BAB I
PEMBAHASAN
A. Hakikat
Ilmu Pengetahuan
Menurut
Quraish Shihab, kata ilmu dalam berbagai bentuk terdapat 854 kali dalam
al-Qur'an. Kata ini digunakan dalam proses pencapaian tujuan. Ilmu dari segi
bahasa berarti kejelasan. Jadi ilmu pengetahuan adalah pengetahaun yang jelas
tentang sesuatu. Pengetahuan yang tidak jelas dari segi ontology, epistimologi,
maupun aksiologi di dalam Islam tidak dianggap sebagai ilmu walaupun orang
menyebutnya ilmu juga. Persoalan hakikat ilmu pengetahuan atau apa sebenarnya
pengetahuan (ontology) telah menjadi perdebatan antara kaum materialis dan kaum
idealis. Kaum materialis hanya mengenal pengetahuan yang bersifat empiris,
dengan pengertian bahwa pengetahuan hanya diperoleh dengan menggunakan akal
atau indera yang bersifat empiris dan terdapat di alam materi yang ada di dunia
ini. Sedangkan menurut kaum idealis, termasuk Islam, ilmu pengetahuan bukan
hanya diperoleh dengan perantaraan akal dan indera yang bersifat empiris saja,
tetapi juga ada pengetahuan yang bersifat immateri, yaitu ilmu pengetahuan yang
berasal dari Allah sebagai khaliq (Pencipta) pengetahuan tersebut.
B. Perintah
al-Qur'an Untuk Mencari, Menemukan Dan Mempelajari Ilmu
Perintah
al-Qur'an untuk mencari ilmu dapat dipahami dari dua aspek: 1. Al-Qur'an
menyusuh manusia menggunakan akal Ratio (akal) adalah merupakan salah satu dari
perangkat anugerah (hidayah) yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Manurut
Syekh Muhammad Abduh, anugerah yang diberikan oleh Allah kepada manusia
meliputi: tè÷)É=èqbt %è=èq>Ò ;mlçNö ùsGt3äqbt #${FöÚÇ ûÎ o¡Åçr#( &rùs=nOó ?sè÷Jy w ùs*ÎX•kp$ ( 5Íkp$ o¡óJyèãqbt äu#s#b× &rr÷ 5Íkp$! ÈÏÍÇ #$9ÁßrÍ ûÎ #$9©LÉÓ #$9ø)à=èq>Ü ?sè÷Jy ru9s»3Å` #${F/öÁ|»ã
Artinya: "Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai
hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan
itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,
tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada." (QS. Al-Hajj: 46)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. #$9©ø@È ru#$z÷FÏ=n»#É ru#${FöÚÇ #$9¡¡Jy»quºNÏ zy=ù,È ûÎ )Îc ÈÉÒÊÇ #${F9ø6t»=É {[Tr'<Í yUt»M; ru#$9]•kp$Í Artinya:
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal," (QS.
Ali Imran: 190) 2. Al-Qur'an menyuruh manusia meneliti alam semesta Alam
semesta merupakan realitas yang dihadapi manusia, yang sampai kini baru
sebagian kecil yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagian terbesar
masih merupakan suatu misteri, yang tidak dikenal oleh manusia betapapun
kemajuan yang telah mereka capai dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Al-Qur'an menyuruh manusia meneliti alam semesta ini adalah agar manusia
mengetahui tanda-tanda kekuasaan Allah dan rahasia Allah dan rahasia-rahasia
yang terkandung di dalamnya demi kepentingan manusia sendiri.l sebab tanpa
meneliti dan mengkaji alam itu manusia tidak akan memperoleh kemajuan dalam
hidupnya. Kebutuhan manusia di dunia ini semakin lama semakin bertambah banyak.
Apalagi manusia semakin berkembang biak memadati bumi sehingga mereka harus
berjuang untuk mengatasi berbagai problema yang diakibatkan oleh pertumbuhannya
itu. Salah satu dari akibat itu adalah berkurangnya sumber-sumber kehidupan di
alam yang sudah diketahui oleh manusia. Oleh karenanya, manusia harus berupaya
dengan sekeras-kerasnya untuk menemukan sumber-sumber baru buat kelanjutan
hidup mereka. Diantara ayat-ayat yang menyuruh untuk meneliti alam semesta ini,
yaitu firman Allah SWT; ?èóø_ÍÓ ruBt$ 4 ru#${FöÚÇ #$9¡¡Jy»quºVÅ ûÎ Bt$s# #$RàÝãr#( %è@È ÈÊÉÊÇ ãs÷BÏZãqbt w %sqöQ7 ãt` ru#$9Yäâ #$yFt»Mà Artinya:
"Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi.
tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". (QS. Al-Yunus: 101) ruãq9Ïkß #$9Y•gy$Í ûÎ #$9©ø@ ãq9Ïkß #$!© &rb •?st &r9sOó sgøÌü .ä@@
ru#$9ø)sJyt #$9±¤Jô§} ruy¤t #$9©ø@È ûÎ #$9Y•gy$u ÈÒËÇ zy7Î× ?sè÷Jy=èqbt /ÎJy$ #$!© ru&rc B¡|Kw &r_y@9 )Î<n#
Artinya: "Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah memasukkan
malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan
matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan,
dan Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS.
Al-Luqman: 29) (
ru#$9ø)sJyt ru#$9±¤Jô§} ru#$9Y•gy$u #$9©ø@ 9s6àNã ruy¤t yUt»M; sº9Ï ûÎ )Îc 3 /Î'rBøÌn;ÿ Bã¡|¤tºN7 ru#$9ZfàqPã ÈËÊÇ tè÷)É=èqc 9jÏ)sqöQ5
Artinya: "Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu.
dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang memahami (Nya)", (QS. An-Nahl: 12)
C. Cara
Memperoleh Pengetahuan
Dalam
filsafat ilmu cara mendapatkan ilmu dinamakan epistimologi. Dalam epistimologi
Islam, pengetahuan diperoleh melalui dua cara, Pertama melalui usaha manusia,
Kedua yang diberikan oleh Allah SWT. Pengetahuan yang diperoleh melalui usaha
manusia ada 4 jenisnya, yaitu: 1. Pengetahuan empiris yang diperoleh melalui
indera 2. Pengetahuan sains yang diperoleh melalui indera dan akal 3.
Pengetahuan filsafat yang diperoleh melalui akal 4. Pengetahuan intuisi yang
diperoleh melalui qalb Sedangkan pengetahuan yang diberikan oleh Allah SWT
berupa: 1. Wahyu yang disampaikan kepada para Rasul 2. Ilham yang diterima oleh
akal manusia 3. Hidayah yang diterima oleh qalb manusia Melalui dua cara
tersebut diatas, berkembanglah ilmu keislaman dari masa ke masa. Al-Qur'an
sebagai kumpulan wahyu Allah merupakan sumber pengetahuan Islam yang dapat
digali sepanjang masa, ditambah lagi dengan hadits-hadits Rasulullah SAW,
didalamnya terdapat prinsip-prinsip dasar berbagai cabang ilmu pengetahuan.
Allah berfirman: tJßqNß Bt` #$!ª t7öèy]ß w
&r÷Jy»ZÏgÎNö _ygôy /Î$$!« ru&r%ø¡|Jßq#( w #$9Z•$•Ä &r2òYsu ru9s»3Å`£ my)y$ ãt=nømÏ ruãô´# /t?n4 4 ÈÑÌÇ tèô=nJßqc
Artinya: "Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh:
"Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati". (tidak
demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang
benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui" (QS.
An-Nahl: 38) D. Sumber dan Fungsi Pengetahuan Sumber utama dari ilmu
pengetahuan dalam Islam adalah al-Qur'an. Al-Qur'an adalah kebenaran yang
langsung disampaikan Tuhan kepada salah seorang hamba-Nya, yang dipilih-Nya,
yang disebut Rasul atau Nabi. Al-Qur'an disamping mengandung petunjuk-petunjuk
dan tuntunan-tuntunan yang bersifat ubudiyah dan akhlaqiyah (moral), juga
mengandung petunjuk-petunjuk yang dapat dipedomani manusia utnuk mengolah dan
menyelidiki alam semesta, atau untuk mengerti gejala-gejala dan hakekat hidup
yang dihadapinya dari masa ke masa. Sebagaimana firman Allah SWT; )ÎwH 2¿gpYo$myømÏ tÜÏç Ûs»¯µÈ9 ruw #${FöÚÇ ûÎ y#!/p7 BÏ` ruBt$ OèO¢ 4 «xÓóä& BÏ` #$9ø3ÅGt»=É ûÎ ùs§ÛôZu$ B•$ 4 &rBøVs$9ä3äN &éBtNí ÈÑÌÇ ätø³|çrc u5hÍkÍNö )Î<n4 Artinya:
"Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah
Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab[472], kemudian kepada Tuhanlah mereka
dihimpunkan". (QS. Al-An'am: 38) Adapun fungsi ilmu pengetahuan secara
umum adalah: 1. Untuk berubudiyah kepada Allah 2. Untuk dapat membedakan yang
hak dan yang bathil, yang salah dan yang benar 3. Sebagai modal untuk mencapai
kebenaran dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Rasulullah SAW
bersabda: "Siapa yang bermaksud untuk urusan di dunia maka harus dengan
ilmu, siapa yang bermaksud untuk urusan di akhirat maka harus dengan ilmu dan
siapa yang bermaksud untuk keduanya harus dengan ilmu" (HR. Muslim) E. Implikasi
Terhadap Pendidikan Dengan memperhatikan motivasi al-Qur'an untuk menuntut
ilmu, cara-cara mendapatkan ilmu dalam Islam, dan al-Qur'an sebagai sumber ilmu
pengetahuan, maka lembaga pendidikan Islam harus selalu menggali ilmu
pengetahuan yang terdapat di dalam al-Qur'an. Al-Qur'an tidak ubahnya seperti
suatu samudera ilmu pengetahuan, makin sanggup manusia mengarunginya semakin
banyak hasil yang diperolehnya. Di dalam pengetahuan ilmu lembaga pendidikan
Islam harus menggali ilmu pengetahuan dari sumbernya berupa ayat Quraniyah dan
ayat Kauniyah. Lembaga pendidikan Islam harus selalu menanamkan terhadap
peserta didiknya, bahwa usaha untuk mempelajari, menggali dan mengaplikasi ilmu
yang diperolehnya itu dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT sebagai Khaliq
(Pencipta) ilmu pengetahuan. Karena semua ilmu tersebut bersumber dari Allah
SWT, maka di mana ilmu yang berguna untuk kehidupan di dunia dan di akhirat
wajib dipelajari, dan merupakan kurikulum pada lembaga pendidikan Islam. Oleh
karena di lembaga pendidikan Islam tidak terdapat dikotomi ilmu agama dan ilmu
umum, karena semua ilmu tiu adalah ilmu keislaman.
BAB II
KESIMPULAN
Dari
pembahasan makalah tersebut diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, Jadi
ilmu pengetahuan adalah pengetahaun yang jelas tentang sesuatu. Pengetahuan
yang tidak jelas dari segi ontology, epistimologi, maupun aksiologi di dalam
Islam tidak dianggap sebagai ilmu walaupun orang menyebutnya ilmu juga.
Perintah al-Qur'an untuk mencari ilmu dapat dipahami dari dua aspek: 1.
Al-Qur'an menyusuh manusia menggunakan akal 2. Al-Qur'an menyuruh manusia
meneliti alam semesta Dalam filsafat ilmu cara mendapatkan ilmu dinamakan
epistimologi. Dalam epistimologi Islam, pengetahuan diperoleh melalui dua cara,
Pertama melalui usaha manusia, Kedua yang diberikan oleh Allah SWT. Sumber
utama dari ilmu pengetahuan dalam Islam adalah al-Qur'an. Al-Qur'an adalah
kebenaran yang langsung disampaikan Tuhan kepada salah seorang hamba-Nya, yang
dipilih-Nya, yang disebut Rasul atau Nabi. Adapun fungsi ilmu pengetahuan
secara umum adalah: 1. Untuk berubudiyah kepada Allah 2. Untuk dapat membedakan
yang hak dan yang bathil, yang salah dan yang benar 3. Sebagai modal untuk
mencapai kebenaran dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Ali
Khalil Abu al-Ainaini, Filsafat al-Tarbiyah al-Islamiyah fi al-Qur'an al-Karim,
Kairo; Dar al-Fikr, 1980 Quraish Shihab, Waw as an Al-Qur'an, Bandung; Mizan,
1999