraka siapa yang di dalam hatinya terdapat Iman sebesar Biji Sawi. Di riwayatkan oleh Bukhari dari Abi Said Al-Khudri dari Nabi SAW. : Beliau bersabda : Penghuni surga memasuki surga dan penghuni neraka memasuki neraka, kemudian Alloh Ta’ala berkata ( Kepada para malaikat ) : Keluarkanlah dari neraka siapa yang di dalam hatinya terdapat iman sebesar biji sawi. Maka mereka di keluarkan dari situ dan muka mereka telah hitam, lalu di masukan dalam sungai kehidupan, hingga mereka tumbuh sebagaimana biji yang tumbuh di samping sungai yang banjir. ISLAM Islam aadalah agama yang di bawa oleh nabi Muhammad saw. Dengan islam alloh mengakhiri serta menyempurnakan agama-agama lain untuk para hambanya. Dengan islam pula, alloh menyempurnakan kenikmatanya dan meridhai islam sebgai dien nya. Oleh karena itu tidak ada lain yang patut di terima, selain islam. Alloh saw berfirman: •           •  Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.(al-ahzab)               pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. (al-maidah:3) •      Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. (al imran :19).               Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.(Al-Imran :85) Alloh telah mewajibkan seluruh umat manusia agar memeluk agama islam karena alloh. Hal ini sebagaimana telah di firmankan –nya kepada rosulnya:   •     •                 •      •    Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk".(al-a’raf:158) Dan Abu Hurairah R.A, di katakana Bahwa Rosululloh Saw. Bersabda: وَالَّذِى نَفْسَ مُحَمَدٍ بِيَدِهِ , لاَ يَسْمَعُ بِى اَحَدٌ مِنْ هَذِهِ اْلاُمَةِ يَهُوْدِى وَلاَنَصْرَنِى ثُمَّ يَمُوْتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِى اُرْسِلْتُ بِهِ اِلاَّكاَنَ مِنْ اَحْحَابِ النَّارِ “Demi Tuhan yang jiwa Muhammad SAW. Berada di tangannya,tidak seorang pun dar umat ini ,baik orang yahudi maupun nasrani, yang mendengar tentang aku, kemudian mati dalam kondisi tidak beriman terhadap sesuatu yang aku di utus karenanya kecuali dia termasuk penghuni neraka.( H.R Muslim) Mengimani Nabi SAW. Artinya , Membenarkan dengan penuh penerimaan dan kepatuhan terhadap segala yang di bawanya, bukan hanya membenarkan semata. Oleh karena itulah Abu Tholib ( Paman Nabi SAW ) di katakana bukan orang yang mengimani Nabi Saw. Walaupun ia membenarkan apa yang di bawa oleh keponakannya itu dan dia juga mengakui bahwa Islam adalah Agama yang terbaik. Agama Islam mencakup seluruh Kemaslakhatan yang di kandung oleh Agama-agama terdahulu. Islam mempunyai keistimewaan, yaitu Relevan untuk setiap Masa, Tempat dan Umat. Alloh berfirman kepada Rosulnya:           •   “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; ( Al-Maidah:48) Islam di katakana Relevan untuk setiap Masa, Tempat dan Umat. Maksudnya adalah Bepegang Teguh pada Islam tidak akan menghilangkan kemaslahatan umat di setiap waktu dan tempat. Bahkan dengan islam akan menjadi lebih baik. Tetapi bukan berarti islam tunduk pada waktu, tempat dan umat, seperti yang di kehendaki pada setiap orang, Agama Islam adalah Agama yang Benar.Alloh menjamim kemenangan kepada orang yang memegangnya dengan baik. Hal ini di sebutkannya dalam Firmannya:                “Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.( At-Taubah 33)        •              •                    “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.( An-Nur 55) Agama islam merupakan aqidah dan syariat. Islam adalah agama yang sempurna alam aqidah dan syariat, karena: 1. memerintahkan bertauhid terhadap alloh swt. Dan melarang syirik 2. memerintahkan bersikap jujur dan melarang berbuat bohong / dusta. 3. memerintahkan bebuat adil dan melarang perbuatan lalim 4. memerintahkan untuk bersikap amanat dan melarang khianat 5. memerintahkan untuk menepati janji dan melarang ingkar janji 6. memerintahkan bebakti kepada ibu bapak serta melarang mendurhakainya 7. memerintahkan bersilaturahmi / menyambunng hubungan dengan kerabat dekat, serta melarang memutuskannya 8. memerintahkan berbuat baik dengan tetangga melarang berbuat jahat kepada mereka.  •                  Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.(An Nahl 90). IKHLAS Ikhlas adalah membersihkan niat untuk mendekatkan diri kepada alloh swt. Dari segala dosa. Ada pula yang mengatakan bahwa ia adalah Menunggalkan ( mengesakan ) Alloh SWT. Dengan tujuan Dalam Ketaatan. Ada pula yang mengatakan bahwa ia adalah Melupakan pandangan makhluk dengan semata-mata memandang kepada Al-Khaliq. Ikhlas adalah Syarat di terimanya amal shalikh yang sesuai dengan sunnah Rosullulloh Saw. Alloh SWT. Telah memerintahkan hal itu kepada kita. Ia Berfirman:             •      “ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (Al- Bayyinah 5 ) Dari Abu Umarah R.A. Berkata Bahwa, Seorang Datang kepada Rosullulloh SAW. Lalu bertanya,” Apa pendapat Baginda dengan orang yang berperang mencari pahala, sekaligus mencari popularitas, Apa yang akan ia peroleh? “Rosullulloh SAW. Menjawab,”Tidak mendapat apa-apa”. Orang itu mengulangi lagi pertanyaanya hingga tiga kali, namun setiap kali itu pula Beliau SAW. Menjawab,” Ia tidak mendapat apa-apa”, kemudian Bersabda,” Sesungguhnya Alloh SWT. Tidak menerima suatu amal kecuali yang hanya murni untuknya dan hanya untuk mendapatkan ridhanya. ( H.R. Abu Daud dan Nasa’i dengan pensanadan yang baik) Dari Abu Said Al-Khudri R.A. Dari Nabi SAW bahwa pada kesempatan haji wada’ Beliau bersabda,” Semoga Alloh mencerahkan orang yang mendengar ucapanku lalu menyimpannya, boleh jadi orang yang membawa fiqih adalah bukan seorang fakih. Ada tiga golongan yang jika berada di atasnya , hati seorang mukmin tidak akan rusak; ikhlas beramal karena alloh, menasihati para pemimpin kaum muslimin, dan tetap berada di dalam jamaah mereka. “ ( Di Riwayatkan oleh Al-Bazzar dengan Sanad Hasan dan di Riwayatkan pula oleh Ibnu Hibban dalam Sahihnya) Artinya dengan hal ketiga inilah hati dapat di perbaiki, barang siapa yang menyandangnya, akan bersih hatinya dari khianat , kerusakan dan keburukan. Seorang hamba tidak akan terbebas dari setan kecuali dengan ikhlas, sebagaimana firmannya,” kecuali hamba-hambamu di antara mereka yang ikhlas.” Di riwayatkan bahwa seorang salih dulu mengatakan kepada dirinya sendiri ,” wahai diri, ikhlaslah niscaya kau terbebas”. Ikhlas adalah Pembersihan hati dari segala noda, sedikit maupun banyak, hingga maksud Taqarrub kepada Alloh itu benar-benar bersih dan tidak ada dorongan selainnya. Hal semacam ini tidak mungkin terjangkau kecuali oleh orang yang mencintai alloh dan perhatiannya hanya tertuju pada akhirat, di man cinta kepada dunia tidak dapat menetap di dalam hatinya. Semacam itulah jika ia makan, minum atau membuang hajat, bersih amalnya lagi baik niatnya. Yang tidak demikian, pintu keikhlasan tertutup baginya kecual pada kalangan terbatas. Hati manusia yang di dominasi oleh Cinta kepada Alloh dan Akhirat, segala kebiasaan hidupnya akan di pengaruhi oleh sifat kecintaannya kepada Alloh dan Akhirat, sehingga menjadi ikhlas. Sebaliknya jiwa yang di dominasi oleh dunia, jabatan dan kekuasaan, atau apa saja selain alloh, yaitu segala hal yang bukan untuk mendapatkan Ridha Alloh, seluruh geraknya akan di pengaruhi oleh sifat itu, sehingga ibadahnya, puasanya, shalatnya dn semua aktivitasnya tidak akan selamat kecuali hanya sedikit saja. Di riwayatkan dari sebagian Salaf, bahwa ia selalu shalat pada shaf pertama, tetapi pada suatu hari ia terlambat sehingga harus shalat pada shaf kedua. Akhirnya ia merasa malu karena orang-orang melihatnya pada shaf kedua. Dengan itu ia menyadari bahwa kesenangan dan ketenteramannya dengan shalat pada shaf pertama waktu itu karena orang melihatnya. Ini adalah hal yang sangat lembut dan tersembunyi, jarang sekali amal perbuatan yang terbebas dari hal-hal sejenis, sedikit sekali orang yang menyadarinya, kecuali orang yang mendapatkan Taufiq dari Alloh SWT. Orang-orang yang melalaikan hal ini, pada hari kiamat nanti akan melihat kebaikannya akan mejadi keburukan. Dan inilah yang di maksud oleh firmannya:                “Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan. dan (jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat ,( Az-Zumar 47 ) Dan firmannya:        •       •  •  Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.( Al-Kahfi 103-104 ) SEBAGIAN ATSAR TENTANG IKHLAS Ya’qub mengatakan:“Orang yang ikhlas adalah Orang yang menyembunyikan kebaikan-kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan keburukan-keburukannya. As-Sanusi mengatakan:” Ikhlas adalah Tidak melihat keikhlasan, karena orang yang menyaksikan dalam keikhlasannya ada keikhlasan berarti ia masih membutuhkan keikhlasan.” Semua ini menunjuk kepada pembersihan amal dari rasa ujub terhadap perbuatan yang di lakukan, demikian itu karena menoleh kepada keikhlasan dan melihatnya adalah ujub, termasuk penyakit hati, yang bersih adalah yang bebas dari segala penyakit. Ayyub mengatakan: “Pembersihan niat pada orang-orang yang beramal lebih berat dibanding seluruh amal itu sendiri.” Sebagian mereka mengatakan, “Keikhlasan sesaat adalah Keselamatan abadi, tapi ikhlas itu berat.” Suhail di Tanya: “apakah yang paling berat bagi jiwa?” ia menjawab, “ikhlas, karena jiwa tidak mempunyai tempat di dalamnya.” Al-fudhail berkata, “ Meninggalkan amal karena manusia adalah Riya’, beramal karena manusia adalah syirik, ikhlas adalah jika alloh membebaskan anda dari keduanya. KESIMPULAN Iman menurut bahasa adalah Pembenaran hati di sertai pengetahuan terhadap Tuhan yang di percayai. Menurut Syari’at ialah Pembenaran, yaitu Pengetahuan tentang Alloh dan Sifat-sifatnya di samping melakukan semua ketaatan yang wajib dan Sunnah serta menjauhi semua kesalahan dan maksiat. Boleh di katakana bahwa iman adalah Agama dan Syari’at, karena agama adalah pelaksanaan semua ketaatan dan menjauhi semia larangan. Itu adalah sifat iman. Adapun islam, maka ia termasuk iman. Setiap Iman adalah Islam dan bukanlah setiap Islam adalah Iman. Nabi SAW. bersabda : Iman adalah pengetahuan dengan hati dan perkataan dengan lisan serta pengamalan rukun-rukun . Yang dimaksud ialah Bahwa amal perbuatan adalah syarat bagi kesempatan iman, sedangkan pernyataan lisan mengungkapkan pembenaran jiwa. Demikianlah dikatakan oleh Al-Azizi dengan mengutipkan dari Ibnu Hajar. (H.R. Ibnu Majah dan Thabrani dari Ali dan ia hadis dlo’if) Cabang-cabang iman ada enam puluh lebih sediki atau tujuh puluh lebih sedikit, sebagaiman di riwayatkan oleh Syaikhain. Atau 76 bagian atau 77 bagian sebagaiman di sebutkan dalam Hadist yang di riwayatkan oleh Abu Uwanah. Atau 64 bagian sebagaimana di riwayatkan oleh Tirmidzi. Islam aadalah agama yang di bawa oleh nabi Muhammad saw. Dengan islam alloh mengakhiri serta menyempurnakan agama-agama lain untuk para hambanya. Dengan islam pula, alloh menyempurnakan kenikmatanya dan meridhai islam sebgai dien nya. Oleh karena itu tidak ada lain yang patut di terima, selain islam. Alloh saw berfirman: •           •  Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.(al-ahzab)               pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. (al-maidah:3) Agama islam merupakan aqidah dan syariat. Islam adalah agama yang sempurna alam aqidah dan syariat, karena: 1. memerintahkan bertauhid terhadap alloh swt. Dan melarang syirik 2. memerintahkan bersikap jujur dan melarang berbuat bohong / dusta. 3. memerintahkan bebuat adil dan melarang perbuatan lalim 4. memerintahkan untuk bersikap amanat dan melarang khianat 5. memerintahkan untuk menepati janji dan melarang ingkar janji 6. memerintahkan bebakti kepada ibu bapak serta melarang mendurhakainya 7. memerintahkan bersilaturahmi / menyambunng hubungan dengan kerabat dekat, serta melarang memutuskannya 8. memerintahkan berbuat baik dengan tetangga melarang berbuat jahat kepada mereka. Ikhlas adalah membersihkan niat untuk mendekatkan diri kepada alloh swt. Dari segala dosa. Ada pula yang mengatakan bahwa ia adalah Menunggalkan ( mengesakan ) Alloh SWT. Dengan tujuan Dalam Ketaatan. Ada pula yang mengatakan bahwa ia adalah Melupakan pandangan makhluk dengan semata-mata memandang kepada Al-Khaliq. Ikhlas adalah Syarat di terimanya amal shalikh yang sesuai dengan sunnah Rosullulloh Saw. Alloh SWT. Telah memerintahkan hal itu kepada kita. Ia Berfirman:             •      “ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (Al- Bayyinah 5 ) Dari Abu Umarah R.A. Berkata Bahwa, Seorang Datang kepada Rosullulloh SAW. Lalu bertanya,” Apa pendapat Baginda dengan orang yang berperang mencari pahala, sekaligus mencari popularitas, Apa yang akan ia peroleh? “Rosullulloh SAW. Menjawab,”Tidak mendapat apa-apa”. Orang itu mengulangi lagi pertanyaanya hingga tiga kali, namun setiap kali itu pula Beliau SAW. Menjawab,” Ia tidak mendapat apa-apa”, kemudian Bersabda,” Sesungguhnya Alloh SWT. Tidak menerima suatu amal kecuali yang hanya murni untuknya dan hanya untuk mendapatkan ridhanya. ( H.R. Abu Daud dan Nasa’i dengan pensanadan yang baik)
Share this article :

Blog Archive

Followers

Search This Blog

Blogger Themes

Random Post

Bagaimana Pendapat Anda dengan Blog ini?

Trending Topik

EnglishFrenchGermanSpainItalianDutch

RussianPortugueseJapaneseKoreanArabic Chinese Simplified
SELAMAT DATANG
script>
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Berbagai Kumpulan Makalah - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template