BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum pendidikan di pesantren
saat ini tak sekedar fokus pada kita kitab klasik tetapi juga memasukkan
semakin banyak mata pelajaran dan keterampilan umum di Pesantren saat ini
dikhotomi ilmu mulai tak populer beberapa pesantren bahkan mendirikan lembaga
pendidikan umum yang berada
dibawah Diknas Misal Undar Jombang Pondok pesantren Iftitahul Muallimin
Ciwaringin Jawa barat dll.
Perkembangan yang
begitu pesat dalam ilmu pengetahuan dan tehnologi menyebabkan pengertian
kurikulum selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu.Namun demikian, satu hal yang permanen disepakati bahwa Istilah kurikulum berasal dari bahasa
Yunani semula populer dalam bidang olah raga yaitu Curere yang berarti jarak terjauh yang harus ditempuh dalam olahraga
lari mulai start hingga finish.Kemudian dalam konteks pendidikan kurikulum
diartikan sebagai “circle of instruction” yaitu suatu lingkaran
pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Kurikulum
Dalam bahasa Arab Menurut Omar Muhammad (1979: 478) term kurikulum dikenal dengan termmanhaj yakni jalan terang yang dilalui manusia dalam hidupanya.Dalam konteks pendidikan
kurikulum diartikan sebagai jalan terang yang dilalui oleh pendidik dan peserta didik untuk menggabungkan pengetahuan ketrampilan sikap dan seperangkat nilai.
Secara etimologi artikulasi kurikulum dapat dibedakan menjadi
dua.Pertam,dalam pengertian yang sempit disebut juga (pengertian
tradisional) yakni sebagaimana dirumuskan Regan (1960: 57) Kurikulum adalah mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah atau bidang studi.Kedua, dalam pengertian yang luas disebut juga (pengertian modern)
yakni seperti dirumuskan Spear (1975: 67) Kurikulum adalah semua pengalaman aktual yang dimiliki siswa di bawah pengaruh sekolah sementara bidang studi
adalah bagian kecil dari program kurikulum
secara keseluruhan.
Rumusan ini dijustifikasi oleh sejumlah pakar lain seperti
Saylor dan Alexander yangmenyebuntukan kurikulum adalah keseluruhan usaha sekolah dalam mempengaruhi belajar anak yang berlangsung di dalam kelas, di sekolah maupun di luar
sekolah.
Melampaui pembagian diatas saat ini ada juga beberapa pakar
seperti Lee and Lee (1940: 211) yang
menyebuntukan bahwa Kurikulum adalah strategi yang digunakan untuk mengadaptasikan pewarisan kultural dalam mencapai tujuan
sekolah.Berdasarkan literatur yang
ada yang dimaksud dengan kurikulum adalah salah satu komponen utama yang diguanakan sebagai acuan untuk menentukan isi pengajaran mengarahkan proses mekanisme pendidikan
tolak ukur keberhasilan dan kualitas hasil pendidikan disamping fakyor-faktor yang lain.
Oleh sebab itu,
keberadan kurikulum dalam sebuah lembaga pendidikan sangat penting.Kita sering
mendengar sorotan tajam bahwa kurikulum selalu tertinggal dengan perkembangan zaman.Dengan demikian, pembenahan kurikulum harus senantiasa dilakukan secara
berkesinambungan.Dalam konteks pendidikan di pesantren Nurcholis Madjid
mengatakan yang dikutip oleh
Abdurrahman Mas’ud dkk.bahwa
istilah kurikulum tak terkenal di dunia pesantren (masa pra kemerdekaan)
walaupun sebenar materi pendidikan sudah ada di dalam pesantren terutama pada
praktek pengajaran bimbingan rohani dan latihan kecakapan dalam kehidupan di
pesantren.Secara eksplisit pesantren tak merumuskan dasar dan tujuan pesantren
atau mengaplikasikan dalam bentuk kurikulum.
Dewasa ini pesantren dihadapkan pada banyak tantangan
termasuk di dalam modernisasi pendidikan Islam. Dalam banyak hal sistem dan
kelembagaan pesantren telah dimodernisasi serta disesuaikan dengan tuntutan pembangunan terutama dalam aspek-aspek kelembagaan
sehingga secara otomatis akan mempengaruhi ketetapan kurikulum.Berdasarkan
pendapat di atas, bahwa
kurikulum pada dasarnya
merupakan seperangkat perencanaan dan media untuk mengantarkan
lembaga pendidikan dalam mewujudkan lembaga pendidikan yang diidamkan.Pesantren dalam aspek
kelembagaan mulai mengembangkan diri dengan jenis dan
corak pendidikan yang
bermacam-macam. Seperti Pesantren Tebuireng Jombang yang di dalam telah berkembang madrasah
sekolah umum sampai perguruan tinggi yang dalam proses pencapaian tujuan institusional selalu menggunakan
kurikulum. Tetapi pesantren yang
mengikuti pola salafi (tradisional) mungkin kurikulum belum dimasukkan secara
baik.
Maka dari pada itu, kurikulumpondok pesantren
tradisional status cuma sebagai lembaga pendidikan non formal yang hanya mempelajari kitab-kitab
klasik.Meliputi :Nahwu sorof,
belaghoh, tauhid, tafsir hadist, mantik, tasawwuf, bahasa
arab, fiqih, ushul fiqh, dan akhlak. Dengan demikian pelaksanaan kurikulum pendidikan
pesantren ini berdasarkan kemudahan dan kompleksitas ilmu atau masalah yang dibahas dalam kitab.Jadi ada
tingkat awal menengah dan lanjutan.
Jenjang pendidikan dalam pesantren tak dibatasi seperti dalam
lembaga-lembaga pendidikan yang
memakai sistem klasikal.Umum kenaikan tingkat seorang santri didasarkan kepada
isi mata pelajaran tertentu yang
ditandai dengan tamat dan berganti kitab yang dipelajarinya.Apabila seorang santri
telah mengusai satu kitab atau beberpa kitab dan telah lulus ujian yang diuji oleh Kiai maka ia
berpindah kepada kitab lain yang
lebih tinggi tingkatannya.
Jelas penjenjangan pendidikan pesantren tak berdasarkan usia
tetapi berdasarkan penguasaan kitab-kitab yang telah ditetapkan dari paling rendah sampai paling tinggi.Sebagai
konsekuensi dari cara penjenjangan di atas pendidikan pesantren biasa
menyediakan beberapa cabang ilmu atau bidang-bidang khusus yang merupakan fokus masing-masing pesantren
untuk dapat menarik minat para santri menuntut
ilmu di dalamnya. Biasa keunikan pendidikan sebuah pesantren telah diketahui
oleh calon santri yang ingin
mondok (Sulthon dan Ridho 2006: 159-160).
Kendati beberapa pakar berbeda dalam merumuskan pengertian
kurikulum tetapi mereka tak berbeda mengenai fungsi kurikulum yakni : sebagai
sarana atau alat untuk mencapai tujuan pendidikan
sebagai pelestari nilai-nilai
budaya dan sebagai pedoman tentang jenis lingkup dan hirarki urutan isi dan
proses pendidikan. Kurikulum bagi
pendidik berfungsi sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir
pengalaman belajar peserta didik bagi tenaga kependidikan berfungsi sebagai
pedoman dalam mengadakan supervisi bagi wali murid berfungsi untuk memberikan
informasi sekaligus dorongan agar membantu menggiatkan belajar yang relevan di
rumah dan bagi perserta didik sendiri berfungsi sebagai informasi tentang jenis
pengetahuan nilai-nilai dan keterampilan yang telah diperoleh sebagai entri
behaviornya.
B.
Kurikulum Pendidikan PAI di Pondok Pesantren
Kurikulum Pendidikan
pesantren menurut Hasan (2001:6) memiliki beberapa komponen antara lain:
tujuan isi pengetahuan dan pengalaman belajar strategi dan evaluasi. Biasa
komponen tujuan tersebut terbagi dalam beberapa tingkatan yakni tujuan
pendidikan nasional tujuan institusional tujuan kurekuler dan tujuan instruksional.
Namun demikian, berbagai
tingkat tujuan tersebut satu sama lain merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan. Komponen isi meliputi
pencapaian target yang jelas
materi standar-standar hasil
belajar siswa dan prosedur pelaksanaan pembelajaran. kepribadian.
Komponen strategi tergambar dari cara yang ditempuh di dalam melaksanakan
pengajaran cara di dalam mengadakan penilaian cara dalam melaksanakan bimbingan
dan penyuluhan dan cara mengatur kegiatan sekolah secara keseluruhan. Cara
dalam melaksanakan pengajaran mencakup cara yang berlaku dalam menyajikan tiap bidang studi termasuk cara
mengajar dan alat pelajaran yang
digunakan.Komponen evaluasi berisi penilaian yang dilakukan secara terus menerus dan bersifat menyeluruh terhadap
bahan atau program pengajaran yang
dimaksudkan sebagai feedback terhadap
tujuan materi metode sarana dalam rangka membina dan mengembangkan kurikulum lebih lanjut.
Menurut Imam Bawani (1987: 92) adalah berbeda antara pendidikan Islam dengan pendidikan
agama Islam.Bila disebut pendidikan Islam maka orientasi adalah sistem yaitu sistem pendidikan yang Islami yang
teori-teori disusun berdasarkan alqur’an hadits. Sedangkan pendidikan agama
Islam adalahnamakegiatan atau aktivitas dalam
mendidikkan agama Islam. Dengan kata lain, pendidikan agama Islam adalah sejajar dengan mata pelajaran lain di sekolah seperti pendidikan matematika
ataupun pendidikan biologi.
Dalam kurikulum
Pendidikan Agama Islam dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam mempersiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama
Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungan dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud persatuan dan
kesatuan bangsa.
Jadi kurikulum Pendidikan pesasntren adalah, bahan-bahan pendidikan agama Islam di pesantren berupa kegiatan
pengetahuan dan pengalaman yang
dengan sengaja dan sisteatis diberikan kepada
santri dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.Kurikulum Pendidikan
pesasntren merupakan alat untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. Adapun
lingkup materi pendidikan pesasntren adalah: Al-Qur’an dan Hadits, Keimanan akhlak, Fiqh/ibadah, dan sejarah dengan kata lain cakupan
Pendidikan pesasntren ada keserasian keselarasan dan keseimbangan hubungan
manusia dengan Allah diri sendiri sesama manusia makhluk lain maupun
lingkungannya.
Untuk mencapai tujuan Pendidikan pesantren tersebut, perlu rekonstruksi kurikulum agar
lebih riil.Rumusan tujuan Pendidikan pesasntren
yang ada selama ini masih bersifat general dan kurang mach dengan realitas
masyarakat yang terus mengalami transformasi.Rekonstruksi disini dimaksudkan
untukmeningkatkan daya relevansi rumusan tujuan Pendidikan pesasntren dengan
persoalan riil yang dihadapi masyarakat dalam hidup kesehariannya.
Prinsip pengembangan kurikulum Pendidikan pesasntren secara
umum dapat dikelompkkan menjadi dua yakni:
1.
Prinsip umum yang meliputi prinsip
relevansi prinsip fleksebelitas prinsip kontinoitas prinsip praktis prinsip
efektifitas.
2.
Prinsip efisiensi.
Sedangkan prinsip khusus mencakup prinsip yang berkenaan dengan tujuan
Pendidikan pesasntren prinsip yang berkenaan dengan pemilihan isi Pendidikan
pesasntren prinsip yang berkenaan dengan metode dan strategi proses pembelajaran
Pendidikan pesantren prinsip yang berkenaan dengan alat evalusi dan penilaian
Pendidikan pesasntren. Mastuhu secara praktis memberikan konsep tentang model
dan paradigma Pendidikan pesantren yang diharapkan menjadi orientasi dan
landasan dalam kurikulum lembaga Pendidikan pesasntren yaitu :
- Dasar Pendidikan-Pendidikan pesasntren harus mendasarkan pada “teosentris’ dengan menjadikan “antroposentris” sebagai bagian esensial dari konsep teosentris.
- Tujuan Pendidikan kerja membangun kehidupan duniawiyah melalui pendidikan sebagai perwujudan mengabdi kepada-Nya. Pembangunan kehidupan duniawiyah bukan menjadi tujuan final tetapi merupakan kewajiban yang diimani dan terkait kuat dengan kehidupan ukhrawiyah tujuan final adalah kehidupan ukhrawi dengan ridla Allah SWT.
- Konsep manusia Pendidikan Islam memandang manusia mempunyai fitrah yang harus dikembangkan.
- Nilai Pendidikan pesasntren berorientasi pada Iptek sebagai kebenaran relatif dan Imtaq sebagai kebenaran mutlak.
Pengembangan kurikulum Pendidikan pesantren yang terus menerus menyangkut
seluruh komponen merupakan sesuatu yang mutlak untuk dilakukan agar ia tak
kehilangan relevansi dengan kebutuhan riil yang dihadapi komonitas pendidikan
islam yang kecenderungan terus mengalami proses dinamika transformatif.Pendidikan
pesantren yang dibangun atas dasar pemikiran yang Islami bertolak dari
pandangan hidup dan pandangan tentang manusia serta diarahkan kepada tujuan
pendidikan yang dilandasi kaidah-kaidah
Islam. Kurikulum yang demikian biasa mengacu pada sembilan prinsip utama
sebagai berikut:
- Sistem dan pengembangan kurikulum hendak memperhatikan fitrah manusia agar tetap berada dalam kesucia dan tak menyimpang.
- Kurikulum hendak mengacu kepada pencapain tujuan akhir pendidikan Islam sambil memperhatikan tujuan – tujuan di bawahnya.
- Kurikulum perlu disusun secara bertahap mengikuti periodisasi perkembangan peserta didik.
- Kurikulum hendak memperhatikan kepentingan nyata masyarakat seperti kesehatan keamanan administrasi dan pendidikan.
- Kuirikulum hendak terstruktur dan terorganisasi secara integral.
- Kurikulum hendak realistis. Arti kurikulum dapat dilaksanakan sesuai dengan berbagai kemudahan yang dimiliki tiap negara yang melaksanakanya.
- Metode pendidikan yang merupakan salah satu komponen kurikulum ini hendak bersifat fleksibel.
- Kurikulum hendak efektif untuk mencapai tingkah laku dan emosi yang positif.
- Kurikulum hendak memperhatiakan tingkat perkembangan peserta didik baik fisik emosional ataupun intelektualnya; serta berbagai masalah yang dihadapi dalam tiap tingkat perkembangan seperti pertumbuhan bahasa kamatangan sosial dan kesiapan religiusitas.
C.
Pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan agama Islam
berorientasi pada penerapan Standar Nasional Pendidikan. Untuk itu, dilakukan kegiatan-kegiatan
seperti pengembangan metode pmbelajaran pendidikan agama Islam, pengembangan
kultur budaya Islami dalam proses pembelajaran, dan pengembangan
kegiatan-kegiatan kerokhanian Islam dan ekstrakurikuler.
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di pondok pesantren masih menunjukkan keadaan
yang memprihatinkan. Banyak faktor yang menyebabkan keprihatinan itu, antara
lain:
- Dari segi jam pelajaran yang disediakan oleh pondok pesantren secara formal, peserta didik dikalkulasikan waktunya hanya 2 jam pelajaran per minggu untuk mendidik agama.
- Pelaksanaan pendidikan agama Islam tidak hanya disampaikan secara formal dalam suatu proses pembelajaran oleh guru agama, namun dapat pula dilakukan di luar proses pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Guru bisa memberikan pendidikan agama ketika menghadapi sikap atau perilaku peserta didik.
- Pendidikan agama merupakan tugas dan tanggung jawab bersama semua guru. Artinya bukan hanya tugas dan tanggung jawab guru agama saja melainkan juga guru-guru bidang studi lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah
diatas, maka dapat kami simpulkan mengenai Pendidikan Agama Islam di Pondok
Pesantren yaituPesantren dalam aspek kelembagaan mulai mengembangkan
diri dengan jenis dan corak pendidikan yang bermacam-macam. Seperti
Pesantren Tebuireng Jombang yang
di dalam telah berkembang madrasah sekolah umum sampai perguruan tinggi yang dalam proses pencapaian tujuan
institusional selalu menggunakan kurikulum. Tetapi pesantren yang mengikuti pola salafi (tradisional)
mungkin kurikulum belum dimasukkan secara baik.
Maka dari pada itu,
kurikulumpondok pesantren tradisional
status cuma sebagai lembaga pendidikan non formal yang hanya mempelajari kitab-kitab
klasik.Meliputi : Nahwu sorof,
belaghoh, tauhid, tafsir hadist, mantik, tasawwuf, bahasa
arab, fiqih, ushul fiqh, dan akhlak. Dengan demikian pelaksanaan kurikulum pendidikan
pesantren ini berdasarkan kemudahan dan kompleksitas ilmu atau masalah yang dibahas dalam kitab.
DAFTAR PUSTAKA
An Nahlawi, Abdurrahman, (1996). Pendidikan
Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat.Jakarta: Gema Insani Press.
Steenbrink, Karel. A., (1986).Pesantren,
Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ES
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !