BAB I
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perenialisme dan Esensialisme
1.
Perenialisme
Perenialisme
merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh.
Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal atau selalu.
Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.
Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan
sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan
mundur ke belakang, dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip prinsip
umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat, kukuh pada zaman kuno dan
abad pertengahan. Dalam pendidikan, kaum perenialis berpandangan bahwa dalam
dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta mambahayakan tidak ada satu
pun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan, serta
kestabilan dalam perilaku pendidik. Mohammad Noor Syam (1984) mengemukakan
pandangan perenialis, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat
perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme
memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan
manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.
2.
Essensialisme
Esensialisme
adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada
sejak peradaban umat manusia. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus
berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang
memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Menurut esensialisme pendidikan harus bertumpu pada nilai-nilai yang telah
teruji ketangguhannya, dan kekuatannya sepanjang masa sehingga nilai-nilai yang
tertanam dalam warisan budaya / sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang
berbentuk secara berangsur-angsur melalui kerja keras dan susah payah selama
beratus tahun, di dalam telah teruji dalam gagasan-gagasan dan cita-cita yang
telah teruji dalam perjalanan waktu.
B.
Latar Belakang Munculnya
1.
Perenialisme
Di
zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang
kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengembalikan
keadaan krisis ini, maka perenialisme memberikan jalan keluur yaitu berupa
kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji
ketangguhannya. Untuk itulah pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat
perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Jelaslah
bila dikatakan bahwa pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kepada masa
lampau, karena dengan mengembalikan keapaan masa lampau ini, kebudayaan yang
dianggap krisis ini dapat teratasi melalui perenialisme karena ia dapat
mengarahkan pusat perhatiannya pada pendidikan zaman dahulu dengan sekarang.
Perenialisme rnemandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang
berpengaruh baik teori maupun praktek bagi kebuoayaan dan pendidikan zaman
sekarang. Dari pendapat ini sangatlah tepat jika dikatakan bahwa perenialisme
mcmandang pendidikan itu sebagai jalan kembali yaitu sebagai suatu proses
mengembalikan kebudayaan sekarang (zaman modern) in terutama pendidikan zaman
sekarang ini perlu dikembalikan kemasa lampau. Perenialisme merupakan aliran
filsafat yang susunannya mempunyai kesatuan, di mana susunannya itu merupakan
hasil pikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk bersikap yang
tegas dan lurus. Karena itulah perenialisme berpendapat bahwa mencari dan
menemukan arah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat
khususnya filsafat pendidikan. Setelah perenialisme menjadi terdesak karena
perkembangan politik industri yang cukup berat timbulah usaha untuk bangkit
kembali, dan perenialisme berharap agar manusia kini dapat memahami ide dan
cita filsafatnya yang menganggap filsafat sebagai suatu azas yang komprehensif
Perenialisme dalam makna filsafat sebagai satu pandangan hidup yang bcrdasarkan
pada sumber kebudayaan dan hasil-hasilnya
2.
Essensialisme
Esensialisme
muncul pada zaman Renaissance, ia memberikan dasar berpijak pada pendidikan
yang penuh flexibilitas dimana terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada
keterkaitan dengan doktrin tertentu. Dengan demikian Renaissance adalah pangkal
sejarah timbulnya konsep-konsep pikir esensialisme, karena timbul di zaman itu,
esensialisme adalah konsep meletakkan ciri modern. Aliran muncul sebagai reaksi
terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis, abad pertengahan. Maka disusunlah
konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang
memenuhi tuntutan zaman.
C.
Tokoh Penggagas dan Pendapatnya
1.
Perenialisme
Aristoteles:
Filsafat perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philosophia Perenis.
Pendiri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles sendiri, kemudian
didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas sebagai pemburu dan reformer
utama dalam abad ke-13. Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan
aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan
konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang. Sikap ini bukanlah nostalgia
(rindu akan hal-hal yang sudah lampau semata-mata) tetapi telah berdasarkan
keyakinan bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi abad sekarang.
Jadi sikap untuk kembali kemasa Iampau itu merupakan konsep bagi perenialisme
di mana pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau dengan
berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang ini.
Plato: Asas-asas filsafat perenialisme bersumber pada filsafat, kebudayaan yang
mempunyai dua sayap, yaitu perenialisme yang theologis yang ada dalam
pengayoman supermasi gereja Katholik, khususnya menurut ajaran dan interpretasi
Thomas Aquinas, dan perenialisme sekular yakni yang berpegang kepada ide dan
cita filosofis Plato dan Aristoteles. Pendapat di atas sejalan dengan apa yang
dikemukakan H.B Hamdani Ali dalam bukunya filsafat pendidikan, bahwa
Aristoteles sebagai mengembangkan philosophia perenis, yang sejauh mana
seseorang dapat menelusuri jalan pemikiran manusia itu sendiri. ST. Thomas
Aquinas telah mengadakan beberapa perubahan sesuai dengan tuntunan agama
Kristen tatkala agama itu datang. Kemudian lahir apa yang dikenal dengan nama
Neo-Thomisme. Tatkala Neo-Thomisme masih dalam bentuk awam maupun dalam paham
gerejawi sampai ke tingkat kebijaksanaan, maka ia terkenal dengan nama
perenialisme. Pandangan-pandangan Thomas Aquinas di atas berpengaruh besar
dalam lingkungan gereja Katholik. Demikian pula pandangan-pandangan aksiomatis
lain seperti yang diutarakan oleh Plato dan Aristoteles. Lain dari itu juga
semuanya mendasari konsep filsafat pendidikan perenialisme. Neo-Scholastisisme
atau Neo-Thomisme ini berusaha untuk menyesuaikan ajaran-ajaran Thomas Aquinas
dengan tuntutan abad ke dua puluh. Misalnya mengenai perkembangan ilmu
pengetahuan cukup dimengerti dan disadari adanya. Namun semua yang bersendikan
empirik dan eksprimentasi hanya dipandang sebagai pengetahuan yang fenomenal,
maka metafisika mempunyai kedudukan yang lebih penting. Mengenai manusia di
kemukakan bahwa hakikat pengertiannya adalah di tekankan pada sifat
spiritualnya. Simbol dari sifat ini terletak pada peranan akal yang karenanya,
manusia dapat mengerti dan memaham'i kebenaran-kebenaran yang fenomenal maupun
yang bersendikan religi (Bamadib, 1990: 64-65). Jadi aliran perenialisme dipakai
untuk program pendidikan yang didasarkan atas pokok-pokok aliran Aristoteles
dan S.T Thomas Aquinas. Tokoh-tokoh yang mengembangkan ini timbul dari
lingkungan agama Katholik atau diluarnya.
2.
Essensialisme
Adapun
pandangan tentang pendidikan dari tokoh pendidikan Renaisans yang pertama: a.
Johan Amos Cornenius (1592-1670) yaitu agar segala sesuatu diajarkan melalui
indra, karena indra adalah pintu gerbangnya jiwa. b. Johan Frieddrich Herbart
(1776-1841) mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa
seseorang dengan kebijaksanaan Tuhan artinya adanya penyesuaian dengan hukum
kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu oleh Herbart disebut
pengajaran. c. William T. Harris (1835-1909) tugas pendidikan adalah menjadikan
terbukanya realitas berdasarkan susunan yang tidak terelakkan dan bersendikan
ke kesatuan spiritual sekolah adalah lembaga yang memelihara nilai-nilai yang
turun menurut, dan menjadi penuntun penyesuaian orang pada masyarakat.
D.
Karakteristik Pendidikannya
Ditinjau
dari segi Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi 1. Perenialisme a. Pandangan
secara Ontologi Ontologi perennialisme terdiri dari pengertian-pengertian
seperti benda individuIl, esensi, aksiden dan substansi. Perennialisme
membedakan suatu realita dalam aspek-aspek perwujudannya menurut istilah ini.
Benda individual disini adalah bend a sebagaimana nampak diha¬dapan manusia dan
yang ditangkap dengan panca indera seperti batu, lembu, rumput, orang dalam
bentuk, ukuran, warna dan aktifitas tertentu. b. Pandangan Epistemologis
Perennialisme Perenialisme berpendapat bahwa segala sesuatu yang dapat
diketahui dan merupakan kenyataan adalah apa yang terlindung pada kepercayaan.
Kebenaran adalah sesuatu yang menunjukkan kesesuaian an tara
pikir dengan benda-benda. Benda-benda disini maksudnya adalah hal-hal yang
adanya bersendikan atas prinsip-prinsip keabadian. lni berarti bahwa perhatian
mengenai kebenaran adalah perhatian mengenai esensi dari sesuatu. Kepercayaan
terhadap kebenaran itu akan terlindung apabila segala sesuatu dapat diketahui
dan nyata. Jelaslah bahwa penge¬tahuan itu inerupakan hal yang sangat penting
karena ia merupakan pengolahan akal pikiran yang konsekuen. c. Pandangan
Aksiologi Perennialisme Perenialisme memandang masalah nilai berdasarkan azas-azas
supernatural, yakni menerima universal yang abadi. Dengan azas seperti itu,
tidak hanya ontologi dan epistemologi yang didasarkan atas prinsip teologi dan
supernatural, melainkan juga aksiologi. Khususnya dalam tingkah laku manusia,
maka manusia sebagai subyek telah memiliki potensi-potensi kebaikan sesuai
dengan kodratnya, di samping itu adapula kecenderungan-kecenderungan dan
dorongan-dorongan kearah yang tidak baik. 2. Essensialisme a. Pandangan secara
Ontologi Sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu konsep
bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan
tiada ada pula. Pendapat ini berarti bahwa bagaimana bentuk, sifat, kehendak
dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada. Tujuan
umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat.
Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu
menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esenisalisme semacam
miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan
keagungan. Maka dalam sejarah perkembangannya, kurikulum esensialisme
menerapkan berbagai pola idealisme, realisme dan sebagainya. b. Pandangan
secara Epistemologi Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah
jalan untuk mengerti epistemologi esensialisme. Sebab jika manusia mampu
menyadari realita scbagai mikrokosmos dan makrokosmos, maka manusia pasti
mengetahui dalam tingkat atau kualitas apa rasionya mampu memikirkan
kesemestiannya. Berdasarkan kualitas inilah dia memperoduksi secara tepat
pengetahuannya dalam benda-benda, ilmu alam, biologi, sosial, dan agama. c.
Pandangan secara Aksiologi Pandangan ontologi dan epistemologi sangat
mempengaruhi pandangan aksiologi. Bagi aliran ini, nilai-nilai berasal,
tergantung pada pandangun-pandangan idealisme dan realisme sebab essensialisme
terbina aleh kedua syarat tersebut.
BAB II
KESIMPULAN
Dari
pembahasan tersebut diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, Essensialisme
–essensi (pokok)- merupakan aliran yang memandang terhadap pendidikan harus
didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban
manusia. Aliran ini berpedoman pada peradaban sejak zaman Renaissance. Pada
zaman Renaissance telah berkembang dengan megahnya usaha-usaha untuk
menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta kebudayaan purbakala,
terutama di zaman Yunani dan Romawi. Dalam zaman Renaissance muncul tahap-tahap
pertama dari pemikiran essensialis yang berkembang selanjutnya sepanjang perkembangan
zaman Renaissance itu sendiri. Pada zaman modern sekarang ini dikembangkan lagi
oleh para pengikut dan simpatisan ajaran aliran filsafat tersebut, sehingga
menjadi aliran filsafat yang teguh berdiri sendiri, yang mempunyai ciri-ciri
utama yang berbeda dengan aliran progressivisme. Perbedannya yang utama adalah
memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana
serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin
tertentu. Essensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada
nilai-nilai yang memilki kejelasan dan tahan lama, yang memberikan kestabilan
dan nilai-nilai terpilih yang tertata dan jelas. Perennialisme diambil dari
kata perennial, yang artinya kekal atau abadi. Dari makna yang terkandung dalam
kata itu, aliran perennialisme mengandung kepercayaan filasafat yang berpegang
pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi. Aliran filsafat ini
termasuk pendukung yang kuat dari filsafat essensialisme. Pendiri utama dari filsafat
ini adalah Aristoteles yang kemudian didukung dan dilanjutkan oleh Thomas
Aquinas, sebagai reformer utama pada abad ke-13. Dengan melihat kehidupan zaman
modern telah menimbulkan banyak krisis, di bidang kehidupan umat manusia. Untuk
mengatasi krisis ini, perennialisme memberikan jalan keluar berupa “regressive
road to culture”. Oleh sebab itu perennialisme memandang penting peranan
pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan manusia zaman modern ini kepada
kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal, untuk supaya sikap yang
membanggakan kesuksesan dan memulihkan kepercayaan pada nilai-nilai asasi masa
silam.
DAFTAR PUSTAKA
Idi
Abdullah, Jalaluddin. Filsafat Pendidikan. Jakarta:
Gaya Media
Pratama, 1997. http://pendidikan-infogue.com/aliran-aliran pendidikan.
http://www.pak guru online pendidikan.net/buku tua pak guru dasar
Kppd/htme//top. http://one.indosskripsi.com / aliran-aliran pendidikan