BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Demam orientalisme mulai merebak sejak Edward Said menerbitkan bukunya tentang Orientalisme (1978). Semula mereka menganggap kegiatan Barat yang bersembunyi di balik aktivitas akademik ini hanya sebatas cultural studies. Kesadaran bangsa Timur akan dominasi Barat mulai muncul. Aktivitas yang semula akademik ini dalam perkembangannya ternyata dicemari oleh kepentingan-kepentingan politik dna kekuasaan
B. Rumusan Masalah
- Apakah Latar Belakang Berdirinya Orientalisme?
- Apa Sajakah Pokok-Pokok Ajarannya?
- Apakah Pemikiran dan Doktrin-Doktrinnya?
- Bagaimana Usaha Umat Islam Menangkis Selarangan Orientalisme?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Berdirinya Orientalisme
Demam orientalisme mulai merebak sejak Edward Said menerbitkan bukunya tentang Orientalisme (1978). Semula mereka menganggap kegiatan Barat yang bersembunyi di balik aktivitas akademik ini hanya sebatas cultural studies. Kesadaran bangsa Timur akan dominasi Barat mulai muncul. Aktivitas yang semula akademik ini dalam perkembangannya ternyata dicemari oleh kepentingan-kepentingan politik dna kekuasaan. Akhirnya kita tidak perlu apriori pada setiap Orientalis yang secara histories mungkin berhubungan dengan perjalanan kapitalisme dan kepentingan Barat yang bergesekan tajam dengan kita. Tidak sedikit dari mereka yang benar-benar mengabdikan dirinya untuk ilmu pengetahuan dan bersikap sangat objektif. Namun ada baiknya juga kita mulai pengetahuan dan bersikap sangat objektif. Namun ada baiknya juga kita mulai melakukan oleh apa yang anjurkan Edward Said untuk: menulis tentang mereka, suatu khasanah konsep fakir barat yang berbeda daripada tradisi ketimuran, itu dikenal dengan oksidentalisme sebagai lawan daripada Orientalisme.
Sungguh sulit menentukan secara pasti awal tumbuh Orientalisme. Sebagia sejarawan berkecenderungan bahwa Orientalisme bermula dari zaman Daulah Islamiyah di Andalusia (Spanyol). Sedangkan sebagian ahli lain mengatakan ketika terjadi perang Salib. Khusus tentang Orientalisme ketuhanan (Lahuti), keberadaannya sudah tampak secara resmi sejak dikeluarkannya keputusan konsili Gereja Viena tahun 1312 M telah memasukkan materi bahasa Arab keberbagai Universitas di Eropa.
Awal mula perang Salib adalah perang antara Gereja dan Yahudi, jadi bukan bermula perang antara Kristen dan Islam, yang pengertian umum saat ini. Perang Salib pertama dilancarkan pada 1095 oleh Paus Urban II untuk mengambil kuasa kota suci Yerussalem dan tanah suci Kristen dari muslim. Apa yang dimulai sebagai panggilan kecil untuk meminta bantuan dengan cepat berubah menjadi migrasi dan penaklukan keseluruhan wilayah di luar Eropa.
Munculnya Orientalisme tidak terlepas dari beberapa factor yang melatarbelakanginya, antara lain akibat perang salib atau ketika dimulainya pergesekan politik dan agama antara Islam dan Kristen salama pemerintahan Nuruddin Zanki dan Shalahuddin al-Ayyubi, karena kekalahan demi kekalahan yang dialami pasukan Kristen semangat membalas dendam tetap membara selama berabad-abad.
Factor lainnya adalah bahwa Orientalisme muncul untuk kepentingan penjajah Eropa terhadap Negara-negara Arab dan Islam di Timur, Afrika Utara dan Asia Tenggara, serta kepentingan mereka dalam memahami adat istiadat dan agama bangsa-bangsa jajahan itu demi memperkokoh kekuasaank dan dominasi ekonomi mereka pada bangsa-bangsa jajahan.
Factor-faktor tersebut mendorong mereka menggalakkan studi Orientalisme dalam berbagai bentuknya di perguruan-perguruan tinggi dengan perhatian dan bantuan dari pemerintah.
Minato rang Barat terhadap masalah-masalah ketimuran sudah berlangsung sejak abad pertengahan. Mereka telah melahirkan sejumlah karya yang menyangkut masalah Dunia Timur.
Dalam rentang waktu antara Abad pertengahan sampai abad ini, secara garis besar Orientalisme dapat dibagi atas tiga priode, yaitu:
- Masa sebelum meletusnya perang Salib, di saat umat Islam berada dalam zaman keemasan (650-1250)
- Masa perang Salib sampai masa pencerahan di Eropa
- Munculnya masa pencerahan
Pada permulaan abad ke 13 Hijriah (akhir abad ke 18 Masehi) kaum Orientalis sengaja mengubah metode dan strategi. Mereka menggunakan metode baru yang dianggap mampu membebaskan Orientalis dari tujuan Missionarisme. Mereka mengarahkan program hanya untuk pengkajian ilmiah semata-mata. Maka didirikanlah pengkajian-pengkajian perguruan tinggi untuk mempelajari bahwa bahasa Timur di ibu kota Negara-negara Eropa, seperti London, Paris, Leiden, Berlin dan sebagainya. Dan disana diadakan jurusan khusus untuk mempelajari bahasa Arab dan bahasa-bahasa negeri Islam yang lain, seperti bahasa Parsi, Turki, Urdu, dan lain-lain. Tujuannya ialah untuk membekali pemerintah imperialis dengan wartawan-wartawan yang piawai dan tahu seluk-beluk dunia Islam. Maka banyaklah mahasiswa muslim yang tertarik untuk kuliah disana. Dan sudah tentu pemikiran-pemikiran tentang Islam yang dikuliahkan disana mempengaruhi mahasiswa muslim tersebut. Selanjutnya pada Orientalis berusaha mengembangkan program mereka untuk mendirikan perguruan tinggi.
Negara Orientalis juga mendirikan beberapa organisasi di Negara-negara Islam yang telah dikuasainya, semua itu demi kepentingan Orientalisme itu sendiri juga misi Katholik dan Protestan.
Barat merupakan arena gerakan kaum Orientalis. Mereka terdiri atas orang-orang Jerman, Inggris, Belanda, Perancis dan Hongaria. Mereka sebagian muncul di Italia dan Spanyol. Sekarang Amerika merupakan pusat Orientalis yang tersohor. Di sana banyak terdapat pusat-pusat Orientalisme dan pengkajian Islam. Pemerintah, lembaga-lembaga ekonomi, yayasan dan bahkan gereja tidak segan-segan menguraas dana untuk kepentingan Orientalisme. Selain mengluarkan dana keuangan dan dukungan, mereka juga menyediakan fasilitas untuk pengkajian keislaman di Universitas-universitas, sampai jumlah Orientalis menjadi ribuan orang.
Gerakan Orientalisme diciptakan untuk mengabdi kepada penjajahan dan gerakan Kristenisasi. Terakhir gerakan ini dimanfaatkan kaum Yahudi dan Zionisme untuk kepentingannya dalam rangka melumpuhkan Timur yang Islam dan menancapkan dominasinya, baik langsung ataupun tidak langsung.[1]
B. Pokok-Pokok Ajarannya
Menurut pengamatan Amien Rais, sekurang-kurangnya terdapat enam pokok-pokok ajaran Orientalisme, yaitu
Pertama, ada perbedaan mutlak dan perbedaan sistematik antara Barat yang rasional, maju, manusiawi dan superior, dengan Timur yang sesat, irrasional, terbelakang dan inferior. Menurut anggapan mereka, hanya orang Eropa dan Amerika yang merupakan manusia-penuh, sedangkan orang Asia-Afrika hanya bertaraf setengah-manusia.
Kedua, abstraksi dan teorisasi tentang Timur lebih banyak didasarkan pada teks-teks klasik, dan hal ini lebih diutamakan daripada bukti-bukti nyata dari masyarakat Timur yang kondret dan riil.
Ketiga, Timur dianggap begitu lestari (tidak berubah-ubah), seragam, dan tidak sanggup mendefinisikan dirinya, karena itu menjadi tugas Barat untuk mendefinisikan apa sesungguhnya Timur itu, dengan cara yang sangat digeneralisasikan, dan semua itu dianggap cukup “objektif”.
Keempat, pada dasarnya Timur itu merupakan sesuatu yang perlu ditakuti, atau sesuatu yang perlu ditaklukan. Apabila seorang Orientalis mempelajari Islam dan umatnya, keempat dogma itu perlu ditambah dengan dua dogma pokok lainnya.
Kelimat, al-Qur’an bukanlah wahyu Allah, melainkan hanyalah buku karangan Muhammad yang merupakan gabungan unsur-unsur agama, Yahudi, Kristen, dan Tradisi Arab pra-Islam.
Keenam, kesahihan atau otentisitas semua hadits harus diragukan. Justru ada yang mengeritik syarat-syarat sahihnya hadits seperti yang dilakukan Joseph Schacht. Amien Rais menyindir bahwa disamping ada hadits Riwayat Bukhari dan Muslim ada juga”hadits riwayat Joseph Schacht”.[2]
C. Pemikiran dan Doktrin-Doktrinnya
Pertama : Motivasi Orientalisme
1. Motivasi Agama
Motivasi inilah yang melatarbelakangi pertumbuhan Orientalisme yang berlangsung begitu lama.
2. Motivasi Ekonomi dan Penjajahan
Lembaga-lembaga keuangan, perusahaan-perusahaan keuangan, perusahaan-perusahaan raksasa dan pihak pemerintah sendiri telah mengeluarkan biaya banyak untuk para peneliti dalam rangka mengenal lebih jauh tentang kondisi Negara-negara Islam melalui laporan lengkap mereka.
3. Motivasi Politik
Para pegawai di Negara-negara diarahkan untuk mempelajari bahasa asing agar memahami seni dan agama penjajah. Tujuannya agar mereka mudah dipengaruhi dan dikuasai.
4. Motivasi Keilmuan
Sebagian Orientalis ada yang mengarahkan penelitian dan analisisnya semata-mata untuk pengetahuan.
Kedua : Karya tulis Orientalis yang penting
1. Sejarah kesusastraan Arab, Carl Brockelmann (wafat 1956 M)
2. Ensiklopedia Islam, cetakan pertama terbit dalam bahasa Inggris, Perancis dan Jerman, antara tahun 1913-1938 M
3. Mujam Mufahras li Alfazhi al-Hadits, sebuah kamus untuk mencasi lafat-lafat hadits.
Ketiga : Mu’tamar dan Organisasi
Pada tahun 1873 di Paris telah diselenggarakan Mu’tamar Orientalis pertama
Keempat : Majalah-Majalah Orientalis
Mereka memiliki majalah dan penerbitan dalam jumlah besar, lebih dari 300 majalah dalam bentuknya yang beraneka ragam dan dalam berbagai bahasa.
Kelima : Orientalis Mengabdi Penjajah
Carl Heinrich Becker (meninggal tahun 1933 M) adalah pendiri majalah Islam di Jerman. Ia melakukan kajian tentang Timur untuk kepentingan penjajahan di Afrika.
Keenam : Ide-ide Orientalis yang sangat berbahaya
George Sale, dalam kata pengantar terjemahan al-Qur’annya (1736 M), menyatakan bahwa al-Qur’an adalah produk dan karangan Muhammad.
Beberapa Contoh Kajian Orientalisme
1. Yoseph Shock meniru gurunya Goldzhiher (keduanya Orientalis Yahudi) dalam mempersendakan syariat Islam.
2. Bertlaw tidak mengaku buku-buku kimia berbahasa latin yang mencantumkan nama Jabir bin Hayyam itu sebagai kitab yang asalnya berbahasa Arab yang ditulis oleh seorang ilmuwan Muslim.
3. Sadrasky mengatakan bahwa cerita-cerita atau sejarah dan berita-berita yang dikemukakan dalam al-Qur’an atau kitab Injil.
4. Nalino berusaha mengingkari kenyataan bahwa sebagian besar penyair Jahiliyyah dari nara sumber Islam adalah orang-orang Nasrani, karena orang-orang Ghasaniyah adalah beragama Nasrani.[3]
D. Usaha Umat Islam Menangkis Selarangan Orientalisme
Juru-juru Da’wah dan Organisasi Da’wah untuk menghimpun dan mengatur kerjasama dan mengatur kerjasama dan mengatur taktik dan strategi Islam. Tabligh memelukan adanya juru Dakwah yang militant dan ulet, berilmud an mengerti betul tentang islam, cerdas dan tergabung dalam kelompok mubaligh guna menghadapi lawan-lawan Islam dalam segala bentuk, nama dan tindakan serta serangannya seperti dijelaskan di atas. Ingatlah firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104:
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôt n<Î) Îösø:$# tbrããBù'tur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztur Ç`tã Ìs3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
Surat As-Shaf ayat 14:
#sÎ)ur (#÷rr&u Zpt#uä tbrãÏó¡tFó¡o ÇÊÍÈ
Artinya: “Dan apabila mereka melihat sesuatu tanda kebesaran Allah, mereka sangat menghinakan.”[4]
BAB III
KESIMPULAN
Orientalisme adalah akibat gesekan yang terjadi antara Timur yang Islam dan Barat yang Nasrani pada masa perang Salib dengan melalui delegasi-delegasi resmi ataupun melalui perjalanan-perjalanan. Pendorong utamanya ialah aspek theology Nasrani yang berambisi menghancurkan Islam dari dalam dengan cara tipu daya dan kecaurangan. Tetapi kemudian pada masa-masa terakhir ini, Orientalisme bagaimanapun juga mulai tampak melepaskan diri dari belenggu tersebut dan beralih mendekatai semangat ilmiah.
Meski demikian, orang-orang Orientalisme cukup berjasa dalam menggali buku-buku warisan Islam dan disebarkannya setelah dianalisis dan disistematikkan. Banyak diantara mereka yang memiliki metodologi ilmiah yang cukup membantu dalam penelitian. Sebagian mereka ada juga yang memiliki kesabaran, ketekunana dan ketelitian dalam mentahqiq, menyaring dan menelusuri persoalan.
Seorang muslim hendaknya kritis dalam menelaah karya-karya mereka, seraya berhati-hati terhadap hal-hal yang merusak dan menyimpang. Seorang muslim harus membuang yang salah dan membongkar kesalahannya kemudian dilakukan penolakan.
Studi mereka tentang sejarah, sangat padat dan kaya dengan rujukan sumber-sumber klasik. Penguasaan mereka akan bahasa Arab dan peradaban Mediterania membantu kita dalam mengeksplorasi hal-hal yang selama ini tercecer dalam tumpukan kitab-kitab klasik.
Karena itu orang yang menggunakan buku-buku tersebut sebagai referensi hendaklah waspada dan berhati-hati karena didalamnya banyak terdapat kesalahan, kepalsuan dan penyimpangan.
Kesimpulannya, kaum Orientalis adalah pasukan terdepan yang membuka jalan bagi Missionaris utnuk menimbulkan keraguan kaum muslimin terhadap akidah Islam. Mereka berupaya merentan jalan bagi misi Kristen untuk mencela agama Islam dan Nabinya SAW. Sudah tentu dengan berbagai cara sulapan ilmiah yang mereka istilahkan dengan pengkajian dan istinjaj tahlili (inference analysis).
DAFTAR PUSTAKA
Baso, Ahmad, 2005. Islam Pasca Kolonial, Perselingkuhan Agama, Kolonialisme dan Liberalisme, Bandung; Media Mizan Utama
Buchori, Didin Saefuddin, 2005. Metodologi Studi Islam. Bogor; Granada Sarana Pustaka
Dewan Redaksi. 2002. Ensiklopedi Islam. Jakarta; PT. Ichtiar Baru Van Heove.
www.google.com
[1] Baso, Ahmad, 2005. Islam Pasca Kolonial, Perselingkuhan Agama, Kolonialisme dan Liberalisme, Bandung; Media Mizan Utama, hlm. 76
[2] Buchori, Didin Saefuddin, 2005. Metodologi Studi Islam. Bogor; Granada Sarana Pustaka, hlm. 34
[3] Dewan Redaksi. 2002. Ensiklopedi Islam. Jakarta; PT. Ichtiar Baru Van Heove. Hlm. 45
[4] Ibid, hlm. 36
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !