BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Metode ini muncul akibat ketidakpuasan terhadap hasil pengajaran bahasa
dengan metode gramatika terjemah dikaitkan dengan tuntutan kebutuhan nyata di
masyarakat. Menjelang pertengahan abad ke-19, hubungan antar Negara di Eropa
mulai terbuka sehingga menyebabkan adanya kebutuhan untuk bias saling
berkomunikasi aktif diantara mereka. Untuk itu mereka membutuhkan cara baru
belajar bahasa kedua, karena metode yang
ada dirasa tidak praktis dan tidak efektif. Maka pendekatan-pendekatan baru
mulai dicetuskan oleh para ahli bahasa di Jerman, Inggris, Prancis, dan
lain-lain yang membuka jalan bagi lahirnya metode baru yang disebut Metode
Langsung. Diantara para ahli itu adalah Francois Gouin (1880-1992) seorang guru
bahasa Latin di Prancis yang mengembangkan metode berdasarkan pegnamatannya
pada penggunaan bahasa ibu oleh anak-anak. Metode ini memperoleh popularitas
pada awal abad ke-20 di Eropa dan Amerika. Pada waktu yang sama, metode ini
juga digunakan untuk pengajaran bahasa Arab, baik di negeri Arab maupun di negeri-negeri
Islam di Asia termasuk Indonesia.[1]
B.
Asumsi
Metode ini dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses belajar bahasa
kedua atau bahasa asing sama dengan belajar bahasa ibu, yaitu dengan penggunaan
bahasa secara langsung dan intensif dalam komunikasi, dan dengan menyimak dan
berbicara, sedangkan mengarang dan membaca dikembangkan kemudian. Oleh karena
itu pelajar harus dibiasakan berpikir dengan BT (Bahasa Target) dan penggunaan
bahasa ibu pelajar dihindari sama sekali.[2]
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Metode Langsung
Metode langsung adalah metode yang
memprioritaskan pada keterampilan berbicara. Metode ini muncul karena
ketidakpuasan terhadap hasil pengajaran bahasa dari metode sebelumnya, metode
gramatika tarjamah, yang dipandang memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang
mati. Seruan-seruan yang menuntut adanya perubahan-perubahan mendasar dalam
cara pembelajaran bahasa itu mendapatkan momentumnya pada awal abad ke-20 di
Eropa dan Amerika, serta digunakan baik di negara arab maupun di negara-negara
Islam di Asia termasuk Indonesia pada waktu yang bersamaan.[3]
B.
Karakteristik
Karakteristik Metode Langsung ini antara lain adalah sebagai berikut:
1)
Tujuan utamanya ialah penguasaan BT
secara lisan agar pelajar bias berkomunikasi dalam BT.
2)
Materi pelajaran berupa: buku teks yang
berisi daftar kosa kata dan penggunaannya dalam kalimat.
3)
Kaidah-kaidah bahasa diajarkan secara
induktif, yaitu berangkat dari contoh-contoh kemudian diambil kesimpulan.
4)
Kata-kata kongkret diajarkan melalui
demonstrasi, peragaan benda langsung dan gambar.
5)
Kemampuan komunikasi lisan dilatihkan
secara cepat melalui Tanya jawab yang terencana dalam pola interaksi yang
bervariasi.
6)
Kemampuan berbicara dan menyimak
kedua-duanya dilatihkan.
7)
Guru dan siswa sama-sama aktif, tapi guru
berperan memberikan stimulus berupa contoh ucapan, peragaan, dan pertanyaan,
sedangkan siswa hanya merespon dalam bentuk menirukan, menjawab pertanyaan,
memeragakan, dan sebagainya.
8)
Ketepatan pelafalan dan tata bahasa
ditekankan.
9)
BT digunakan sebagai bahasa pengantar
secara ketat, dan penggunaan bahasa ibu pelajar sama sekali dielakkan.[4]
C.
Langkah-Langkah Penyajian
Langkah-langkah penyajian dalam metode ini bisa bervariasi, namun secara
umum adalah sebagai berikut:
1)
Guru memulai penyajian materi secara
lisan, mengucapkan satu kata dengan menunjuk bendanya atua gambar benda itu,
memeragakan sebuah gerakan atau mimic wajah. Pelajar menirukan berkali-kali
sampai benar pelafalannya dan faham maknanya.
2)
Latihan berikutnya berupa Tanya jawab
dengan kata Tanya “ma, hal, ayna” dan sebagainya, sesuai dengan tingkat
kesulitan pelajaran, berkaitan dengan kata-kata yang telah disajikan.
3)
Setelah guru yakin bahwa siswa menguasai
materi yang disajikan, baik dalam pelafalan maupun pemahaman makna, siswa
diminta membuka buku teks. Guru memberikan contoh bacaan yang benar kemudian
siswa diminta membaca secara bergantian.
4)
Kegiatan berikutnya adalah menjawab
secara lisan pertanyaan atau latihan yang ada dalam buku, dilanjutkan dengan
mengerjakannya secara tertulis.[5]
D.
Segi Kekuatan dan Kelemahan
Kekuatan
1)
Pelajar terampil menyimak dan berbicara
2)
Pelajar menguasai pelafalan dengan baik
seperti atau mendekati penutur asli.
3)
Pelajar mengetahui banyak kosa kata dan
pemakaiannya dalam kalimat.
4)
Pelajar memiliki keberanian dan
spontanitas dalam berkomunikasi karena dilatih berfikir dalam BT sehingga tidak
terhambat oleh proses penerjemahan.
5)
Pelajar menguasai tatabahasa secara
fungsional tidak sekedar teoritis, artinya berfungsi untuk mengontrol kebenaran
ujarannya.
Kelemahan
1)
Pelajar lemah dalam kemampuan membaca
pemahaman karena materi dan latihan ditekankan pada bahasa lisan.
2)
Memerlukan guru yang ideal dari segi
keterampilan berbahasa dan kelincahan dalam penyajian pelajaran
3)
Tidak bisa dilaksanakan dalam kelas
besar.
4)
Tidak diperbolehkannya pemakaian bahasa
ibu pelajar bisa berakibat terbuangnya waktu untuk menjelaskan makna satu kata
abstrak, dan terjadinya kesalahan persepsi atau penafsiran pada siswa.
5)
Model latihan menirukan dan menghafalkan
kalimat-kalimat yang kadang kala tidak bermakna atau tidak realistis karena
tidak kontekstual, bisa membosankan bagi orang dewasa.
6)
Metode ini juga dikritik oleh para ahli
dari segi kelemahan dasar teoritisnya, yang menyamakan pemerolehan bahasa
pertama dengan bahasa kedua/asing.[6]
BAB
III
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa, Metode langsung adalah metode yang
memprioritaskan pada keterampilan berbicara. Metode ini muncul karena
ketidakpuasan terhadap hasil pengajaran bahasa dari metode sebelumnya, metode
gramatika tarjamah, yang dipandang memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang
mati. Seruan-seruan yang menuntut adanya perubahan-perubahan mendasar dalam
cara pembelajaran bahasa itu mendapatkan momentumnya pada awal abad ke-20 di
Eropa dan Amerika, serta digunakan baik di negara arab maupun di negara-negara
Islam di Asia termasuk Indonesia pada waktu yang bersamaan.
Metode ini berangkat dari asumsi
dasar, bahwa pembelajaran bahasa asing tidaklah jauh berbeda dengan belajar
bahasa ibu, yaitu dengan penggunaan bahasa secara langsung dan intensif dalam
komunikasi keseharian, di mana tahapnnya bermula dari mendengarkan kata-kata,
menirukan secara lisan, sedangkan mengarang dan membaca dikembangkan kemudian,.
Metode ini berorientasi pada pembentukan ketrampilan pelajar agar mampu
berbicara secara spontanitas dengan tata bahasa yang fungsional dan berfungsi
untuk mengontrol kebenaran ujarannya, bak penutur asli.
DAFTAR
PUSTAKA
Effendy, Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa
Arab. Misykat. Malang. 2009
http://yanti-nurmaulidah.blogspot.com/2010/10/metode-langsung-dalam-pengajaran-bahasa.html
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !